(Seharusnya) Aku Bahagia

Allahuakbar.. Allahuakbar.. Allahuakbar.. Laa ilahailallahu Allahuakbar.. Allahuakbar wa lillah ilham..
Kumandang takbir menyeruak dari speaker masjid di sekitar rumah mbahku. Setiap tahunnnya seluruh keluarga besarku berkumpul disini, walau keluargaku dan keluarga bude berbeda rumah. Tahun ini kami mbah putri, ayah, ibu, bude, pakde dan sepupu-sepupuku. Bercengkrama dan makan bersama. Namun malam takbiran disini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Ya, kami baru saja kehilangan mbah kakung tercinta. Mbah kakung yang menghadap ke haribaan tepat di pertengahan bulan Ramadhan, dengan begitu tenang. Tidak ada kata tidak percaya, tidak ada kata tidak menerima. Ikhlas, bukanlah pilihan, melainkan yang HARUS dilakukan.
Setahun yang lalu kami masih lengkap berkumpul. Pun tentu tak ada yang mengetahui bahwa tahun itu adalah tahun terakhir kelengkapan keluarga kami.

Allahuakbar.. Allahuakbar.. Allahuakbar.. Laa ilahailallahu Allahuakbar.. Allahuakbar wa lillah ilham..

(Seharusnya) Aku Bahagia..
Peristiwa pertama bermula saat mbah kakung terjatuh di perjalanan dari masjid menuju rumah pasca sholat magrib. Namun mbah tidak pernah mengeluh, hingga sang istri, mbah putri yang menyadarinya.

Tidak pernah kudengarkan sedikitpun keluh rasa sakit keluar dari mulutnya, sekalipun waktu itu aku mengantarnya pergi ke dokter. Mbah kakung meminta untuk pulang ke rumah beberapa hari setelah dirawat meski keadaannya belum pulih.. Mbah kakung memang begitu penyabar, sejak pertama kali aku menyadari kehadirannya saat aku kecil.

Hingga akhirnya mbah dirawat di rumah. Jika saja mbah masih di RS dan meninggal di RS, pasti akan sangat sulit mengurus kepulangan jenazahnya ke rumah. Mbah kakung memang tidak pernah merepotkan..

 (Seharusnya) Aku Bahagia..
Allah telah mewafatkan mbah kakung di bulan yang begitu suci dari sebelas bulan lainnya. Bulan Ramadhan. Bulan dimana rahmat, ampunan dan pintu maaf begitu terbuka lebar. Bahkan mbah kakung wafat di pertengahan bulan, antara magfiroh dan ‘afwu. 

 (Seharusnya) Aku Bahagia..
Allah memberikan sakratul maut yang begitu menenangkan pada mbah kakung. Hingga kami sekeluarga yang berada di sisinya saat itu tidak menyadari bahwa mbah tengah menghembuskan nafas terakhir. Yang kami kira hanya bernafas biasa. 

(Seharusnya) Aku Bahagia..
Mbah kakung wafat di kala subuh menyapa. Waktu yang begitu mulia. Awal pagi. Bukan di siang, malam atau sore hari. Mungkin mbah mau seluruh keluarganya sedang berkumpul saat beliau wafat. Aku membayangkan jika mbah meninggal di sore atau siang hari, kami semua sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Akan butuh waktu lama untuk tiba di rumah. Atau di malam hari saat semua orang sedang beristirahat. 
Mbah tidak pernah menyusahkan orang lain..

(Seharusnya) Aku Bahagia..
Saat dimandikan, menurut pengakuan orang-orang yang memandikannya, tidak ada kotoran sedikitpun keluar dari jenzah mbah. Begitu bersih. Sampai aku begitu terharu.. Mbah kakung orang baik, ya Allah.. Alhamdulillah..
Bahkan saat dikafani, aku sempat mencium pipi mbah. Sejuk dan wangi. Lagi-lagi butir air mataku menetes, syukurlah tak menimpa bagian tubuh mbah manapun..
(Seharusnya) Aku Bahagia..
Mbah kakung disholati saat adzan dzuhur dan sholat dzuhur di musholla. Beliau disholatkan oleh orang-orang yang sedang dalam keadaan puasa. Insya Allah doa orang yang sedang puasa akan diijabah Allah. Mbah juga disholati oleh lebih dari 40 orang, yang sepengetahuan

"Tidaklah seorang Muslim meninggal dunia lalu jenazahnya disholatkan Oleh 40 (empat puluh) orang yang Tidak pernah berbuat syirik kepada Allah sedikitpun melainkan Allah Akan mengizinkan mereka memberi syafaat kepadanya (pada hari Kiamat, pent)." (HR. Muslim).

Baru kali ini, pertama kalinya aku ditinggalkan oleh orang yang sebegitu dekatnya denganku.. Ada saja yang membuatku mengingatnya di pekan-pekan awal wafatnya mbah kakung, kadang sampai menitikkan air mata..
 Idul Fitri kali ini, kami tanpamu secara jasadiyah. Namun insya Allah mbah selalu di hati kami..

(Seharusnya) Aku Bahagia..
Insya Allah.. Mbah kakung sudah tenang disana, tidak lagi merasakan sakit dunia. Insya Allah mbah khusnul khotimah.
Ya Allah, matikan kami pula dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin ya Allah..

-Rumah Mbah
Malam Takbiran, 1436 H, 16 Juli 2015-

1 komentar: