Goodbye Things. Pertama kali mendengar judul buku ini di tahun 2020 tapi sejujurnya belum tertarik membacanya. Pikirku waktu itu, mungkin ini semacam buku panduan minimalis yang ekstrim. Tapi ternyata aku SALAH!
Di buku ini, Sasaki secara sederhana berbagi pengalaman hidup minimalisnya, menawarkan tips khusus untuk proses hidup minimalis, dan mengungkapkan fakta bahwa menjadi minimalis tidak hanya akan mengubah kamar atau rumah Anda, tapi juga benar-benar memperkaya hidup Anda. Manfaat hidup minimalis bisa dinikmati oleh siapa pun, dan definisi Sasaki tentang kebahagiaan sejati akan membuka mata Anda terhadap apa yang bisa dihadirkan oleh hidup minimalis.
Informasi Buku
What a guide yet personal book! Itulah responku ketika selesai menematkan buku ini. Dua kata kunci dari buku menurutku adalah; pedoman dan personal. Pedoman karena berisi beragam tips. Personal karena benar-benar menyadur dari pengalaman pribadi penulis.
Di setiap awal bab diawali dengan kutipan dari para tokoh yang berkaitan dengan hidup minimalis. Lumayan but stok status. Ada lima bab dalam buku ini sebagai berikut.
Fumio juga menceritakan hari-harinya sebelum menjadi seorang minimalis. Bagaimana apartemennya dipenuhi dengan barang, membuatnya kurang semangat menjalani hari hingga membuatnya lebih sulit produktif dan kurang terlibat dengan dunia luar.
Fumio melanjutkan dengan cerita hari-harinya saat menjadi minimalis diawali dengan mengurangi barang. Semua bermula ketika ia menyadari bahwa tempat tinggalnya lebih menyerupai kandang hewan ketimbang tempat tinggal manusia. Apartemennya menjadi lebih luang dan rapi, pikirannya lebih damai sehingga ia lebih bersemangat dan produktif. Bahkan ia juga menuliskan barang-barang yang sudah berhasil dibuangnya.
- Masyarakat Jepang pernah hidup minimalis
- Ketika Minimalisme "diimpor" kembali ke Jepang
- Definisi "minimalis"
- Minimalisme bukan tujuan akhir
- Siapakah minimalis sejati?
- Danshari dan kemunculan minimalisme modern
- Terlalu banyak informasi
- Manusia bagaikan perangi keras berusia 50.000 tahun
- Seperti komputer lamban yang berputar-putar
- Semua hal bisa dilakukan dengan pins pintar
- Teknologi membantu minimalisme
- Budaya "berbagi" dan penyebarannya
- Bahaya fisik barang
Jawaban mengala kita gerus menginginkan barang baru, kemungkinan besar karena rasa bosan pada benda yang biasa ada di sekeliling yang datang dari jaringan saraf. Padahal memiliki sesuatu, menjadi kaya atau sejenisnya tidak membuat kita istimewa, tidak menambah waktu kita dari 24 jam menjadi lebih. Jadi mengapa rasa bosan itu harus dituruti dengan terus membeli barang?
- Fungsi jam Apple senilai 50 juta rupiah
- Perasaan tidak bisa diramaikan
- Kebahagiaan mengenakan jaket untuk kesepeluh kalinya
- Dari fungsi Juni hingga nilai modern
- Kita semua emmil8 "aplikasi" yang bisa mendeteksi rasa sepi
- Kesepian kucing dan anjing
- Nilai diri mengarahkan perilaku
- Memperlihatkan nilai diri
- Saat barang menjelma menjadi diri kita
- Rak buku adalah etalase diri saya
- Ketika barang-barang menguasai kita
Empat poin terakhir begitu menarik tentang bagaimana barang-barang merepresentasikan diri kita, diri kita "dimiliki" barang dan citra diri kita dibentuk oleh barang alih-alh kita yang menguasai barang kita dan menjadikannya media mengantarkan citra diri kita.
- Buang satu barang sekarang juga
- Buang jauh-jauh pikiran bahwa kita tidak mampu membuang barang
- Tidak perlu cemas akan hadiah yang diterima kalau kita sendiri tidak ingat pernah memberikan apa saja
- Membuang memorablia tidak sama dengan membuang kemangan
- Tidak perlu membeli karena murah, tidak perlu membeli karena gratis
- Bersyukurlah
- dan lain-lain
- Memiliki lebih sedikit barang tidak akan mengurangi rasa puas
- Minimalism membawa kemerdekaan--ssmakin cepat dilakukan, semakin baik
- Membuang barang mengurangi apa yang kita miliki tapi bukan siapa diri kita
- Temukan minimalismemu sendiri
- Minimalisme adalah metode dan awal mula
- dan lain-lain
Namun ketika menjadi minimalis dia lebih punya banyak waktu. Waktu berbelanja, melakukan pekerjaan rumah, bersiap keluar rumah hingga waktu bermalas-malasan yang dihabiskannya pun jadi lebih berkurang dari sebelumnya. Ia juga tak perlu menghabiskan waktu mencari barang karena tidak banyak barang dimiliki akibatnya ia merasa lebih bahagia dan minim stres.
- Saya lebih punya waktu
- Saya lebih menikmati hidup
- Kebebasan saya bertambah
- Saya tak lagi membandingkan diri dengan orang lain
- Saya berhenti mencemaskan pandangan orang lain terhadap diri saya
- Saya lebih terlibat dengan dunia sekitar
- Daya fokus saya menjadi lebih baik. Saya bisa berkonsentrasi menjadi diri sendiri
- Saya lebih hemat dan peduli lingkungan
- Saya lebih sehat dan aman
- Hubungan antarpribadi saya menjadi lebih bermakna
- Saya dapat menikmati momen yang tengah berlangsung
- Saya merasakan syukur yang sebenarnya
Ya, dampak yang dialami tak hanya soal barang berkurang, ruang lebih luang namun juga berpengaruh pada pikiran, perasaan dan kepercayaan dirinya.
Dari sebuah penelitian terhadap saudara kembar identik yang dibesarkan di lingkungan berbeda, ditemukan indikasi adanya standar kebahagian yang berbeda. Seperti beata badan, kita semua memiliki kadar kebahagiaan tertentu yang bersifat tetap. Lima puluh persen kebahagiaan dibentuk oleh kadar alamiah ini. Sementara lingkungan hanya menentukan 10% rasa bahagia dan. Tindakan kita memberikan 40% rasa bahagia.
Artinya kebahagiaan tergantung pada bagaimana kita meaknainya, ia selalu ada dalam hati kita, bukan di luar diri kita.
Fumio meyakini bahwa minimalisme memaksimalkan 49% kebahagiaan yang berasal dari tindakan kita. Tapi perlu diingat minimalisme bukanlah tujuan akhir melainkan metode.
Sasaki is not very extreme one. Buktinya dia masih menerima bahwa standar minimalis itu berbeda bagi setiap orang, dia juga masih memiliki hobi tapi lebih bijak lagi. Kesimpulan lainnya begitu selesai membaca buku ini adalah, ini benar-benar semacam guide book for minimalist living karena diawali big why, transformasi diri Fumio, berisi beragam tips hingga apa yang berubah pada dirinya. Memang ya pengalaman pribadi itu punya nilai lebih!
Oh ya buku ini juga tersedia dalam bentuk buku elektronik (ebook) di Gramedia Digital. Buku bertema minimalis yang tersedia dalam bentuk elektronik, bagiku adalah sebuah nilai plus banget.
Jadi, gimana, apakah kalian sudah membaca ini? Tertarik menjalani gaya hidup minimalis atu justru sudah memulainya?
Aku belum baca nih mba. Dari artikel ini tambah pengen baca. Apalagi bersisi penuh tips. Kadang menjalani minimalis masih bingung harus apa lagi dan gimana ya. Berasa belum konsisten dan optimal nih. Masih harus byk belajar
BalasHapusSemangat Mbaak Hikmah! Kita #belajarjadibundaminimalis bs MMID yahh
Hapusmakasih reviewnya
BalasHapus