Diciumnya
tanganku bergantian. Lalu ditariknya lenganku, mendekat ke sebuah
matras yang tak terpakai. Tampaklah seorang malaikat kecilku lainnya
tertidur pulas.
Baru saja aku duduk bersama ketiga malaikat kecil lainnya, ia pun terbangun, mengerjapkan mata lalu duduk.
"Halo, Siti!" sapaku.
Ia tak menyahut, tampak wajahnya masih lemas.
"Kak Visya, ayo main belajar-belajaran."
"Ayo, keluarin bukunya ya!"
Keempat
malaikat kecilku mengeluarkan bukunya masing-masing. Kuawali dengan
angka-angka di buku mereka, disertai gambar-gambar. Mereka tampak
antusias, terutama saat mewarnai. Ya, mereka memang paling gemar
mewarnai.
Tiba-tiba perutku berbunyi, pertanda lapar. Memang
sejak pagi aku baru minum susu saja, sementara jam sudah menunjukkan
pukul 2 siang. Aku mengeluarkan bekalku, berniat makan bersama mereka.
"Ada yang mau nggak?" tawarku, mereka menoleh. "Kita makan bareng ya?"
Icha menggeleng. "Aku tadi udah makan sama bunda."
"Aku juga," Wulan menambahkan.
"Syifa makan yuk?" aku menyodorkan sesendok nasi ke mulut Syifa. Ia menggeleng.
Aku terus membujuknya, namun ia tetap menggeleng.
"Ya udah, Siti makan yuk." kali ini kusendokkan makanan ke mulut Siti yang langsung dilahapnya.
Sementara aku menyuapi Siti, ketiga malaikat kecilku lainnya sibuk dengan pekerjaan tangan mereka.
"Siti, ayo ma'em lagi yuk." aku mengejar Siti yang mulai berpindah-pindah. "Aaa.. Buka mulutnya... Am!"
"Kakak, aku udah selesai!" Icha memanggilku dari jarak 2 meter.
"Aku juga udah!"
"Kakak sini!"
"Iya, Sayang." aku segera menghampiri mereka sambil menggandeng Siti.
"Wah, hebat, hebat!" aku mengacungkan kedua jempolku begitu melihat hasil pekerjaan mereka.
Kini sudah sebulan lebih sudah aku tak menatap wajah polos mereka.
Aku
menatap tanah lapang itu. Tak kudapati sosok malaikat-malaikat kecil
itu. Justru yang kudapati hanya matras yang kosong dan suasana yang
begitu sepi dengan semilir angin.
Aku duduk di atas matras,
berharap sosok-sosok kecil itu tiba-tiba muncul. Namun hingga senja
menelusup masuk, tak juga harapan itu berbuah.
"Besok kakak kesini lagi kan?" itu yang selalu mereka lontarkan di ujung pertemuan.
Di
bulan Ramadhan ini sesungguhnya aku berharap dapat melaluinya bersama
mereka. Berbuka puasa bersama, mengaji bersama, becerita bersama.. Dan
mungkin Ramadhan kali ini kulalui tanpamu, Dek..
Dan kini sesungguhnya aku.. Rindu kalian, Dek!
:'(
Ada setitik rindu yang tercipta..
Lalu memanjang menjadi garis..
Lalu meluas menjadi lingkaran..
Lingkaran rindu yang tak bertepi..
Hingga mereka memutus salah satu sudutnya..
Ketika perjumpaan tercipta..
Kuharap..
0 komentar: