Mendidik dengan Cinta, Menginspirasi dengan Mimpi



                                                oleh: Evi Syahida (FMIPA UNJ) 
Ibu Guru Visya dan D'Equator 8-4 :)
              
"Aku seorang Guru. Guru adalah seorang pemimpin. Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku. Aku tidak berjalan di atas air. Aku tidak membelah lautan. Aku hanya mencintai anak-anak." -Marva Collin-

Di dunia ini terdapat beragam profesi yang dikerjakan tidak hanya mereka yang menyandang predikat ‘usia dewasa’ melainkan juga remaja atau peralihan dari remaja menuju dewasa. Mari sejenak bertanya pada nenek dan kakek atau ayah dan ibu tentang kehidupan guru di zaman dahulu. Sebagian besar mereka menjawab, tidak ada kepastian. Ya, ketidakpastian honor yang diterima. Ketidakpastian kesejahteraan hidup yang terus merongrong. Maka tidak salah jika porofesi guru menjadi profesi yang sedikit diminati dibandingkan profesi lainnya. Jangan heran pula jika banyak yang tidak bersekolah selain karena alasan kondisi perekonomian.


Bandingkan dengan sekarang. Beragam jurusan kependidikan menjadi incaran para calon mahasiswa. Bahkan pada beberapa tahun terakhir jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) mengalami kenaikan drastis dalam passing grade. Hal ini menandakan begitu banyak orang memperebutkan ‘posisi’ guru. Guru itu memang istimewa. Bukan dilihat dari honor yang meningkat tajam dibandingkan beberapa windu sebelumnya, ataupun tunjangan-tunjangan yang terus mengiringi. Jadi, apa istimewanya guru?

Pertama, guru adalah orang yang selalu berbagi. Setiap agama tentu mengajarkan tentang pentingnya berbagi. Menjadi guru adalah menjadi orang yang senantiasa berbagi, berbagi kebahagiaan, ilmu dan pengalaman. Ada kebahagiaan tersendiri dalam diri seseorang ketika ia mampu berbagi dengan orang lain. Kebahagiaan seorang guru begitu nyata terlihat ketika anak didiknya telah meraih kesuksesan. Sungguh amat membanggakan.

Kedua, guru adalah profesi yang mulia bagi wanita. Menurut beberapa survei yang dilakukan sebagian besar responden berpendapat bahwasanya profesi yang mulia atau yang terbaik bagi seorang wanita adalah menjadi guru. Hal ini didukung dengan peran wanita sebagai ibu, sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya. Menjadi guru tentu tak hanya dibekali disiplin ilmu utama melainkan juga ilmu-ilmu kependidikan, bagaimana menghadapi murid, bagaimana mengatur proses pembelajaran dan lain sebagainya. Namun hal ini tidak berarti profesi selain guru tidak baik bagi wanita.

Ketiga, guru adalah orang yang kreatif. Setiap hari yang dijumpai seorang guru di sekolah adalah murid-murid. Guru bertugas mendesain proses pembelajaran di kelas. Tentunya dalam hal ini dibutuhkan kreatifitas guru agar siswa semakin termotivasi untuk giat belajar. Bukti kreatifitas guru secara nyata dibuktikan dnegan pemilihan guru teladan baik di tingkat regional maupun nasional. Guru teladan tersebut dinilai dari kreatifitasnya dalam menciptakan proses pembelajaran yang interaktif.

Namun apakah benar segala hal yang menyangkut guru adalah semua hal yang istimewa dan sisi putihnya saja? Tentu tidak. Guru selayaknya manusia biasa yang juga memiliki sisi hitam. Istilah pahlawan tanpa tanda jasa rasanya tak lagi asing di telinga. Guru dideru-deru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Jika guru tak mampu menyadari hakikatnya sebagai seseorang yang digugu dan ditiru, maka hal ini akan berimbas pada para anak didiknya.

Beragam sumber pustaka menjabarkan secara terperinci peran dan tugas guru sehari-hari. Berdasarkan studi-studi pustaka yang telah dilakukan ada dua tugas guru yang utama yakni mendidik dan menginspirasi. Lantas bagaimana caranya mendidik dan menginspirasi yang baik?

Mendidik dengan Cinta

Setiap guru memiliki cinta. Guru yang dianggap killer oleh sebagian siswa pun tentu memiliki cinta untuk anak didiknya. Jika tak cinta mana mungkin ia menegur sebagai bukti kepeduliannya?
Mendidik dengan cinta artinya mendidik dengan penuh kasih sayang. Mendidik dengan cinta artinya tidak ada diskriminasi terhadap siswa. Mendidik dengan cinta artinya tidak hanya ‘mentransfer’ materi kepada anak didik melainkan juga mengetahui perkembangan setiap anak didik sebab guru adalah orangtua siswa di sekolah.

Mari kita amati beragam peristiwa penyimpangan perilaku guru kepada peserta didik.Contohnya seorang 
guru yang tega melakukan kekerasan pada anak didiknya, atau tindakan-tindakan lainnya yang sama sekali tidak dibenarkan dalam hukum di Indonesia. Hal itu merupakan implikasi dari tidak adanya cinta dari seorang guru kepada peserta didiknya.


Menginspirasi dengan Mimpi

Setiap manusia di muka bumi pasti memiliki mimpi, tak ayalnya dengan seorang guru. Mimpi ibaratkan tujuan yang dicapai oleh individu. Mimpi membuat seseorang lebih termotivasi dalam menjalani kehidupannya. Jika seseorang tak memiliki mimpi, sama saja tak memiliki tujuan hidup.
Seorang pendidik hendaknya adalah seorang pemimpi. Namun bukan sekedar pemimpi melainkan pemimpi yang berusaha sekeras mungkin mencapai mimpi-mimpinya. Dengan begitu ia mampu menularkan semangat bermimpinya pada para anak didiknya. Hingga akhirnya anak didik mampu terinspirasi melalui mimpi.
Berbanggalah hati menjadi seorang guru sebab ia selau diliputi mimpi dan cinta. Keduanya adalah yang mampu menguatkan seorng guru menjadi perannya dengan penuh kesungguhan hati. Guru yang baik akan mampu menghasilkan anak didik yang baik pula. Maka mendidiklah dengan cinta dan menginspirasilah dengan mimpi. Demi putra dan putri bangsa! Demi pendidikan Indonesia! 

Ibu Guru Visya dan noys of 7-2 :)
Aku Bangga Jadi Pendidik :)

Referensi                                                           :
Tim Penulis Mitra Forum Pendidikan. Oase Pendidikan di Indonesia. Tanoto Foundation: Jakarta, 2014.
Hilman, Iim. Profil Guru Ideal: Studi Tokoh Muslimah dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2010.

0 komentar: