#AksiHidupBaik ala Ibu Ellysa: Mengambil Banyak Peran, Pendidikan Hingga Kemasyarakatan



Setidaknya 18 tahun sudah aku tinggal bersama orangtuaku di sebuah perumahan penduduk di daerah Kebayoran Baru, Jakarta. Saat balita aku tinggal di Jakarta, lalu usia lima tahun pindah ke Depok. Ternyata nenekku meminta orangtuaku tinggal dekat mereka, alhasil kami kembali pindah ke Jakarta.

Ingat banget, pertama kali kembali ke Jakarta saat duduk di kelas 3 SD. Setiap tanggal 17 Agustus selalu ada lomba-lomba digelar memperingati Dirgahayu RI. Bisa dibilang cukup aktif Karang Taruna RW disini.

Tapi tahun beranjak tahun, kira-kira aku beranjak ke bangku SMA, sudah tak lagi terdengar gaung Karang Taruna. Sudah bertahun-tahun 17-an tak seramai dulu. Tak ada lomba-lomba apapun, bahkan RW kami tak mengirim pasukan untuk festival RW seperti tahun-tahun sebelumnya.


Usut punya usut ternyata para pengurusnya  sudah berumahtangga  tangga dan beberapa tak lagi tinggal disini.

Aku dan kakakku pun berinisiatif membangkitkan Karang Taruna kembali dengan kegiatan 17-an, berhubung saat itu mendekati 17 Agustus. Saat itu kami sudah duduk di bangku kuliah. Kami lakukan pendekatan ke para remaja untuk bersama menjadi panitia. Alhamdulillah respon mereka baik, ngga tau karena tergerak atau ngga enak dengan kami.

Kepengurusan pun dibuat atas izin Pak RW. Kami mempersiapkan kepanitiaan 17-an, datang dari satu rumah ke rumah lain meminta donasi kegiatan, membeli perlengkapan ini itu, dan lain-lain. Senang sekali ketika acara berjalan lancar.

Rencananya pasca itu, kami akan menghidupkan Karang Taruna kembali...

Tapi ternyata tak selalu mudah, Ferguso! Beneran deh. Ada saja tantangannya. Sampai akhirnya aku angkat tangan...

Terlebih setahun kemudian aku menikah, hamil dan tinggal di luar Jakarta. Karang Taruna RW kembali mati suri. ;(

Sedih kalau ingat itu semua. Sampai akhirnya beruntung bapak ibu Pengurus RW mengambil peran. Anyway, aku selalu salut dengan mereka yang berkiprah di masyarakat, terlebih membawa perubahan.

Hari itu, Rabu 6 November, takdirNya membawaku berkenalan dengan sosok yang banyak berkontribusi pada masyarakat.

Bicara soal kontribusi, menurutku ngga harus muluk-muluk semisal untuk nasional/internasional, namun bisa dimulai dari lingkungan terkecil, RW misalnya.

"Untuk saat ini saya kepengennya fokus di lingkungan terkecil saya, di RW. Saya ngga mau fokus ke luar tapi ternyata lingkungan sekitar saya 'terbengkalai'."

Itulah ucap sesosok wanita yang sejak beberapa hari lalu namanya masuk dalam daftar sosok inspiratif bagiku. Seorang wanita paruh baya, seorang penggerak pendidikan sekaligus kemasyarakatan yang kutemui untuk mencari inspirasi.

Perjalanan dari Kebayoran Baru ke Cempaka Putih Barat hari itu tak pernah kusesali. Bertemu sosok Ibu Ellysa yang berhasil membuatku terinspirasi dengan #AksiHidupBaik ala beliau.
Aku, Ibu Ellysa & Para Orangtua Murid PAUD
(sumber: dokumentasi pribadi)

Masa Lalu Membawa Ke Takdir Hari Ini
Terlahir dari keluarga dengan orangtua tunggal, membuat Ibu Ellysa remaja harus berdamai dengan kenyataan. Sebagai anak pertama dengan tiga orang adik dan seorang ibu, kondisi ekonomi keluarganya termasuk sangat pas-pas-an. Setamat SD, demi bisa melanjutkan pendidikan, beliau terpaksa tinggal dengan saudara ibunya yang membiayai pendidikan dan kehidupannya selama SMP. Pun ketika SMA, beliau ikut dengan saudara ibunya yang lain.

Hingga akhirnya beliau tamat SMA, keinginan melanjutkan kuliah terpatri dalam hatinya. Namun realita di depan mata, membuatnya harus banting setir. Sebagai anak pertama, melihat ibunya susah payah menghidupi ketiga adiknya, ia akhirnya memilih bekerja.

Pelajaran pertama dari beliau, sebagai seorang yang bisa mengecap dunia kuliah, sungguh buatku banyak-banyak bersyukur. :')

Setahun bekerja ternyata hasilnya sangat pas-pas-an, hanya cukup untung ongkos dan membeli beras sedikit. Akhirnya beliau dan sang ibu berinisiatif membangun usaha jahit di rumah. Hasilnya lebih baik ketimbang bekerja di luar, selain itu rumah jadi lebih terurus. Beliaupun kembali aktif di Posyandu (Ibu Hamil, Ibu Mebyusui & Balita).

Hingga suatu ketika sang ibu jatuh sakit yang membuatnya terbaring lemah di atas ranjang. Saat itu beliau sudah aktif mengajar di PAUD. Sebelum berangkat bekerja, beliau memandikan sang ibu. Ketika jam istirahatpun beliau pulang ke rumah, memberikan susu untuk sang ibu.

Ibu Ellysa selalu berbisik di telinga ibunya,

"Mah, cepat sembuh ya. Kalau mama sembuh, saya mau berbuat banyak buat orang lain karena merawat Mama, saya merasa selalu dimudahkan lewat orang lain."
Ya, selama merawat sang ibu, Ibu Ellysa merasa selalu "dimudahkan" oleh orang di sekitarnya. Mulai dari pengecekan setiap hari oleh bidan tetangga tanpa dipungut uang dan bantuan-bantuan kecil namun bernilai besar lainnya.

Tapi Tuhan punya rencana, ibunda beliau wafat setelah dua tahun dirawat pasca stroke. Sejak itu lah kehidupan beliau berubah.

Apa yang selalu beliau bisikkan akhirnya menjadi jalan takdirnya. Sebuah jalan takdir yang ia nikmati dan ia harapkan mampu menjadi penambah amal bagi almarhumah ibunya.

Banyak peran yang diembannya, menjadi jalannya untuk bermanfat bagi orang banyak.

Bermula dari Posyandu Lalu PAUD
Setamat SMA, Ibu Ellysa bantu-bantu di kegiatan posyandu. Ketika ia sudah diterima kerja, beliau tidak lagi ambil peran di Posyandu. Siang malam disibukkan bekerja. Hingga akhirnya beliau membuat usaha jahit dan kembali ke Posyandu. Terlebih ketika sang ibu wafat dan adik-adiknya sudah lulus SMA, beliau semakin berkiprah di Posyandu.
Ibu Ellysa & Pengurus Posyandu
(sumber: Ibu Ellysa)

Di tahun 2008, pengurus RW menawarkannya untuk mengambil peran di Pokja. Beliau memilih Pokja 2 yaitu bidang pendidikan. Itu artinya beliau akan mengambil peran di PAUD RW bernama PAUD Cempaka yang letaknya satu bangunan dengan Posyandu.

Bukan tanpa alasan beliau memilih ranah pendidikan. Beliau sadar betul bahwa anak-anak adalah penerus masa depan anak. Oleh karenanya tumbuh kembang anak harus selalu dipantau dan diarahkan pada kebaikan.

Tak tanggung-tanggung beliau diamanahkan menjadi Kepala PAUD Cempaka.
Posyandu Cempaka III yang Juga PAUD Cempaka
(sumber: dokumentasi pribadi)

Bunda, begitu beliau biasa dipanggil oleh anak didiknya. Bahkan para orangtua murid dan warga RW 04 ikut memanggilnya demikian. Walaupun saat itu beliau belum menikah.

Duh, bahagia pastinya mendapat sebutan itu, entah dari anak sendiri maupun anak didik kita.

Aku berkesempatan mengunjungi dan melihat proses pembelajaran di PAUD Cempaka. Ada dua kelas yang masing-masing dipegang dua orang guru, total ada empat guru termasuk Ibu Ellysa.
Pembelajaran di Kelas A
(sumber: dokumentasi pribadi)

Pembelajaran di Kelas B
(sumber: dokumentasi pribadi)

Taman Bermain PAUD Cempaka
(sumber: dokumentasi pribadi)
Oh ya, bayaran setiap anak disini hanya Rp 75.000 per bulan! Sedangkan bayaran gurunya hanya Rp 300.000 per bulan. Para guru memaklumi kondisi ekonomi orangtua murid. Sungguh terpujilah engkau para guru. Kalau bukan rasa bahagia dan nyaman, apalagi yang membuat mereka mampu bertahan? 💙


Berbagi dan Membawa Misi di Saung Gembira
Tak hanya itu, melihat banyak orangtua murid (terutama para ibu) mengantar dan menemani anaknya bersekolah, ditambah lagi beliau banyak menerima curhatan para mama tentang permasalahan anak mereka, akhirnya Ibu Ellysa berinisiatif mengubah pos siskamling yang ada di lingkungan PAUD menjadi Saung Gembira, sebuah wadah berbagi bagi para Ibu.

Ibu Ellysa berkeyakinan bahwa guru harus selalu "berhubungan" dengan orangtua dalam hal prinsip pengasuhan, terlebih untuk anak usia dini.

"Misalnya, guru di PAUD mengatakan 'Nak, mengerjakan PR di sore harinya, malam hari waktunya tidur'. Tapi ternyata masih banyak orangtua yang menerapkan jam  mengerjakan PR di malam hari bagi anak usia dini. Seharusnya orangtua seiya sekata dengan guru ketika mendidik di rumah supaya anak tidak mengalami dualisme. Karena itulah Saung Gembira hadir."
Saung Gembira
(sumber: dokumentasi pribadi)

Di Saung Gembira, Ibu Ellysa bukanlah "narasumber" maupun penasihat. Ketika para ibu asyik mengobrol, beliau lah yang menjadi moderator atau fasilitatornya.

"Anakku susah banget disuruh makan sayur." cerita Mama A.
"Nah, nih, Bu, anak Mama A  susah makan sayur. Kalau anak Mama lainnya gimana?"
"Bikinin nuget sayur aja, Bu."
"Iya, atau
"Nah, banyak solusi nih, Ma. Dipraktikkin ya?" Sharing pun berlangsung sampai akhirnya Ibu Ellysa memberikan PR.

Di Saung Gembira juga terdapat buku-buku anak yang bisa dibaca kapanpun.

Berbagi Ilmu di Rumah Belajar
Tak berhenti sampai PAUD Cempaka, Ibu Ellysa melihat beberapa anak tetangganya seusia SD kelas awal mengalami kesulitan mengerjakan PR. Akhirnya beliau menyisakan setengah ruang tamu rumahnya untuk dijadikan Rumah Belajar bagi anak-anak. Beliau sendiri sebagai mentornya dan tak pernah mematok bayaran.

Semakin lama ternyata semakin banyak yang bergabung, hingga akhirnya belaiua dipaksa salah seorang orangtua menyebutnya nominal upah, beliau pun menyebutnya.

Namun apa yang terjadi?

"Sejak disebut nominal, saya jadi ngga fokus mengajar. Bawaannya males malesan. Tapi setelah saya bilang, terserah, alhamdulillah semangat saya kembali."

Karena Ibu Ellysa menyadari, ilmunya "mahal". Kalau sudah menyanggupi uang, emang bisa sensitif banget ya? ;')

Di Rumah Belajar, Ibu Ellysa juga kerap menerima curhatan para anak terutama usia SD kelas atas. Disinilah peran keibuan beliau sungguh bermanfaat. Tapi beliau juga sadar bahwa bagaimanapun selama masih memiliki orangtua, anak juga harus menjadikan orangtuanya sebagai tempatnya bercerita. 

Mengambil Peran di Dasawisma dan Pandu Lansia
"Coba, kalo kamu datang hari Kamis, bisa lihat kegiatan Pandu Lansia." kata beliau padaku.

Olala, ternyata selain PAUD, Saung Gembira dan Rumah Belajar beliau juga aktif di Pandu Lansia, sebuah wadah bagi para lansia di RW 04 memeriksakan kesehatan dan berkegiatan bersama. Juga Dasawisma, 
Sosialisasi Dasawisma
(sumber: Ibu Ellysa)

Kegiatan Pandu Lansia
(sumber: Ibu Ellysa)

Para lansia ternyata juga perlu diperhatikan. Terlebih mereka yang diuji dengan penyakit. Harus selalu diberikan semangat hidup dan diajak berkegiatan positif. Begitulah kesibukan Ibu Ellysa dan para pengurus Pandu Lansia.

Berperan Serta di PKK dan Jumantik
Di sela-sela wawancara Bu Ellysa bilang,
"Kalau kamu datang di hari Jumat, kita ada Jumantik. Kamu bisa lihat."

Tak perlu ditanya, tentu beliau termasuk pengurus di dalamnya :D

Kegiatan Jumantik dilakukan oleh pengurus PKK, dimana beliau merupakan salah satu pengurusnya. Jadi, di pagi hari sebelum kelas PAUD dimulai, beliau memimpin para warga RW 04 untuk melakukan kegiatan kerja bakti Jumat dan pemeriksaan tempat penyimpanan air di tiap rumah warga.

Kegiatan Jumantik
(sumber: Ibu Ellysa)

Pasukan Jumantik
(sumber: Ibu Ellysa)

Ngebayanginnya aja aku sudah lelah. Duh, tempe banget ya aku? :')

Bekerja dalam Sunyi di Banyak Posisi
Jadi... Sudah berapa peran dijalani beliau? Ratusan.. Intinya banyak, ya. Kita pun belum tentu bisa. Penasaran dengan motivasi beliau, aku coba menguliknya.


"Saya orangnya ngga bisa diam aja di rumah. Mungkin sebagian orang memilih nyantai di rumah. Tapi saya ngga bisa. Saya juga pengen jadi orang bermanfat."

Mendengar penuturan itu aku terenyuh, teringat salah seorang guruku yang juga terus "bergerak". Ngga banyak dari kita yang mau dan bisa begitu. Di saat waktu istirahat, apalagi.

"Sebenarnya rumah saya ke PAUD cuma 5 menit naik motor tapi saya memilih berjalan kaki. Meski waktu tempuhnya bisa 30 menit." lanjut beliau.

Lho? Kok bisa lama ya?

Ternyata di sepanjang jalan beliau asyik saling sapa dengan para warga. Benar-benar orang yang humble ya, beliau :)

Sosok yang bekerja dalam sunyi di banyak posisi. Itulah Ibu Ellysa. Beliau beranjak mengambil banyak peran di pendidikan dan kemasyarakatan. Semua dilakukan atas dasar kepedulian dan Rasa ingin bermanfat.

Luar bisa beliau ya, walau sudah berkepala lima tapi semangatnya seperti usia 17-an, hehe. Duh, jadi malu.

Sejak awal memulai kiprahnya di dunia pendidikan dan kemasyarakatan, Ibu Ellysa tidak pernah mengharapkan menjadi orang terkenal ataupun diliput sana-sini.

Memilih bekerja dalam sunyi sekalian bukannya tanpa tantangan. Berkali-kali omongan negatif melayang pada dirinya, terlebih mengingat status dirinya saat ini.

Di awal semua terasa sulit baginya hingga ia memutuskan berhenti berbuat selama setahun. Tapi kemudian ia menyadari betapa sia-sia membuang waktu hidup setahun hanya karena omongan orang. Bangkit, akhirnya ia memilih.

"Sekarang saya sudah ngga peduli orang mau ngomong apa tentang saya. Saya memang ngga punya anak biologis tapi anak saya banyak, di PAUD dan rumah belajar."

Pelajaran berikutnya dari beliau, aku harus banyak belajar untum menutup telinga dari omongan negatif.

Menjadi Nominasi Ibu Ibukota Awards
Bermula dari keikutsertaan beliau bersama rekan-rekannya mengikuti lomba Posyandu. Setelah melalui perjalanan panjang, terpilih Posyandu Cempaka RW 4 sebagai juara dalam Pemilihan Posyandu Nasional. Sejak itulah, Ibu RW mengajaknya mengikuti lomba Kader Prestasi. Beliau menolak.

"Saya merasa masih banyak senior yang lebih berprestasi. Saya juga bukanlah orang yang pengen ikut ini itu atau dipublish dimana-mana."

Kemudian berita pemilihan Ibu Ibukota Awards, sebuah ajang apresiasi bagi para wanita ibukota (Jakarta) yang digagas oleh Ibu Gubernur Fery Farhati, pun datang. Dengan sedikit memaksa Ibu RW memintanya ikut. Setelah perjalanan panjang seleksi dan wawancara beliau masuk dalam nominasi di bidang PAUD & Pendidikan Orangtua.
Ibu Ellysa saat Seleksi Ibu Ibukota Awards bersama Para Juri: Ibu Fery Farhati & Ibu Najelaa Shihab
(sumber: @ibu.ibukota)
"Apa harapan ibu terhadap anak-anak di sini?"

Dalam video yang aku rekam Ibu Ellysa menyampaikan haarapannya bagi anak-anak terutama di lingkungan RW 04 Cempaka Putih Barat.

Tak banyak orang yang memilih #AksiHidupBaik. Tak banyak yang memilih bekerja dalam sunyi, tak haus publikasi. Tak banyak yang memilih mengambil banyak peran atau posisi. Namun Ibu Ellysa memilihnya.

Yuk, kita dukung Ibu Ellysa dalam Ibu Ibukota Awards. Semoga mendapatkan hasil terbaik :) Lihat profile beliau disini. Jangan lupa love & komen positif ya! :)
Ibu Ellysa Agustina
(sumber: @ibu.ibukota)


Disclaimer:
Tulisan ini dibuat dalam rangka Lomba Penulisan Blog Ibu Ibukota Awards 2019, dibuat berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber, tanpa rekayasa.

43 komentar:

  1. Ya Alloh dengan tugas menjadi guru dibayar 300ribu aku berembun bacanya mba :((( oh ini ya mba yang bekerja dalam sunyi makasih sudah berbagi dan semoga Bu Ellysa selalu diberikan kesehatan aamiin

    BalasHapus
  2. Inspiratif banget.. Iya mbak, aku jg bayangin banyaknya seabreg kegiatan beliau udah kelimpungan sendiri wkwkwk.. Tp bener2 bermanfaat bgt apa yg dilakukan beliau.. Makasih share nya mbak, jd bikin makin semangat untuk spread positivity..

    BalasHapus
  3. Luar biasa ya mbak.. masih banyak orang yang memilih untuk bekerja dalam sunyi dan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat. Semoga keikhlasannya menjadi amal jariyah baginya :)

    BalasHapus
  4. MasyaAllah, berbuat baik itu bisa dimulai dari lingkup terkecil dulu ya. Mungkin ibu Ellysa nggak akan pernah menyangka dengan mengajar di PAUD bisa mengantarnya dapat penghargaan.

    BalasHapus
  5. Maaf, jadi Ibu ini sampai sekarang sudah berkeluarga atau tidak? Tidak punya anak biologis itu maksudnya emang tidak menikah atau tidak bisa hamil?
    Maaf kepo soal ini

    BalasHapus
  6. Ma sya Allah, keren banget beliau ini yaa... Pengabdian yang tanpa kenal lelah, yang dengan sabar mengedukasi dengan pendekatan kekeluargaan. Dan tetap bertahan walau ada tantangan pun, kualitas diri yang tidak semua orang mampu.

    BalasHapus
  7. MasyaAllah, yang begini itu adalah orang yang begitu aku kagumi, memberikan dampak besar kepada masyarakat terutama di lingkungan terdekatnya. Mengingat soal karang taruna, di desaku juga sudah lama mati suri, karena memang nggak mudah untuk menggerakkan seluruh komponennya untuk bekerja sama. Tapi, ada organisasi kepemudaan lainnya yang tetap aktif, karena dipertemukan dengan adzan. Hehhe,

    BalasHapus
  8. Kenyamanan saat mengajar dan melihat anak-anak didiknya jadi anak yang penurut, jujur dan berprestasi memang suatu kebanggaan untuk pengajar

    BalasHapus
  9. MasyaAllah begitu menginspirasi mb, emang bener ya semakin kita mempermudah urusan org lain maka Allah akan kirimkan kemudahan dan kebaikan bagi kita melalui banyak jalan dan perantara

    BalasHapus
  10. Semoga bu Ellysa sehat - sehat terus ya biar selalu bisa berbagi ilmunya. aamiin.

    BalasHapus
  11. Aku selalu kagum sama orang spt ibu ellyssa. Kayaknya aku merasa kecil karena belum bisa berbuat banyak buat orang lain. Semoga beliau diberkahi Allah selalu ya

    Sukses buat lombanya mbak

    BalasHapus
  12. Aku pengen bgt ketemu sama ibu ini. Ntar kalo ada waktu luang aku mau ke paud cempaka deh. Kalo mba visya ada no hpnya bole minta ya hehe nanti aku wa kamu aja

    BalasHapus
  13. ya Allah inspiratif sekali ibu satu ini. Itu seriusan bayaran gurunya hanya 300rb? Salut, mereka hebat. Di tengah kondisi masyarakat kita yang seperti ini ternyata masih ada orang yang ikhlas membantu sesama.

    BalasHapus
  14. ya Allah inspiratif sekali ibu satu ini. Itu seriusan bayaran gurunya hanya 300rb? Salut, mereka hebat. Di tengah kondisi masyarakat kita yang seperti ini ternyata masih ada orang yang ikhlas membantu sesama.

    BalasHapus
  15. Pengen banget deh bisa aktif di masyarakat macam bu Elly, aku orangnya pemalu mbak jadi kalo mau mulai sesuatu selalu gak pede

    BalasHapus
  16. Ibu Ellyssa beneran aktif banget ya mba. Bermanfaat bagi banyak orang. Jadi malu liat diri sendiri. Masih muda, tapi kalah prestasi.

    BalasHapus
  17. Ibu Ellysa ini ibu yang inspiratif banget ya. Membaca kisahnya bikin jadi semangat juga untuk melakukan banyak hal, yang bermanfaat untuk diri sendiri juga untuk orang lain.

    BalasHapus
  18. Aksi Ibu ellysa seperti ini sebenarnya perlu juga dapat publikasi biar makin menginspirasi kita untuk bisa bermanfaat bagi banyak orang

    BalasHapus
  19. Semoga kita bisa bermanfaat juga untuk lingkungan kita ya Bun dan masyarakat seperti ibu Ellysa. Karena menurut aku walau kita ibu rumah tangga tapi harus tetap punya peran di masyarakat kita. Misalnya seperti yang ibu Ellysa lakukan atau seperti yang saat ini kita lakan. Mengedukasi masyarakat kita lewat tulisan. Membantu apa yang bisa kita bantu. Karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain

    BalasHapus
  20. Kegiatannya bermanfaat banget, apalagi sosok ibu Ellysa itu menjadi inspirasi untuk wanita lainnya, hanya berharap semoga ibu Ellysa bisa terpilih dalam ajang ibukota award.

    BalasHapus
  21. Aku pun merasakan karang taruna sepertinya jaman masih SMU sampai kuliah saja deh, sehabis itu gak ada lagi deh. Aku kagum banget deh sama cerita ibu Ellysa ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya kegiatan positif yang dilakukan oleh ibu Ellysa ini bisa terus dilakukan ya. Keren ih ibu Ellysa

      Hapus
  22. Inspiratif ibu Ellysa. Jasa-jasa beliau jadi amal yang panjang dan berkah untuk semua orang.

    BalasHapus
  23. Kegiatan positif seperti karang taruna memang banyak sekali manfaatnya.
    Karena banyak hal yang bisa dilakukan, apalagi dapat membangkitkan semangat panitianya untuk terus berperan aktif dalam menggerakkan kegiatan-kegiatan yang ada

    BalasHapus
  24. Hebat yah, paudnya bagus warna warni, Ada juga kegiatan Lansia. Ini Yang jarang, Rasa rasanya hanya Di RW 04 cempaka putih barat

    BalasHapus
  25. Kereeeennnn.. inspiratif sekali mbak. Saya suka heran,aktif kayak gitu gimana cara bagi waktu dan tenaganya ya? Saya yang IRT dengan duo balita aja rasanya udah capek banget

    BalasHapus
  26. Inspiratif sekali ya mbak, memang ada beberapa sosok yang bergerak tanpa pamrih dan tulus untuk memajukan sda, suka dengan artikel ini, terus menginspirasi ya bu

    BalasHapus
  27. Salut sama sumbangsih Ibu Ellysa Agustina untuk lingkungan.
    Langkah kecil yang menginspirasi masyarakat.

    BalasHapus
  28. Selalu salut sama yg peduli banget sama lingkungannya.Wah keren Bu Ellysa kontribusinya ke masyarakat. Emang sebaiknya gtu yaa dimulai dari lingkup terkecil. Semoga berhasil dapat awardnya dan menjadi pelecut semangat utk lbh baik lagi aaminn

    BalasHapus
  29. Naaah ,beliau beliau yang bergelut dalam dunia kaya gini ini mbok yang eksis di jagad sosial. Bukan yang viral karena keburukan .Indonesia butuh ibu ini dalam jumlah yang sangat banyak.

    BalasHapus
  30. Subanallah, lincah dan suka berbagi ya ibu Ellysa
    Smg terpilih ya

    BalasHapus
  31. Wah, inspiratif dan berjasa banget ya mbak untuk masyarakat. Semoga kelak kita semua dapat memberikan manfaat kepada masyarakat seperti beliau.

    BalasHapus
  32. Hebat sekali. Baca sampai habis, saya malah berkaca-kaca. Apalagi quote beliau tentang, belum punya anak biologis tapi punya banyak anak didik. Pantas saja jika beliau dipanggil Bunda.

    BalasHapus
  33. Karang Taruna di tempat tinggalku di Jakarta juga terdiri dari orang-orang berusia 25-45 tahun hehe. Generasi tahun 70an yang juga banyak berkontribusi. Posyandu di RW-RW saat ini juga makin berkembang lebih baik ya

    BalasHapus
  34. Bener banget mbak, menghidupkan Karang Taruna tidak semudah yang kita bayangkan. Dulu aku sempat aktif di Karang Taruna, lambat laun kita memiliki kesibukan masing-masing alhasil sampai sekarang Karang Taruna gak sesolid dulu. Ibarat kata Karang Taruna Cabutan, btw pembelajaran dari Ibu Ellysa bener sekali, kita harus mampu tutup telinga ditengah-tengah omongan negatif orang-orang

    BalasHapus
  35. MasyaAllah kiprah ibu Elysa perlu diapresiasi sekali. Apalagi perannya bagi masyarakat sekitarnya.
    Btw aku jadi inget pas mau kuliah tapi ga dikasih kesempatan.hehhehe wkkw
    Terimakasih untuk inspirasi nya mbak

    BalasHapus
  36. wow inspirasi ya mba apalagi bagian jalan kaki 30 menit demi bertegur sapa, duh ini banget nih contoh baik aksi baik sekali

    BalasHapus
  37. Waaah luar biasa ibu Ellysa ini... salute aku untuk beliau, menginspirasi sekali :)

    BalasHapus
  38. Keren ibu Elysa. Kita harus mencontoh hal positif yang beliau tularkan nih.
    Sangat menginspirasi, sehat sellau bunda Elysa.

    BalasHapus
  39. Ketika ada manusia yang memberikan hidup dan talentanya untuk kebaikan maka di situlah dia sudah menjadi yang terbaik bahkan luar biasa. Keren banget Ibu saya salut.

    BalasHapus
  40. Salut sana bu Elysa, the real angel. Membuktikan kalau siapa aja bisa mengambil peran besar untuk sekitar.

    BalasHapus
  41. hebat yaaa beliau. perannya banyak sekali. senang deh ada PAUD di lingkungan RW, kalau di rumah saya adanya di desa sebelah. jauh. huhu

    BalasHapus