Bismillahirrahmanirrahim.
Kembali lagi di serial cerita backpacker Visya di Pontianak.
Mau baca cerita sebelumnya?
Cerita dari Bumi Khatulistiwa #2 : Pontianak, I am In Love!
Cerita dan Bumi Khatulistiwa #1 : Selamat Datang di Kota P Pulau K, Muslimah Backpacker!
Sabtu, 9 Mei 2015
Huaah setelah bergelut dengan ‘ketegangan’ di hari Jumat,
akhirnya refreshing juga. Yap, hari ini aku dan teman-teman finalis lainnya
bakal diajak keliling Pontianak dalam agenda field trip. Yuhu! It’ll be very
fun, of course.
Pukul 06.00 panitia udah ngetok-ngetok pintu, mengingatkan
jam 06.30 kita kumpul di ruang tengah. Aku pribadi udah bangun dari azan subuh.
Anw aku kan disini tidurnya di ranjang bertingkat dan aku persis di atasnya
Rona, ngeri ngeeri gimana gitu tiap naik atau turun tangga. -____-
Kita start dari penginapan sekitar pukul 08.00 WIB. Oh ya,
WIB loh ya. Sempat ada finalis lain mengira dimensi waktu kita udah berubah ke
WITA. Ngga kok, ngga, kita masih di dimensi waktu berbeda walau dimensi ruang
berbeda :’) #apalahaku
Tujuan pertama kita adalah...TUGU KHATULISTIWA. Waah
penasaran rupanya seperti apa..
Sepanjang perjalanan kami sibuk bercerita, ngebaur banget
deh peserta dan panitia. Oh ya kami melewati namanya Stasiun Negara. Wah aku
abru ingat kalo Kalimantan Barat ini berbatasan dengan negara tetangga alias
Malaysia.
“Jadi kita bisa naik bus ke Malaysia?” tanyaku pada Liani,
salah seorang panitia.
“Oh iya bisa. Tapi harus pakai pasport.”
Waaah kalo tau gitu aku bawa pasport deh.. Trus Liani mulai
bercerita tentang pengalamannya menjadi jurnalis di perbatasan Kalimantan
Barat-Malaysia. Tentang perjuangannya dia berbaur dengan TKI disana, tentang
dia yang nyaris ketahuan tentara perbatasan dan lain-lain. Asliii seru deh!
Kami juga melewati Jalan Khatulistiwa. Well sebenarnya
pengen turun dan berfoto disana tapi ga enak lah, cuman aku doang. Hingga
akhirnya tiba juga kami di Tugu Khatulistiwa. Hawa panas mulai begitu menyengat
walaupun saat itu masih jam 09.30 WIB.
Kami masuk ke dalam museum, melihat beragam diorama dan
pameran lainnya. Tentang makna Kota Khatulistiwa, dll. Well dulu aku sempat
berpikir kota Khatulistiwa adalah Palu di Sulawesi Tengah, ternyata Pontianak,
eh walau sebenarnya Palu termasuk juga tapi yang tepat berada di garis
khatulistiwa ya Pontianak. Tepat di 0 derajat!
Puas mengorek informasi dan berfoto narsis, kami diajak ke
sebuah tempat. Dan ternyata itu adalah tepi sungai Kapuas. Huaaa. Hmm sayangnya
warna airnya kecoklatan gitu, atau memang sungai warnanya gitu? Entahlah *dasar
anak Kota -___-
Oh ya, menurut informasi yang kudapat letak 0 derajat setiap
beberapa tahun sekali bergeser. Dan tahun ini adalah pergeseran signifikannya.
Makanya mulai dibangun tugu baru di luar museum letaknya. Hmm gitu toh.
Dari Tugu Khatulistiwa, kami beranjak ke Museum Kalimantan
Barat. Sayangnya begitu tiba disana ternyata sudah ajm istirahat, jadilah kami
ikut-ikutan istirahat. Anw selama di pontianak kami dikasih makan ayam mulu,
wkwk. Kami lunch bareng lesehan di depan museum. Setelah itu, kami sholat. Paca
sholaty tetiba aklu ngidam jajanan di samping museum. Eh ternyata Anggi dan
Uswah juga.
“Kamu ndak bilang mau jajan, saya juga mau.” Kata Anggi.
Kami pun jajan berdua.
Wah sisa tinggal sosis, harganya Rp 2500/buah, lumayan mahal
juga, menurutku yang jarang jajan, hehe. Sementara Uswah membeli es campur,
harganya sekitar 5000 rupiah kalo ga salah.
Tengteng, museum dibuka. Cukup dengan Rp 700/orang saja kami
sudah bisa mendapatkan pemandau dan berkeliling museum yang tampak gelap, wowow.
Ngomong-ngomong aku sempat lihat diorama penjelasan tentang Kuntilanak gitu.
Lah iya, jangan-jangan ada hubungan antara Pontianak dan Kuntilanak?
Sebenarnya aku ga terlalu suka sejarah tapi rasa kepoku
lebih ebsar dari rasa tidak sukaku, kudengarkan penjelasan pemandu kami. Di
lantai 2 ada pameran baju adat KalBar, pelaminan ala Kalbar, prosesi kelahiran
hingga prosesi kematian yang cukup bikin waswas ditambah suasana yang begitu
gelap. Jadi dulu itu penduduk KalBar
dibunuh massal hingga tak tersisa penduduknya kemudian orang-orang dari Jawa
berdatangan kesini makanya banyak juga suku Jawa mendiami daerah ini.
Lumayan lama kami di museum, sampai-sampai museum menunda
penutupan karena masih ada kami. Pasalnya di weekend mereka Cuma buka setengah
hari. Oke, selanjutnya kita kemana?
Rumah Radankg. Itu loh, rumah adat suku Dayak. Begitu tiba
di sana, ternyata di bagian bawah lagi ada pameran batu mulia. O-M-G -___- Kami
langsung naik ke atas. Wah kukira rumahnya dibuka, ternyata ditutup. Ngga
apa-apalah, cukup puas menikmati pemandangan Pontianak dari atasnya.
Oia di sebelah rumah Randankg ada rumah Melayu, kirain bakal
kesana, ternyata ngga karena hari semakin gelap. Well, gapapa, i think i still
have time enough. Dari rumah Radankg kami segera menuju Masjid Raya Pontianak
untuk menunaikan shalat ashar. Kalo kemarin, kami kemari dalam ekadaan gelap,
nah sekarang versi terangnya. Waah bagusnya masjid ini. Lagi ada yang resepsi
juga di aulanya. Btw saking lelahnya, aku sempat ketiduran di masjid ini saat
menunggu adzan ashar, :’D
Kukira dari amsjid, kami langsung kembali ke asrama.
Ternyata kami masih dibawa pergi. Kali ini ke tempat yang akan ‘menguras’
habis-habisan (?). Yap apalagi kalo buka pusat oleh-oleh. Duh lupa apa nama
tempatnya -___-
Dalam hati aku bertekad untuk tidak menghabiskan uang lebih
dari 100.000 rupiah untuk oleh-oleh makanan. Dan..berburu pun dimulai! Makanan
yang terkenal disini adalah olahan khas dari lidah buaya. Well seumur-umur aku
belum pernah makan lidah buaya, kalopun pernah, cuman buat rambut, haha.
Ada nata de coco lidah buaya, manisan lidah buaya, dll. Aku
memilih nata de coco, dodol dan beberapa snack. Cukup menguras, aku habis
78ribu rupiah~
Di sebelah toko makanan ada toko baju, mampir ah. Wah aku
naksir rok batik pontianak, tapi harganya mahal, 100.000 rupiah T_T padahal aku
mau beli 3, buatku, saudariku dan ibuku. Akupun minta tolong sama panitia buat
ditawarkan. Ya biasanya kalo sama orang lokal, bisalah kasih murah. Eh etrnyata
penjualnya teteup kekeuh tak terbantahkan, huhu.
Aku beralih ke gantungan kunci. Niatnya mau beli banyak
kayak pas di Jogja. Tapi olala ternyata harganya per buah 2000 rupiah, cukup
mebnguras ya, heemm.. Alhasil aku Cuma beli 3 buah aja. Eh ada gelang juga tapi
lagi-lagi harganya kemahalan, haha, dasar otak ibu-ibu. Yang lain masih pada
sibuk belanja, apalagi Rona dari IAIN Palembang. Secara dia dapat uang saku
ratusan ribu rupiah :’)
Oia tadi pas lunch, Uswah sempat bilang dia ga bisa
terus-terusan makan ayam, alhasil panitia nawarin kita menu lain.
“Disini ada yang mau beli kwetiauw?”
Nah kukira pada mesen semua, ikutlah aku pesan, kasih uang
25ribu.
“Sudah puas belum belanjanya?”
“Sudah...” kata peserta lain. Kami langsung kembali ke
asrama, secara mulai kelelahan juga.
Begitu tiba di asrama, ternyata kwetiauw pesanan kami sudah
datang. Ternyata yang pesanan kwetiauw hanya aku, Uswah dan Anggi. Aku mulai
membukanya dan....jengjeng..
BANYAK BANGET. Asli banyak banget satu porsinya. Udah gitu
pake daging kambing, aku ga suka daging kambing =_= Aku dan Uswah pun mulai
memakan kwetiau kami, sementara yang lain masih pada asyik ngobrol di ruang
tengah. Kusingkirkan lamb dan mulai memakan. Tetiba Liani masuk ke kamar
dan mulai curhat seperti biasa. Kali ini tentang percintaannya, ciee :D
Lama-lama eneg juga makan kebanyakan, teman-teman lain mulai
kembali ke kamar dan akhirnya ada juga yang ngebantuin aku dan Uswah makan,
haha.
Waah tak terasa malam ini malam terakhir kita bersama :’)
Niat hati mau nobar tapi rasa lelah mengalahkan segalanya, haha. Have a nice
sleep, friends. See you tomorrow ;)
Baca cerita selanjutnya disini:
Cerita dari Bumi Khatulistuwa #4: A Moment To Go
Baca cerita selanjutnya disini:
Cerita dari Bumi Khatulistuwa #4: A Moment To Go
0 komentar: