Palu-Makassar-Surabaya-Denpasar: Sembilan Jam di Udara #DwilogidariBali


Sepanjang jalan Denpasar-Singaraja



Bismillahirrahmanirrahim..
Kisah ini nyaris setahun berlalu. Semoga hikmahnya masih terus bertalu.

November 2014
Kulihat sebuah pengumuman lomba esai. Bukan lomba esai biasa, tepatnya bukan tempat yang biasa. Ya, Universitas Pendidikan Ganesha di Bali menjadi penyelenggaranya. Mengacu pada hobi menulis dan backpackingku, tak kusia-siakan kesempatan ini.

Hari itu deadline, susah payah aku mencari warnet sebab laptopku sedang bermasalah.
Kuketik naskah dengan segera. Lalu, klik. Naskah terkirim. Lega.



Hari pengumuman finalis yang dinanti pun tiba. Hatiku tak berharap banyak akan lolos sebab sudah ada rencana lain menanti. Tapi feeling berkata, iya lolos. Dan Allah membuktikannya....

Desember 2014
Setelah melalui pertimbangan matang. Setelah melalui perdebatan dengan diri sendiri. Setelah menepis semua yang tak beralasa. Aku memutuskan untuk segera hijrah. Dari tempatku kala itu. Pagi itu juga kulangkahkan kaki dengan mantap.

Bandara Mutiara Palu telah menjadi saksi. Biar kusimpan sendiri. Pukul 06.30 WITA pesawatku tiba. Langkah kian mantap. Selamat tinggal, Palu!

Ini akan menjadi perjalananku yang panjang. Bali, aku datang!

Transit pertama kulalui di bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Kukira mash ada waktu beberapa menit setelah 45 menit jetlag di pesawat. Tapi tidak. Aku harus berlari-lari dari lantai satu menuju pintu tempat pesawatku terbang selanjutnya. Setelah sebelumnya mengantri dengan hati ketar ketir dari loket transit.

Hosh.. hosh.. hosh.. Tiba juga di pintu 3. Olala, ternyata langsung ada pengumuman di running text bahwa pesawat delay beberapa menit. Baiklah, setidaknya masih bisa bernafas lega.

Lima menit sebelum waktu seharusnya pesawat tiba, kuberanikan diri bertanya ke petugas penjaga tiket.

“Mbak, pesawat tujuan Bali disini kan ya?”

Dengan pucat mbaknya menjawab. “Maaf, Mbak, ada perubahan sejak setengah jam lalu. Pesawat menuju Bali ada di gate 4.”

Siapa yang tidak akan shock mendengarnya? Sudah bermenit-menit menunggu dan di gate yang salah pula! Tanpa babibu aku berlari ke gate 4 yang letaknya cukup jauh. Dalam hati masih tersisa sedikit harapan pesawatku belum take off. Walaupun sudah lewat setengah jam dari jam boarding seharusnya.

Bagaimana jika aku ketinggalan pesawat? Haruskan aku nyasar di kota orang? Haruskah aku kembali ke Palu? Atau ke Jakarta? Atau stay di Makassar?

Cemas, takut, semua bercampur jadi satu.

Hosh.. hosh.. Begitu tiba di gate 4 betapa beruntungnya aku. Ternyata pesawatku juga delay. Saat itu gate baru saja dibuka. Memang benar ya, Allah tidak menciptakan sesuatu tanpa ada manfaatnya. Termasuk menciptakan ke-delay-an pesawat.

Mungkin ini salah satu manfaatnya, hehe.
Terbang lagi. Sendiri lagi. Mungkin next time berdua, bertiga, atau lebih. Pikirku saat itu. Sekitar 45 menit lamanya di pesawat hingga tibalah disini.

Transit kedua. Bandara Juanda, Surabaya. Waaah jujur aja ini kali pertama aku menginjakkan kaki di Surabaya. Menurut jadwal penerbanganku, aku akan berada disini untuk waktu sekitar 2 jam. Marilah kita manfaatkan kesempatan emas ini. Hehe.

Hmm sayangnya teman-temanku di Surabaya ngga ada yang bisa main kesini :(
Kuhabiskan menit-menit awal duduk-duduk di pinggir koridor. Bandara ini konon katanya merupakan bandara terbesih seIndonesia lho! Wuih ketjeh.

 Lalu main hp. Bosan, jalan-jalan keluar terminal. Mengelilingi bandara sampai lelah. Check in lagi. Tidur. Makan. Sholat.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Membuatku mataku sempat basah. Mempertanyakan keputusan yang telah kubuat. Haruskah aku terus melaju? Atau berbalik arah? Ya Rabbi...

Tak dapat kubendung lagi air mata. Dengan sesegukan kutelpon seseorang. Ia berusaha menenangkanku, dengan logat khasnya. Aku hanya diam mendengarnya dan memilih untuk mengakhiri panggilan.

Langkah pertama telah diambil, maka langkah selanjutnya insya Allah dimudahkan. Jika memang takdir berkata kemarin adalah yang terakhir, maka ikhlas adalah yang bisa dilakukan. Namun jika memang kelak masih ada kesempatan lagi, semoga itu dalam kondisi yang lebih baik. Aamiin.

Singkat cerita pesawatku pun datang kembali. Sekitar pukul 15.00. Alhamdulillah.. Goodbye, Surabaya! Next time ketemu lagi yaa.

Aku tidak terlalu menikmati pemandangan di atas awan mengingat tubuhku sudah terlalu lelah. Hingga akhirnya.. Here i am, Denpasar Bali, i am coming!!

Kulihat jam tangan, sudah pukul 17.00 WIB. Wuihh ramai banget yaa Bali, ramai turis. Alhamdulillah akhurnya ketemu rombongan finalis lainnya..

FYI, acaraku bukan di Denpasar melainkan di Singaraja. Sekitar 3 jam dari Denpasar. Ya kayak dari Jakarta ke Bandung laah. Sepanjang jalan pemandangannya cukup indah..dan yang paling ga terlupakan ada kontur jalannya yang berkelok-kelok. Asli bikin aku mual gegara udah lama ga jalan di kontur begitu!

Sekitar 3 jam bergelut dengan rasa mual tapi juga indah, alhamdulillaah. Sampai juga. Yap, here i am.Kota Singaraja, Bali. Weits, ngga kota juga sih soalnya masih lumayan sepi disini, dibandingkan Kuta *banget*. Yap disinilah aku. Bali, pulau Dewata. Ah ga nyangka bisa menginjakkan kaki disini. Di pulau yang notabene beragama Hindu. Di pulau yang menjadi ‘incaran' para turis luar negeri.
Wefie with Fitri, Amel n Noval

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

Jadi.. seperti apa sebenarnya bali itu kah? Penasaran? Baca di ceritaku selanjutnya ya disinihttp://www.evisyahida.com/2015/12/msnepi-sendiri-di-bali-dwilogidaribali.html?m=1 :)

1 komentar: