Tips & Trik Berkomunikasi dan Belajar Efektif Untuk Anak Segala Usia

Tips & Trik Berkomunikasi dan Belajar Efektif Untuk Anak Segala Usia

Nyatanya sudah sebulan lebih kita #dirumahaja. Nyatanya banyak hal yang berubah dan harus diadaptasi. Bagi orangtua dengan anak usia sekolah tentu ini menantang. Bagaimana mendampingi anak saat belajar di rumah. Tapi bagi yang memiliki anak usia pra sekolah pun tak kalah menantang.

Ini aku dan suami alami dengan anak Kami, Abrisham yang beruia 2,5 tahun. Apalagi dia tipe suka main di luar. What a challenge! Nyatanya dari semua itu adalah komunikasi dan belajar efektif.

Hari ini aku baru saja mengikuti Kuliah WhatsApp bertema Tips & Trik Berkomunikasi dan Belajar Efektif Untuk Anak Segala Usia. Meskipun aku bukan working mom yang saat ini sedang WFH, tapi materinya relatable dibaca seluruh orangtua.


Wait.. Sebelum melangkah lebih jauh, yuk ukur suasana hati kita belakangan ini dengan termometer perasaan di bawah ini.

Termometer Perasaan
sumber: Wahana Visi Indonesia

Mana yang paling mendominasi dalam diri Moms saat ini?

Kondisi pandemi sepeerti ini membuat banyak perubahan. Suami bekerja di rumah, interaksi lebih intens. Satu sisi meningkatkan bonding, di sisi lain bisa jadi pemicu konflik. Anak belajar di rumah, harus mendampingi anak belajar di rumah. Dalam kondisi seperti ini kita juga harus pintar membagi waktu antara tugas domestik, mengurus anak dan bekerja profesional.

Bagaimana memanfaatkan waktu #dirumahaja dengan sesuatu yang berkualitas dan bermanfaat? Ini semua jadi "tuntutan" yang harus kita hadapi dan lalui. Lantas bagaimana tips berkomunikasi dan belajar efektif untuk anak?


1. Set Your Mindset

Set Your Mindset
sumber: Wahana Visi Indonesia

Dalam situasi yang tidak pasti, cara berpikir sangat penting karena berpengaruh pada apa yang kita rasakan dan lakukan. Pola pikir yang paling tepat adalah yang membuat termotivasi melakukan sesuatu sehingga memiliki alternatif solusi dan jadi orangtua berdaya & berenergi positif dalam menjalani hari. Ini berefek pada imunitas tubuh.

2. Memperbanyak Tabungan Pengalaman Positif Anak.
Tabungan positif anak
(sumber: Wahana Visi Indonesia)
Tabungan pengalaman positif seperti membuat anak merasa dihargai, dipercaya, dianggap, dan lain-lain. Pengalaman masa kecil yang baik membuat anak saat dewasa lebih berpikir positif dan mandiri. Seringkali ini terabaikan ketika di hari-hari biasa, maka momen #dirumahaja seperti saat ini sangat tepat.

3. Fasilitasi dan Dampingi Anak dalam Perkembangan Psikosialnya
Pada manusia terdapat banyak aspek perkembangan. Dalam hal ini yang kita titikberatkan adalah sosial emosional. Menurut Erickson, manusia memiliki 8 tahap perkembangan psikososial sebagai berikut.
Stage of Psychosocial Development
sumber: Wahana Visi Indonesia

Dan berikut usia, jenis fase, krisis/tantangan dan fokus anak.
Tantangan Anak
sumber: Wahana Visi Indonesia

Contohnya saat usia batita, anak berani mencoba (misal berjalan, makan sendiri, mengambil sesuatu). Fokus anak adalah pada kedua orangtuanya. Pada usia pra sekolah, tantangan anak terjadi pada inisiatif dan rasa bersalah. Disini fokus anak pada keluarga. 

4. Lakukan Kegiatan Rekreasional dengan Anak
Di usia PAUD, usahakan lakukan kegiatan yang bisa mengasah mengasah aspek sosial kemandirian anak, juga kegiatan yang bergerak (motorik).


Di usia SD fokus pada apa yang bisa dilakukan, keunikan diri, tidak takut gagal, menyelesaikan  suatu tugas.

Di usia SMP, fokus aktivitas yang melibatkan kegiatan sosial kemasyarakatan. Ini membantu anak membuatnya mengenali dirinya lebih dalam untuk menemukan & memperkuat identitas diri mereka.

Kesimpulannya, anak-anak perlu bantuan orangtua untuk memfasilitasi dan mendampingi sepanjang masa krisis mereka. Ini bisa kita lakukan dengan kegiatan rekreasional. Dalam melakukan kegiatan dengan anak untuk menambah tabungan pengalaman positif anak, perhatikan hal-hal berikut.



Pengalaman Keluarga Becky Tumewu Jalani Hari #dirumahaja
Naah berbeda dengan Kulwap lainnya, kali ini ada celebrity mom, Becky Tumewu, yang berbagi pengalaman selama dirumahaja bersama dua orang putrinya (20 tahun & 17 tahun). Selain learning from home, Becky dan kedlainnya antara lain:
sumber: Wahana Visi Indonesia

sumber: Wahana Visi Indonesia

sumber: Wahana Visi Indonesia


"Kita harus bersyukur dan menjadikan kondisi ini sebagai kesempatan kita untuk lebih dekat dengan anak-anak, karena masih banyak orang di luar sana yang tidak memiliki keberuntungan seperti kita, bisa #dirumahaja bersama keluarga." (Becky Tumewu)

Lalu, apa yang harus kita lakukan agar bisa menikmati momen ini bersama anak-anak?

Tanya Jawab
1. Mom Becky, anak saya tipe kinestetik. Di saat pandemi begini, adakah tips anak anteng di rumah? Atau ide permainan untuk anak kinestetik?
Jawab:
Perlu diketahui duku berapa usianya. Untuk anak di bawah 10 tahun memang masih menantang memberikan pengertian. Kuncinya adalah memberi ruang bergerak anak dengan beraktivitas di dalam rumah seperti membuat prakarya, menanam atau  berkreasi di kebun. Cari beragam aktivitas dan mempersiapkannya.


2. Mbak Saskia, saat ini saya WFH. Terkadang anak mengajak main saat saya sedang sibuk-sibuknya WFH. Kadang anak juga complain. Ada tips agar tetap bisa fokus bekerja namun anak tidak merasa dikesampingkan? Dan apakah ada dampak untuk anak dengan hal ini?
Jawab:
Ah benar sekali, ini situasi yang sepertinya jadi dilemma besar para mama (dan papa) bekerja ya. Jadi sering merasa bersalah sama anak karena ada di rumah tapi pikiran seperti tidak ada sama mereka karena kerjaan yang padat. Nah, ada baiknya kita menjelaskan ke anak tentang situasi yang dihadapi, bahwa selama di rumah saja karena ada pandemi virus, mama bukan berarti libur tapi tetap bekerja hanya kantornya pindah ke rumah. 

Beri pemahaman pada anak akan situasi dan apa yang mama rasakan (misal: merasa sedih karena ingin main dengan anak tapi ada kerjaan yang harus dilakukan). Di momen seperti ini anak bisa sekali kita latih untuk berempati dan bekerjasama. Buat jadwal bersama baik orang tua dan juga anak agar sama-sama punya kegiatan.

Tentukan juga waktu komit untuk berkegiatan bersama (tanpa laptop, berkas atau kerjaan kantor). Manfaatkan waktu di malam hari untuk intens punya waktu berkualitas sama anak sebelum tidur sebagai “pengganti” waktu seharian yang terkuras oleh pekerjaan, termasuk meminta maaf pada anak agar anak tahu mama papa menyayanginya.


3. Anak saya usia 12 dan 8 tahun. Waktu belajar mereka sama dengan waktu kerja orangtua ya. Bagaimana kami bisa membimbing mereka dengan tetap bisa mengerjakan tugas kantor ?
Jawab:
Pendampingan tidak selalu harus intens terus berada bersama anak. Di usia sekolah mereka saat ini, juga anak yang memasuki remaja, waktu-waktu seperti ini bisa jadi momen untuk melatih tanggung jawab, kemandirian, serta pengelolaan waktu mereka. Ada baiknya setiap anggota keluarga membuat jadwal kegiatan, tidak hanya anak tapi kalau bisa orang tua juga agar anak tahu orang tua pun berproses belajar bersama dan dapat menjadi contoh (role model). Ajak anak untuk membuat target belajar, ingatlah untuk melonggarkan sedikit tuntutan akademis kepada anak. Hal ini dapat dikomunikasikan kepada guru. Di akhir hari, ajak anak untuk merefleksikan apa yang mereka pelajari di hari ini. Silahkan dicoba contoh “Jurnal belajar anak” berikut ya.


4. Berkaitan dengan perkembangan psikososial anak. Seperti apa cara kita mengetahui bahwa anak sudah mampu melewati masa krisisnya? Misal, pada fase childhood. Apakah bisa diamati langsung pada fase tersebut (childhood)? Atau baru tampak  ketika anak masuk fase selanjutnya (adolescent)?
Jawab:
Anak usia SD masa krisisnya adalah anak memiliki rasa mampu, inisiatif dan kemandirian Dalam mengekang tugas tugas ya Karena iti memberikan konsep diri anak. Bisa dengan mengamati, apakah ada prestasi yang dibanggakan atau cerita di sekolah yang diceritakan. Tak harus berhubungan dengan nilai. Dari antusias anak bisa terlihat. Bisa juga dengan bertanya "Apa sih yang kamu suka?" "Menurut kamu, apa hal hebat yang bisa kamu lakukan?".

Jika ia bisa menjawab, artinya ia sudah punya tabungan positif tentang rasa mampu/berdaya yang bisa ia lakukan.
Anak anak harus menyadari dalam kondisi apapun, mereka punya orangtua berbagi cerita.



5. Mengenai tabungan emosi pada anak. Bagaimana jika anak sudah terlanjur tidak punya tabungan emosi positif? Bagaimana cara memperbaikinya? 
Jawab: 
Kabar baiknya, kita manusia itu tidak seperti mesin yang kalau mengalami A pasti jadi B. Kita (manusia, termasuk anak-anak) bersyukurnya punya mekanisme untuk terus bertumbuh, pulih, dan bangkit atau sering disebut resilien. Jadi, nggak ada kata terlambat ya. Mom. 

Mungkin effortnya jadi lebih besar, iya, karena ada fase yang terlewat.. tapi bukan berarti gak bisa diperbaiki. Kuncinya, dimulai dari orang tua dulu.. ketika sadar ada situasi yang perlu diperbaiki bersama anak, mau nggak kita mengalahkan rasa gengsi untuk memperbaiki hubungan dengan anak. Mulai menjadi sahabat mereka di masa remaja mereka.

Siapkan diri untuk merasa aneh atau bahkan mungkin ditolak anak karena mereka pun mungkin bingung dengan perubahan baik yang kita lakukan. Tapi JANGAN MENYERAH untuk mencoba mengisi tabungan emosi anak dengan kasih sayang, belum terlambat. Justru masa remaja ini mereka punya kesempatan punya identitas diri yang lebih matang karena ada support dari orang tua.


6. Mengenai tahapan perkembangan sosial emosional. Apabila anak sudah terlanjur memasuki usia remaja, namun ada kondisi pada kemampuan kemandirian anak yang kurang. Setelah dipikir mungkin disebabkan pada usia balita memang sebagai orang tua jarang sekali memberi ruang untuk anak. Apakah terlambat untuk memperbaiki? Apa yg sebaiknya orang tua lakukan?
Jawab:
Tidak ada yang terlambat. Tapi konsekuensi nya, usaha yang Kita lakukan usaha belajar anak lebih menantang. Hal sederhana hang bisa dilakukan adalah memberikan ruang untuk mengeksplor diri, menemukan potensi, mengenali dirinya secara utuh.Sebelumnya komunikasikan pada anak maksud dan tujuannya.

Kita bisa dorong dengan ikut komunitas atau kelas online atau mencari lingkungan positif Yang mendukung. Jangan lupa berikan apresiasi sehingga anak semakin terlatih dan punya kesempatan untuk mencoba. 


Momen #dirumahaja seperti saat ini sebetulnya sangat potensial membangun bonding dengan anak, lebih erat. Orangtua harus hadir menjadi sahabat bagi anak, sahabat yang merangkul bukan menghakimi.


Disclaimer:
Materi disarikan dari kuliah WhatsApp bertema Tips & Trik Berkomunikasi dan Belajar Efektif Untuk Anak Segala Usia yang diselenggarakan Popmama dengan narasumber  Siska M.Psi & Becky Tumewu.

2 komentar:

  1. Terimakasih banyak atas ilmunya. Saya ikut belajar. Senang ini baca artikelnya. Banyak yg mirip apa yg saya alam. Hahaha...
    Makanya saat ada waktu, walau sebentar saya main game di smartphone, salah satunya biar tetap waras hehehe

    BalasHapus
  2. Kendalaku saat ini juga di rumah bersama anak umur 2 tahun yang sangat suka main di luar. Harus pintar-pintar mencarikan aktivitas yang menarik, gak bikin repot, dan (kalau bisa) gampang dibersihkan.

    BalasHapus