Pendidikan Karakter dalam Jiwa Pendidik

Pendidikan


Pendidikan karakter kembali marak diperbincangkan dalam dunia kependidikan Indonesia. Sudah banyak literatur yang membahasanya, mulai A hingga Z. Sayangnya, belum banyak orang yang mengerti apa dan bagaimana pendidikan tersebut. Hal itu diimbangi dengan kasus-kasus dalam ranah pendidikan yang berkaitan dengan minimnya karakter. Contohnya kasus pencontekan massal dalam UN, yang bahkan didukung sendiri oleh gurunya.

Berikut disajikan wawancara eksklusif bersama Kepala Departemen Pendidikan, BEM Universitas Negeri Jakarta 2012/2013, Sarah Saskia, dengan tema ‘Pendidikan Karakter dalam Jiwa Pendidik’

V : Seperti yang kita ketahui, saat ini marak dipublikasikan tentang pendidikan karakter.Berbagai literatur pun mengungkapkannya, mulai dari A sampai Z. Menurut Anda sendiri, apakah pendidikan karakter itu?
S : Pendidikan karakter menurut saya adalah pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter positif, baik itu peserta didik maupun pendidik.Outputnya tidak lagi berbentuk nilai-nilai alfabetis ataupun numerik tapi lebih kepada karakter postitif yang tertanam pada kedua elemen tersebut (peserta didik dan pendidik) yang dapat menjadi bekal bagi mereka untuk kehidupan mereka serta pengembangan bangsa dan negara.

V : Dilihat dari urgensinya, seberapa pentingnya pendidikan karakter bagi pendidik dan calon pendidik? Lebih penting mana, pendidikan karakter bagi pendidik atau peserta didik.
S
 : Pendidikan karakter sangatlah penting bagi para pendidik dan calon pendidik, karena merekalah yang berinteraksi dan bersentuhan langsung dengan peserta didik. Pendidik merupakan role model yang mudah dilihat dan diteladani di depan kelas oleh peserta didiknya. Oleh karena itu pendidikan karakter dimulai dengan mengembangkan karakter postif diri pendidik dan calon pendidik sebagai garda terdepan dalam perbaikan pendidikan bangsa.

V : Terkadang banyak orang salah mempersepsikan antara kepribadian dan karaker. Menurut Anda, apa perbedaan antara kepribadian dan karakter?
S : Menurut saya,kepribadian atau manner itu lebih kepada citra dan sikap yang terpancar ke luar, bisa jadi kondisi di dalamnya berbeda. Kepribadian dapat dipelajari dalam rentang waktu yg relatif singkat dan dapat dimanipulasi. Misalnya orang yang memiliki kepribadian ganda, di satu sisi ia bisa bersikap baik, di sisi lain ia dapat menjadi org yang sadis. Ternyata apa yang ada didalam dirinya berbeda dari apa yang ditunjukkan. Sedangkan karakter adalah nilai-nilai yang sudah tertanam dan melekat dalam diri kita, proses pembentukannya memakan waktu yang cukup lama dan melibatkan alam bawah sadar kita. Sehingga karakter menggambarkan diri kita apa adanya.

V : Bagaimana karakter yang ideal bagi pendidik dalam pandangan Anda?
S : Karakter yang ideal bagi pendidik adalah yang memiliki kecintaan pada profesinya, kecintaan pada bangsanya, kecintaan pada peserta didiknya dan kecintaan pada ilmu pengetahuannya.

V : Apa harapan Anda bagi pendidikan Indonesia?
S : Pendidikan Indonesia menjalankan amanat UUD pasal 31 ayat 1 yakni menjamin pendidikan untuk semua tanpa ada diskrimanasi.
Setiap orang hanya memiliki satu karakter, bukan dua ataupun lebih. Berbeda dengan kepribadian yang mungkin terdapat lebih dari satu pada tiap diri manusia. Secara fitrah, karakter manusia—sekalipun berbeda ras dan agama—adalah sama, sebab fitrah tersbeut diberikan oleh Sang Pencipta. Polesan dunia lah yang membuat karakter tersebut. Karakter dianalogikan sebagai sebuah pohon, sedangkan meja, kayu dan segala produk dari pohon tersebut adalah analogi dari kepribadian. Jadi, dari wawancara dan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan turunan dari karakter.

Pada dasarnya pendidikan karakter harus dimulai sejak dini, dari jiwa para pendidik. Sebab dengan begitu akan lebih mudah untuk menularkannya pada peserta didik. Bayangkan jika pendidiknya saja tidak memiliki karakter yang jelas, bagaimana dengan peserta didiknya? Ingatlah, menjadi pendidik bukan sekedar menyalurkan ilmu. Menjadi pendidik adalah mendidik karakter siswa menuju kebaikan. 

Hidup pendidik Indonesia! 

-Ditulis untuk mengikuti lomba blog Sampoerna School of Education 2012 dengan tema 'Menjadi Pendidik'-

0 komentar: