Nice Homework#3- Membangun Peradaban dari Dalam Rumah

sumber: unknown

NICE HOMEWORK #3

📚MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH 📚
"Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam maka kamu akan keluar dengan kesungguhan." Pak Dodik


Maksud perkataan diatas yang sya pahami adalah apabila kita bersungguh-sungguh mengurusi keluarga, insya Allah kita akan menjadi orang yang sukses pula ketika berkiprah di luar. Bonusnya insya Allah akan melahirkan generasi rabbani,cerdas dan bermoral.

Bunda, setelah kita belajar tentang "Membangun Peradaban dari Dalam Rumah" maka pekan ini kita akan belajar mempraktekkannya satu persatu.

👨‍👩‍👦‍👦Nikah

Bagi anda yang sudah berkeluarga dan dikaruniai satu tim yang utuh sampai hari ini.

a. Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.

(surat cinta nya ngga usha dipubish ya hehe). Suami saya adalah tipe setengah romantis, setengah humoris. Dalam artian ia tahu kapan harus bersikap romantis, kapan harus melucu untuk menghibur. Ketika menerima surat dari saya, ia terdiam lalu mengucapkan "Apapun yang terjadj, kita akan melalui semuanya bersama. Terimakasih telah memilihku." kata-kata yang ia juga ungkapkan di proposal ta'arufnya setahun yang lalu.

"Memilih untuk menerimamu bukan karena alasan perasaan. Melainkan karena keimanan dan kesamaan visi di masa depan."

Ya, ia memilih saya dan saya menerima dia bukan karena utamanya cinta. Kami tak pernah saling kenal sebelumnya. Kesamaan visi misi dan keimnananlah yang menjadi alasan terkuat kami.

Segala puji bagi Allah yang telah memasangkan kami dalam bingkai umah tangga di dunia dan semoga hingga ke syurgaNya :') Semoga kami bisa terus saling jatuh cinta~

b. Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, memgapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.

Potensi, setiap individu tentu memilikinya, sekalipun ia sendiri menjudge dirinya 'tak berguna' atau sebagainya. Naudzubillah. Sebab sebagaimana Allah firmankan dalam salah satu ayat dalam Al Qur'an; sesuatu tidak diciptakan tanpa ada kegunaan. Apalagi kita sebagai manusia, makhluk yang mulia.

Saya menyadari bahwa diri ini mdilahirkan dengan kelemahan dan kekuatan (potensi). Selama 23 tahun saya mengenal diri saya dan menyadari potensi saya ada pada kegigihan dan daya juang saya dalam meraih mimpi-mimpi yang gemar saya tuliskan di kertas dan tempelkan di dinding. 

Sekitar 8 bulan silam Allah menghadirkan sosok laki-laki yang mulanya tak saya kenal untuk menjadi imam hidup saya, menggantikan ayah saya. Beberapa waktu sebelum pernikahan di gelar, kucoba mencari makna di balik pertemuan kami. Mengapa Allah mempertemukan kami? Lebih-lebih, mengapa Allah memasangkan kami? Meski saya percaya bahwa jodoh adalah cerminan diri ini dan tak akan tertukar.

Ungkapan itu juga yang secara tak langsung menjadi jawaban atas pertnyaan beruntun saya. Bisa dikatakan masa lalu  dan masa kecil hingga dewasa kami berbeda. Ia seorang lelaki perantau dari daerah terpencil sementara saya seorang gadis kota yang terbiasa hidup di tengah hingar bingar ibukota. Barangkali Allah hadirkan dirinya dalam hidup saya, agar bersamanya saya banyak belajar tentang rasa syukur dan berbagi terutama pada keluarga.

Kami adalah dua orang yang menyukai dan telah lama berkiprah di dunia pendidikan. Barangkali Allah ingin kami berkolaborasi mengikhtiarkan diri pada pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Kami juga dua orang yang gemar berpetualang menjelajahi Indonesia. Barangkali Allah ingin agar kami menjejakkan kaki lebih jauh lagi mengeksplor keindahan Indonesia agar selalu bersyukur atas nikmatnya dan mampu berbagi pada sesama.

Melalui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut, saya yakin Allah ingin kami mendidik anak-anak kami kelak menjadi jauh lebih baik dari kami, utamanya dari sisi agama.


d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?

Begitu memasuki gerbang rumah tangga, domisili saya yang awalnya di Jakarta berpindah ke Bogor, mengikuti suami. Di sebuah daerah yang masih tergolong desa karena suasana di belakang rumah masih asri hijau-hijau. Suasana yang begitu sepi, apalagi rumah saya letaknya di paling ujung, melewati beberapa turunan. Lingkungan di perumahan saya bisa dikatakan cukup bersahabat dan terasa kultur agamisnya, dilihat dari keaktifan pengajian bapak-bapak, ibu-ibu dan TPA nya. 

Sebagai seorang perempuan yang notabene menikah di usia cukup muda (22 tahun), dan sebelumnya terbiasa bergaul dengan teman-teman mahasiswa maupun yang seumuran, jelas ada tantangan sendiri ketika harus bergaul dengan ibu-ibu rumah tangga di sekitar rumah. Bayangkan, selama 3 bulan awal kepindahan, saya hanya kenal dua orang tetangga! Well meskipun saat itu saya masih harus bolak balik Jakarta-Bogor. Sungguh sebuah tantangan bagi saya!

Barulah memasuki bulan keempat saya mulai berani bergabung dengan pengajian ibu-ibu dan mulai mengenali meeka begitupun mereka pada saya.

Perlahan saya mulai menangkap maksud Allah menghadirkan saya dan suami di tempat seperti ini. Teringat dalam benak saya, saya ingin sekali hidup di desa. Allah kabulkan, ia tempatkan saya di tempat yang cukup 'desa' bagi anak kota seperti saya agar saya terbiasa hidup jauh dari hingar bingar dan mengutamakan sosialisasi dengan tetangga.

Satu cita-cita saya yang belum tercapai, saya ingin turut aktif mengajar di TPA setiap sore hari namun karena kondisi fisik yang sedang hamil besar sehingga belum memungkinkan saya turut bergavung dalam barisan relawan pengajar. Semoga Allah masih menjaga cita-cita ini. Aamiin.

Setelah menjawab pertanyaan - pertanyaan tersebut di atas, sekarang belajarlah memahami apa sebenarnya "peran spesifik keluarga" anda di muka bumi ini.

Sebagaimana yang sebelumnya saya ungkapkan di atas, saya percaya setiap individu diciptakan karena sebuah tugas dari Allah; sebagai khalifah di muka bumi. Pengertian khalifah bukan terbatas pada sosok pemimpin formal namun juga orang yang membawa teladan dan kebaikan pada sekitar.

Saya dan suami berperan penting utamanya di keluarga kami, mendidik anak-anak kami menjadi anak-anak yang sholeh/ah dan cerdas. Ya, keluarga adalah yang utama bagi saya dan suami.Tak hanya keluarga inti kami kelak tapi juga ayah-ibu saya dan ayah-ibu suami. Kami yakin mereka masih membutuhkan kami, begitupun dengan kami.Tak melulu soal finansial, melainkan kehadiran dan kepedulian kami.

Untuk lingkungan, saya dan suami meyakini sesungguhnyakami memiliki tanggungjawab moral sebagaimana yabg kerap kami gaung-gaungkan saat masih duduk di bangku kuliah; pengabdian masyarakat. Mungkin saat ini bentuk kecil yang bisa kami lakukan hanyalah turut aktif dalam perkumpulan pengajian. namun semoga kontribusi kecil itu bisa berjalan kontinu. Bukankah kebaikan yang walau kecil namun berkesinambungan tu lebih baik? Wallahu'alam.

Hadits Rasulullah SAW; sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Semoga saya dan suami senantiasa menjadi orang yang bermanfaat bagi agama, keluarga, lingkungan dan negara. Aamiin.

0 komentar: