Si Biru: "Gini Lho Rasanya Naik Si Burung Besi dan Ketemu Langit Biru!"

Me and My Dream
Bismillahirrahmanirrahim. Sejak kecil aku termasuk anak yang penakut. Banyak hal yang kutakuti, yang kadang bikin orang mikir. "Gitu aja kok takut?" Ya tapi emang kayak gitulah. Nah salah satu ketakutanku adalah bepergian naik kendaraan umum. Kedua orangtuaku seringkali membiasakanku naik kendaraan umum, tapi aku selalu aja muntah dan nangis (serius). Muntah karena mual dengan bus yang jalannya ga benar dan nangis karena busnya ngebut.

Wuih pokoknya kalo kureview lagi, ternyata dulu aku penakut banget deh sampe-sampe diriku sendiri bilang: Ya ampun, Sya, jadi anak penakut banget sih! Oke aku ga akan cerita tentang masa kecilku itu, next session. Sekarang aku mau cerita tentang si burung besi. Yuk mari!



Belasan tahun silam Sehimpunan anak kecil tengah bermain di sebuah tanah lapang. Tetiba sebuah pesawat terbang melintas di atas mereka. "Pesawat! Bagi uang!" mereka menengadah pada langit. Namun seorang bocah perempuan yang merupakan salah satu elemen dari mereka justru berlari ketakutan masuk ke dalam rumah. "Ibuuu!" ia berteriak ketakutan sambil memeluk ibunya. Tak hanya sekali dua kali, tapi selalu. Setiap kali ia mendengar dan melihat pesawat terbang melintas, ketakutan itu muncul. Padahal belum pernah sekalipun ia menaiki burung besi itu. Ketakutan itu terus menghantuinya hingga belasan tahun kemudian, saat ia mulai tumbuh dewasa dan menjadi seorang gadis pemberani.

Belasan tahun kemudian Pemberani? Hmm, setidaknya ia tidak lagi harus ditemani kedua orangtuanya saat bepergian keluar rumah. Ya, ia yang dulunya begitu penakut, kini telah memberontakkan dirinya saat memasuki dunia putih abu-abu. Ia banyak bertemu dengan orang-orang baru. Hingga akhirnya ia bertemu beberapa teman yang kerap menaiki pesawat.
"Naik pesawat itu enak. Bisa melihat bumi dari atas."
 Ia pun menuliskan di lembar diarynya. "Kapan aku naik pesawat? Bersama siapa?"
Ia juga menargetkan di awal 2013 bahwa ia harus bisa naik pesawat di tahun 2013. Sebetulnya cukup mudah baginya untuk bisa terbang naik pesawat. Dalam artian, cukup membeli tiket ke suatu tempat yang masih berada di pulau Jawa lalu pergi sana. Entah untuk apa disana.
Tapi tidak. Ia ingin perjalanan pertamanya adalah perjalanan ke luar pulau Jawa untuk mewakili universitasnya di kegiatan nasional, bonusnya naik pesawat dengan dibiayai pihak lain.

Aku ingin naik pesawat ke pulau Sulawesi. 

Dilontarkannya keinginannya itu pada beberapa orang temannya, mengharapkan doa restu dari mereka. Ada sebuah respon unik dari salah seorang temannya yang berkata ia akan mensponsori tiket pesawat tapi menunggu tabungannya penuh. Entahlah. Yang jelas ia tidak bisa menampik betapa dalamnya keinginannya itu
Persis di awal November 2013 keinginan itu hampir tercapai. Perjalanan ke kota P di pulau Sulawesi sudah terencana. Namun Allah mengujinya. Rencana itu kandas di tengah jalan. Gagal. Pahit, sangat pahit...
Sempat ia terpuruk. Namun ia segera bangkit dan tetap berprasangka baik pada Allah. Bulan November pun berjalan. Tahun 2013 akan berakhir dalam waktu tidak lebih dari 2 bulan. Namun lagi-lagi belum ada tanda-tanda kembali keinginannya akan terwujud. Tetap berikhtiar, itulah prinsipnya.

22 November 2013
 Ia dinyatakan terpilih menjadi delegasi dalam sebuah voluntary program. Bertambah-tambah kebahagiannya manakala acara itu diadakan di luar pulau Jawa, di pulau Sumatera tepatnya di kota Palembang. Ah, kota P pulau S.. --- Ya.. Gadis kecil di kisah itu adalah aku.. Ya.. Aku begitu takutnya.. Dan ya.. Aku sempat berpikir bahwa mimp naik pesawat terbang tak akan terkabul di 2013. Tapi Allah kabulkan mimpiku di penghujung 2013..

Oke udah dulu sesi sedihnya. Sekarang aku mau cerita pengalaman pertamaku naik pesawat. Setelah dinyatakan lolos, aku mulai sebar proposal ke kampus. Alhamdulillah langsung cair. Langsung berburu tiket. Nanya kesana kemari ke kakak yang sudah berpengalaman, katanya pesan online. Trus katanya kalo mau murah, sering-sering cek malam hari, biasanya harganya turun. Awalnya aku sempat bingung. Lha emang bisa naik turun gitu? Maklum ya belum pernah. Oke jadilah nambah kebiasaanku setiap kalo browsing-> Ngecek web tiket pesawat online.

 Nah tapi kalo pesan gitu cuma dikasih waktu 2 jam buat melunasi tiketnya. Dua jam ga bayar, hanguslah orderannya. Udah mana mesti pake visa. Kalo Visya itu aku (?) tapi kalo visa aku ga punya. "Aku biasa pesan sama temennya temanku. Kakak coba pesan di dia aja." kata adik kelas yang dari Bangka. Sebenarnya harusnya aku ada barengan dari Jakarta tapi dia mendadak ga bisa ikut karena UAS. Oia ngomong-ngomong aku juga sempat panik gegara katanya sidang seminar matematika tanggal belasan Desember. Tapi masya Allah, Allah permudah jalanku. Jadinya sidangnya seminggu kemudian. Ngga berhenti bersyukur deh..

"Kalo aku pesan di agen tiket. Ada kok dekat kampus kita."
H-2 minggu belum dapat tiket. Oke, harus memutuskan mau pake cara apa? Online? Pesan langsung? Akhirnya kuputuskan pesan di agen pesawat, cukup ternama jadi cukup bisa dipercaya. Aku pesan untuk keberangkatan tanggal 15 Desember jam 13.05 WIB dan pulang tanggal 19 Desember pukul 19.40 WIB. Oke alhamdulillah dapat dan hanya merogeh kocek Rp 773.000. Murah banget itu kalo kata para pelanggan pesawat, haha.
 "Oia, Pak, ini kalo check in nya gimana?"
 "Adek check in nya harus minimal 1 jam sebelumnya ya. Di terminal 3B. Kalo naik DAMRI bilang saja sama supirnya."
Oke. Aku pun segera kembali ke kampus. Yeay, Palembang semakin dekat~

Minggu, 15 Desember 2013
Packing udah beres. Jam menunjukkan pukul 9.00.
"Lho? Kok belum siap-siap, Nak?" tanya ayahku yang baru pulang dari rumah mbah. "Kata Mbah harus cepat-cepat lho."
 Langsung saja aku beberes. Pukul 9.30 aku sudah siap diantar ayah ke Blok M. Yap, aku bakal naik DAMRI dari Blok M menuju Soetta. Ya Allah jadi ingat kenangan bulan awal November lalu.... Saat mengantar seorang kakak naik DAMRI. Tapi waktu itu aku hanya masuk sebentar ke dalam bus dan keluar. Tetiba keinginanku untuk naik pesawat semakin dalam..

Terlebih setiap pagi saat menunggu TJ, di depanku persis terparkir bus-bus DAMRI. Sedih rasanya hanya bisa memandangi tanpa tahu kapan bakal naik itu.
Ini pemandangan yang selalu kulihat tiap kali nunggu busway di Blok M, deretan bus DAMRI..

Daaaan.. Hari ini Allah kabulkan mimpiku! Aku naik DAMRI. Setelah pamit pada ayah, bus DAMRI mulai berjalan. Di sebelahku duduk seorang bapak. Ternyata beliau seorang alumni Pendidikan Kimia UNJA.

Sekitar empat puluh menit kemudian sampailah aku di Soetta, turun di terminal 3B. Widih ini toh bandara itu... Masya Allah.. Pintu pertama, terlewati. Aku pun tiba di ruang check in. Segera kukeluarkan tiketku. Tampak orang-orang mengantri dengan bawaan yang begitu banyak. Anyway aku ga pake koper melainkan tas pulang kampung gitu. Ikutan ngantri. Ikutan naruh tasku di atas lantai berjalan atau apalah itu namanya. Aku dikasih nomor bagasi. Aku ga nyadar bahwa tasku 'menghilang' dan konyolnya aku main pergi gitu aja menuju pintu peron. Tetiba kuhentikan langkahku. Diam di tempat, mikir.
 "Tasku mana? Ya Allah." kepanikanku pun menyeruak.
Segera kutanya pada petugas bandara. "Pak, saya mau tanya. Tadi saya check in. Trus tasnya saya taruh di lantai berjalan tapi tas saya hilang." aku benar-benar deg-degan.
"Tas adek udah ditaruh di bagasi pesawat."
 "Tapi nanti bisa saya ambil kan, Pak?"
 "Bisa, sesampainya di bandara tujuan."
"Oh iya, Pak. Terimakasih." aku pun menuju peron.
Di peron aku bayar tax 45k. Sebenarnya masih mikir, ngambilnya dimana? Trus kok orang-orang pada bawa kopernya? Jangan-jangan cuma aku yang dititipkan tasnya? Tapi bismillah, kutenangkan diriku. Asli sebenarnya malu banget menceritakan bagian ini, ketauan banget banget noraknya. Tapi yasudahlah..


Pintu kedua, pemeriksaan tiket lagi. "Lagi kuliah di UNJ ya, Dek? Mau pulang kampung? Kemana?" tanya mas petugas.
"Ke Palembang." Tiba-tiba mikir, darimana itu petugas tau aku anak UNJ? Oalah ternyata karena aku pake jaket Science Club UNJ, ckck.
Aku tiba di ruang tunggu terminal B pukul 11.00 WIB. Pesawatku masih 1,5 jam lagi. Menunggulah aku~ Ramenya terminal 3B. Kerjaanku ga jauh-jauh dari mantengin laptop dan hape.
Beberapa kali aku bertanya pada petugas resepsionis(?) di terminal 3B. "Mas, pesawat L*** A** ke Palembang udah jalan belum?"
Ga sekali dua kali tapi berkali-kali. Duh, maap ya masnya aku bawel, aku takut ketinggalan soalnya... Jam 12.00 aku pun shalat. Udah jam 12.20 tapi belum ada tanda-tanda pintu terminal dibuka. Aku mulai gelisah, ke terminal sebelah, nanya sama masnya. "Mas, pesawat ke Palembang udah jalan belum?"
"Di terminal 3B, di sebelah."
Oke baliklah aku. Dan payahnya aku ga dapat duduk dekat pintu terminal. Alhasil pas ngeliat rombongan di depan pintu, aku dapat barisan paling belakang. Siap-siap tiket ah. Oke. Passed.

Nah, terus kemana? Ehem, mulai mengeluarkan jurus backpacker. Jangan terlihat bingung, pede aja meski dalam hati panik banget. Aku pun ngikutin rombongan orang-orang yang (kayaknya) menuju pesawat. Eits ternyata kita belum sampe pesawat, tapi di landasan gitu. Oalah ternyata kita harus naik bus. Sambil nunggu bus, foto-foto suasana bandara lah. Ada abang pengangku tas yang berderet-deret. Oalah jadi tasku digituin, heemm..


 Datanglah busnya, berduyun-duyun penumpang datang. Busnya ini mirip bus tua 45 jurusan Blok M-Cililitan. Bangkunya sedikit. Aku duduk paling depan, bisa melihat pemandangan. Hadeuh ternyata ga sampe 5 menit aku udah harus turun lagi. Nah kali ini baru tiba di depan pesawat. Pesawat? Ah, burung terbang.. Norak parah nih disini.. Nah lho, ada yang masuk lewat depan, ada yang lewat belakang. Aku lewat mana yak?
 "Itu yang nomor belakang, masuk lewat belakang." celetuk seorang ibu. Eits tu ibu tau dari mana pikiranku? Ckck .
 Karena nomorku di tengah-tengah, aku memutuskan masuk lewat pintu depan. Jalur masuknya berupa lorong gitu, kece deh. Aku udah membayangkan bagian dalam pesawat yang pasti kece banget banget. Di depan pintu pesawat penumpang disambut oleh pramugari dengan ramah. Olala, ternyata prakiraanku melenceng jauh. Kok tempat duduknya padat banget? Kok jarak antar bangku depan-belakang mepet banget? Kok ga ada minumnya? Kok? Kok? Ah, Visya, ingatlah, tiket yang kamu beli itu tiket pesawat! Masya Allah aku baru ngeh.. Pantas aja ada tiket promo, bisnis dan eksekutif. Kukira semuanya sama..

Oke dapatlah aku duduk. Sebenarnya tempat dudukku harusnya di tengah tapi berhubung 2 orang yang sejajar denganku belum datang, kuputuskan duduk dekat jendelaku. Mauku juga sih. Eh pas datang seorang bapak dan ibu, alhamdulillah mereka mempersilakanku tetap disitu. Nah terus masalah pake belt. Okelah aku emang norak, ga tau cara makenya. Untung kakek di sebelahku bersedia mengajarkanku. Detik-detik pesawat mulai berjalan. Pertama-tama si burung besi menyusuri bandara. Duh udah kayak mobil aja, ngapa jadi jalan gini? Ini burung darat apa burung terbang sih? Cuma mengitari bandara, ga naik-naik. Eh makin lama, jalannya makin cepat. Dan yak... Burung besiku mulai mengangkasa.. Rasanya kayak pas naik kora-kora di Dufan! Jantung berdesir hebat! Waaaaaw! Bismillahirrahmanirrahim.. Ya Allah aku terbang! Aku lihat bumi dari langit! Aku bertemu langit biru!

Aku benar-benar menikmati saat-saat itu. Ga mau membiarkan mataku terpejam. Bahkan ketika pramugari berbicara aku tetap fokus pada langit biruku. Masya Allah, indahnya....
Sekitar 1 jam kemudian pesawat mulai menukik turun. Mbak pramugari bilang kita udah mau sampe. Tapi sampe beberapa menit belum sampe-sampe? Lalu si burung terbang mulai merendah, bertepatan dengan turunnya hujan. Ah, Palembang! Aku tiba, ditemani hujanmu. Alhamdulillah... Seperti biasa, lama beudh berhentinya. Jalan-jalan di bandara dulu si burung besi. Hahaha. Norak, Sya. Tapi alhamdulillah benar-benar mendarat si burung terbang.

Nah disini kepanikanku mulai menyeruak kembali. Tasku mana? Tasku? "Pak, kalo tas yang dititipin, diambil dimana ya?" tanyaku pada kakek di sebelah. "Oh, itu di bawah." katanya lalu pergi. Hah? Di depan mana? Kalo ga dapat gimana? Itu semuanya isinya perlengkapanku! :x Aku keluar pesawat, nanya ke mbak pramugari. "Mbak, tas saya dimana ya? Tadi di Jakarta dititipkan." kataku semakin panik. "Oh itu ada di bagasi bawah, Mbak." nah lho makin ga jelas kan! Aku pun mengikuti penumpang lain untuk turun. Orang-orang pada nunggu di depan lantai berjalan (?). Katanya kalo mau ambil tas yang dititipkan disitu. Ikutan deh. Lama banget. Ga keluar-keluar? Nah mulai deh keluar tas-tasnya. Alhamdulillah, nemu tasku! Jam menunjukkan pukul 14.30. Langsung saja kukontak panitia untuk minta jemput. Sambil nunggu, karena lapar, aku pun makan di resto (gaya banget). Trus selebihnya nunggu di masjid sampai akhirnya aku dijemput.
Nah itu tadi pengalaman berangkat, pulangnya? Kapan-kapan cerita deh ya


Alhamdulillah perjalanan pertamaku naik si burung besi dan bertemu si langit biru berjalan lancar...
Allah, aku meminta kota P di pulau S. Meski bukan yang ku inginkan tapi keduanya memiliki persamaan: Kota P di pulau S. Semakin percaya bahwa Kau tempatkanku di tempat yang aku dibutuhkan, bukan di tempat yang sekedar kuinginkan. Semoga suatu hari nanti kota itu membutuhkanku untuk berada di sana, entah untuk berapa lama, entah kapan itu...

Finally i say.. "Gini Lho Rasanya Naik Si Burung Besi dan Ketemu Langit Biru!"

4 komentar: