Relawan Berharga Bagi (Pemersatu) Bangsa



Relawan (terkadang) tak dibayar bukan berarti tak berharga. Mereka berharga terlebih bagi (pemersatu bangsa). Ya, bangsa ini butuh pemersatu, gerakan kerelawanan solusinya.

Mengenal dunia relawan sejak duduk di bangku kuliah, memberiku candu. Aku tak peduli walau tak dibayar materi. Hingga kusadari, gerakan kerelawanan adalah salah satu alat pemersatu bangsa.


Relawan Tak Hanya Ada Saat Bencana
Bencana di negeri ini datang silih berganti. Banjir di setiap awal tahun, longsor pun sempat viral di beberapa titik. Hingga yang tak terlupa di 2018 adalah Gempa Palu & Dongggala. Berbondong-bondong orang datang menolong, baik langsung ataupun melalui donasi. Mereka yang terjun langsung, merekalah relawan.

Biasanya relawan diidentikkan dengan relawan bencana. Sehingga persepsi sebagian besar masyarakat: relawan hanya ada ketika bencana. Padahal kenyataannya TIDAK. Ya, relawan tak hanya hadir ketika bencana terjadi.

Aku pribadi sudah sejak duduk di bangku sekolah, sekitar tahun 2013, menerjunkan diri dalam gerakan kerelawanan. Bahkan bukan relawan bencana melainkan relawan pendidikan.

Tapi, sebenarnya siapa itu relawan?
❤relawan adalah kerja bakti, kerja bersama-sama bukan sekadar sama-sama bekerja
❤relawan (biasanya) jauh dari materi/bayaran tinggi sehingga tdk mengganggu fokus gotong royong
❤relawan disatukan oleh rasa peduli pada negeri dan ingin menjadikannya lebih baik.

Gerakan Kerelawanan Dahulu dan Kini
Mari kita tengok dari grassroot yang digagas oleh masyarakat awam. Tak sedikit teman-teman aktivis yang kukenal menginisiasi gerakan kerelawanan yang masih berlangsung hingga kini. Tak sedikit yang usianya sudah lebih dari tiga tahun. Mereka punya kesamaan poin: berawal dari ide dan kepedulian para pemuda, dirawat dengan komitmen hingga berefek luas.

Untuk tahap yang lebih besar, Gerakan Indonesia Mengajar yang digagas oleh Bapak Anies Baswedan layak menjadi panutan. Gerakan ini merekrut para fresh graduates berprestasi yang sebenarnya bisa saja mendapatkan pekerjaan dengan gaji layak dan lantor yang nyaman, untuk ditempatkan di pelosok negeri. Berkontribusi lewat dunia pendidikan dan sosial kemasyarakatan selama setahun penuh.

Tapi, apakah relawan benar-benar bisa diikuti siapapun? Jawabannya tidak semua orang. Hanya mereka yang memiliki kepedulian tinggi yang mampu.

Siapapun bilang relawan tak ada sekolahnya?

Nyatanya Sekolah Relawan hadir sebagai wadah membekali diri. Sekolah Relawan Lembaga sosial kemanusiaan yang fokus pada edukasi kerelawanan serta pemberdayaan masyarakat sebagai wujud aksi nyata.

Setidaknya 4428 relawan, 195 sekolah dan instansi serta 127 komunitas sudah terlibat dalam kegiatan Sekolah Relawan.

Kegiatan Sekolah Relawan  terbagi menjadi beberapa fokus antara lain:
Edukasi Kerelawanan
  • Orientasi Relawan
  • Volunteer Fun Camp
  • Comdev Fasilitator Training
  • Disaster Leadership Training
  • Emergency Situation Training
  • Volunteer Leadership Training
  • Akademi Komunitas Nusantara
  • Volunteer Management Training

Sosial Kemanusiaan
Social Disaster Rescue

Pemberdayaan Masyarakat
  • Tatar Nusantara
  • Yatim Bright
  • Naik Pangkat

Advokasi
Sedekah Lawan Rentenir

Kenapa sih relawan harus mempersiapkan diri?
✅agar mampu mengoptimalkan potensi saat di lapangan
✅mengupgrade ilmu & kesiapa jiwa raga
✅menguatkan komitmen dan menumbuhkan optimisme

So, masih malas mempersiapkan diri? Please think twice!

Bangsa Ini Butuh Pemersatu, Gerakan Kerelawanan Solusinya
Memang rasanya tidak ada seorangpun yang menginginkan bencana terjadi. Tapi jika kita tetap bisa berpikir positif, hadirnya bencana tentu mengandung hikmah. Disadari atau tidak, semakin banyak orang menerjunkan diri menjadi relawan. Datangnya bencana secara tak langsung  membuat gerakan kerelawanan kian berkembang. Tak peduli apa sukunya, agamanya, latar belakangnya, semua menjadi satu dengan tetap menghargai satu sama lain. Bencana secara tak langsung membuat gerakan kerelawanan menjadi media pemersatu bangsa.


Pengalaman Merasakan Jadi Relawan Pemersatu Bangsa
Dari beberapa gerakan kerelawanan yang kuikuti, baik inisiasi sendiri atau bergabung dengan komunitas lain, yang cukup mengena adalah Ekspedisi Beranda Indonesia. Disini aku merasakan betapa gerakan kerelawanan menjadi pemersatu bangsa.

Saat itu, Agustus 2015 setelah melalui serangkaian proses persiapan baik secara funding, kesehatan anggota, kami berangkat dari Jakarta menuju Pulau Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Kami berenam yang kesemuanya muslim, dihadapkan pada penduduk yang 90% berbeda agama dengan kami. Tak hanya beda agama, namun juga beda budaya, suku/ras, tapi semuanya melebur ketika kami tinggal seatap bersama mereka. Melaksanakan beragam program pemberdayaan masyarakat dan pengajaran ke sekolah.

Aku, dia, mereka. Semua bersatu atas nama kepedulian terhadap pendidikan anak Rote. 

Ah, semoga saja semakin banyak yang melek terhadap gerakan kerelawanan yang berpotensi menjadi solusi pemersatu bangsa, di tatanan pemerintah maupun masyarakat awam.


Referensi:
https://www.sekolahrelawan.com/tentang-kami/

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Sekolah Relawan bertema "Gerakan Kerelawanan Solusi Pemersatu Bangsa"

2 komentar:

  1. Belum pernah merasakan jadi relawann , tapi selalu kagum dan salut akan perjuangan mereka.
    Keren mbak Visya, semoga makin banyak yang peduli dengan kerelawanan ini nanti

    BalasHapus