Lika-Liku Sang Mapres (1): Aku Ingin Jadi Mapres, Tapi....


Bismillahirrahmanirrahim..
Kisah ini telah nyaris usang. Tak mudah untuk kuceritakan, hingga akhirnya kuputuskan untuk kubagikan. Semoga dapat menjadi inspirasi para pembaca..

Pertengahan tahun 2011..
Entah mengapa sejak beberapa bulan terakhir aku gemar sekali berkunjung ke suatu tempat. Sebuah tempat berkumpulnya ribuan akademisi, para calon sarjana. Sebuah tempat yang amat luas, sampai aku terseok-seok mengelilinginya kala itu bus tak lagi muncul. Saat itu aku sedang dalam masa transisi dari putih abu-abu, menuju warna-warni. Sebuah kampus negeri bernama Universitas Indonesia.

Kampus ini, yang pernah kuharapkan akan jadi tempatku melanjutkan studiku. Kalau ingat masa itu, jadi terharu lagi dan lagi.. Cerita lengkapnya ada disini.

Suatu kali,  saat mimpi untuk dapat berkuliah disana masih setia terpatri. Suatu kali saat aku mengunjunginya kembali, pandanganku tertumbuk pada sebuah poster yang terpampang begitu besar disana.

SELAMAT KEPADA RULLY PRASETYA SEBAGAI MAHASISWA BERPRESTASI 2011

Mahasiswa Berprestasi? Wah, apa itu? Mungkin seperti siswa teladan yang pernah kuraih di bangku SMA. Aku pengen jadi mapres ah di kuliah nanti, pikirku. Sekalipun aku belum tahu akan berkuliah dimana.. Sekalipun aku belum tau apa motivasiku dan untuk apa..




Agustus 2011
Disinilah Allah menempatkanku. Di tempat yang sempat terlintas di benakku, namun terkalahkan ketika aku mengenal tempat lainnya. Hingga pada akhirnya Dia mengembalikanku disini. Tempat yang aku butuhkan. Tempat yang aku dibutuhkan untuk berada disini. Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Jakarta.

Kujalani kehidupanku sebagai seorang mahasiswi semester  2, sebagaimana biasanya. Mahasiswi yang masih tergolong baru di dunia kampus. Masih tampak begitu polos. Namun kepolosanku tak pelak menjadi alasan untuk menjadi pribadi yang terbingung-bingung. Aku sudah punya banyak mimpi, sekalipun masa lalu masih membayang di pelupuk mata. Aku masih belajar melupakannya..

Pertengahan Tahun 2012
Di kehidupan kampus aku mengenal begitu banyak orang. Salah satunya kak Ervina. Beliau adalah kakak kelasku di UNJ, walau berbeda fakultas. Aku di FMIPA, sedangkan beliau di FE. Aku 2011, beliau 2009.

Bermula dari poster besar yang kulihat menampilkan wajah beliau sebagai Mahasiswa Beprestasi UNJ 2012.
Mahasiswa Berprestasi?

Seperti terulang kembali memori tahun 2011 saat aku melihat spanduk kak Rully Prasetya sebagai Mapres UI 2011. Dan kali ini aku melihatnya di kampusku sendiri. Kakak kelasku sendiri. Kak Ervina Maulida atau yang biasa kupanggil kak Vina. Sebetulnya saat itu aku baru sekedar mengenal nama kak Vina. Belum pernah bertemu sama sekali. Hingga takdir mempertemukan kami dalam suatu forum.

Aku yang saat itu terinspirasi untuk ikut dalam Seleksi Mahasiswa Berprestasi banyak bercerita dengan kak Vina. Setelah dua semester aku mencari sosok inspiratif. Sosok senior yang inspiratif, tepatnya. Yang mampu menjadi teladanku sebagai mahasiswi ke depannya. Dan akhirnya kudapatkan. Kudapati itu dalam diri kak Vina..


Aku ingin mengikuti  Seleksi Mahasiswa Berprestasi. Begitu azzamku saat itu. Aku ingin mengetahui kapasitas diriku.
Sayangnya aku lupa. Tidaklah akan Allah berikan kesempatan jika kita tidak melakukan persiapan...

Awal 2013
Saat itu kak Vina mengisi open house Mahasiswa Berprestasi UNJ, semacam sosialiasi gitu,d i MIPA. Beliau menjelaskan tata cara mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi. Satu poin yang sempat membuatku down adalah ternyata peserta hanya boleh berasal dari minial semester 6. Sedangkan saat itu aku masih semester 4. Mencoba ikhlas, walau memang dari awal aku sudah bersiap dengan kebijakan ini.
Oh ya saat itu aku sudah mulai dekat dengan kak Vina.


Tapi apa yang terjadi? Kenyatannya kemudian teman seangkatanku yang terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi FMIPA UNJ 2013. Batinku merasa tak terima. Tanpa babibu aku protes pada kak Vina.

"Kakak, kata kakak minimal semester 6? Tapi kok yang terpilih di fakultasku semester 4?” protesku pada kak Vina, tanpa tedeng aling-aling.

Kak Vina membalas dengan tegas dan lembut. “Dek, kamu mau maju tanpa persiapan apapun? Kamu merasa sudah mempersiapkan semuanya? KTI? Public speaking kamu? Udah?”

Kata-kata yang begitu menohokku. Kak Vina benar. Aku belum mempersiapkan apapun? Bagaimana dengan kapasitas diriku? Kemampuan menulisku? Kemampuan public speakingku? Kemampuan bahasa inggrisku? Bukankah aku telah menyia-nyiakan setahun kemarin tanpa persiapan? Hanya sekedar bermimpi, tanpa usaha. Tentu saja sama dengan NOL.

Aku ingin jadi mapres, tapi aku belum punya karya..
Aku ingin jadi mapres, tapi aku  belum punyapersiapan..

Maka tak salah jika Allah tidak memberikannya di tahun ini? Entahlah di tahun berikutnya bagaimana..

Hingga akhirnya mulai detik itu kuazzamkan diri, setahun ke depan aku akan mengikuti beragam perlombaan yang relevan dengan kemampuanku di bidang tulis-menulis. Berkelana ke berbagai daerah untuk mempresentasikan karya.

Tak hanya itu, aku juga semakin bersemangat meningkatkan kemampuan berbahasa inggrisku meski bukan lewat jalur formal seperti mengikuti les. No. Aku belajar melalui buku, musik dan orang-orang di sekitarku. Melalui karya yang kupresentasikan juga secara tak langsung aku belajar mempraktikan kemampuan bahasa inggris dan public speaking ku.

Niat dan motivasi utamaku kala itu ada dua. Pertama, mengetahui sudah sejauh mana kapabilitas diriku. Kedua, maju ke tingkat nasional, mengharumkan nama UNJ. Bismillahirrahmanirrahim..

Desember 2013
Aku mulai merancang KTI yang nantinya akan kupresentasikan di ajang mapres. Terinspirasi dari seorang siswa SD yang kuajar di sebuah sekolah informal bagi kaum dhuafa. Anak ini memiliki kemampuan matematis yang menurutku (maaf) di bawah rata-rata anak seusianya. Singkat cerita aku mulai mendalami ilmu itu. Sebulan terakhir kuhabiskan berkeliling dari satu SLB ke SLB lain untuk mencari anak dengan gejala seperti itu.

“Wah maaf tidak ada, Mbak.” Itu jawaban yang selalu kuterima. Huft. Emang dasar jiwaku yang suka menantang diriku sendiri. Antimainstream. Kalo ingat perjuangan bikin KTI lagi-lagi bikin terharu..

Hingga akhirnya singkat cerita selesailah KTI ku, berjudul “Komik Matematika Online Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Bagi Anak Penderita Diskalkulia.”

Ya Allah, aku tidak tahu apakah KTI ini akan berlanjut kuperjuangkan di tingkat jurusan, fakultas, univ bahkan nasional? Yang aku tahu, aku hanya ingin memperdalam ilmu ini.. Doaku kala itu..

Baca lika-liku mapresku selanjutnya disini:

2 komentar: