NICE HOMEWORK+MATERI(1)-Adab Menuntut Ilmu


*RESUME*

*KELAS MATRIKULASI BATCH #4*
*INSTITUT IBU PROFESIONAL*

☘☘☘☘
*ADAB MENUNTUT ILMU*
Senin, 15 Mei 2017

_Disusun oleh Tim Matrikulasi- Institut Ibu Profesional_

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.
Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.
Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU



ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang ingin mencarinya
Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.
Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami Adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain?

Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan
Para ibulah nanti yang harus mengamalkan ADAB menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh ADAB baik dari Ibunya

☘ *ADAB PADA DIRI SENDIRI*

a. Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk.
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.


b. Selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.

c.Menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.

d.Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.

e. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.


☘ *ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU)*

a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada DIA yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.

b. Hendaknya penuntut ilmu *TIDAK* mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya. Artinya jika ada yang bertanya pada guru, maka kita sebagai murid sebaiknya tidak mendahului guru dalam menjelaskan/menjawab pertanyaan tersebut, kecuali bila ada seizin beliau.

c. Penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.

Lantas bagaimana saat sedang menuntut ilmu ada suatu perbedaan pendapat antara murid dengan gurunya? Apa yg sebaiknya kira lakukan?

Sependek pengetahuan fasilitator, untuk masalah fiqh memang ada khilafiyah. Maka, jika sudah mengetahui latar belakang guru dengan pendapat yg berbeda dengan kita, sebaiknya kita bersabar untuk menahan diri untuk tidak menyampaikan pendapat kita. Apalagi jika berujung pada perdebatan. Bukankah Rasulullah menjamin rumah di surga, bagi seseorang yang meninggalkan debat? 
☘ *ADAB TERHADAP SUMBER ILMU*

a. Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari. Contoh nya: menyimpan buku diatas meja/dialasi saat digunakan, merawat buku dengan baik2 tidak melipat kertas/halaman buku saat kita akan menadai/batas halaman tapi dengan cara menyelipkan pembatas buku.

b. Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya.

c. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.

d. Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat "copas dari grup sebelah" tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana.
e. Dalam dunia online, harus menerapkan "sceptical thinking" dalam menerima sebuah informasi. jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.
Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, shg mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat

Beberapa catatan:
- Ilmu akan sulit masuk jika kita dalam kondisi mood sedang tidak bagus, uring-uringan, bete, atau sedang dirundung masalah. Jika demikian, tak perlu memaksakan diri mengikuti materi saat itu juga.

- Membersihkan 'hal buruk' pada diri sendiri bisa dengan mentazkiyah diri kita, mengikhlaskan niat bahwa mencari ilmu untuk mencari ridha Allah. Selain itu juga mengosongkan 'gelas', agar ketika diisi ilmu, tidak meluber keluar.

- Memang sebaiknya dalam menuntut ilmu selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline. Diakui, jam online setiap orang berbeda-beda. Terkait masalah tempat, sebaiknya tidak sembunyi. Karena kita punya jam online pegang ponsel (dalam hal ini menuntut ilmu secara online), yang sudah  mendapatkan izin suami dan anak. Untk disambi beraktifitas lain, kita harus bisa memperkirakan apakah dapat tetap fokus atau tidak.

- Di IIP ini, tahapan ilmu yg akan kita pelajari :
Bunda sayang
Bunda cekatan
Bunda produktif 
Bunda shaliha

- Saat mendapati kejenuhan dalam menuntut ilmu, adakalanya perlu berhenti sejenak. Mengevaluasi dan bertanya pada diri, bagaimanakah kabar dari semua hasil ilmu yg dicari? Apakah hanya rajin mengoleksi ilmu, lalu abai untuk diamalkan?

- Contoh kasus untuk poin B pada adab terhadap sumber ilmu: seorang ibu gemar mengunggah dan mencetak printable media pembelajaran anak dari website tertentu, seperti flashcard hijaiyah anak. Kemudian ada saudara/tetangga yang menginginkan flashcard tersebut, tapi maunya sudah jadi. Ada beberapa opsi yang bisa kita lakukan, di antaranya memberikan ke tetangga dengan membayar biaya print dan laminating oleh dirinya atau membuat printable media kreativitas sendiri kemudian dikomersilkan atau dibaikan secara gratis.

- Inti dari kita menuntut ilmu adalah amal. Apakah dengan mempelajari beberapa ilmu menjadikan bunda mudah untuk mempraktikkan nya?

- Jika kita sedang menjadi guru untuk anak lalu anak belum juga materi yang ditransferkan, perlu disadari bahwa gaya belajar setiap anak berbeda. Setiap anak itu unik. Meskipun anak kembar tapi belum tentu memiliki gaya belajar yg sama. Maka sesuaikanlah dengan gaya belajar masing-masing.

- Jika disesuaikan dengan adab, ada baiknya fokus menuntut satu disiplinilmu saja. Ingat, yang terpenting fokus.

Referensi :
Turnomo Raharjo,
Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012.

Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (Pendidikan dalam Perspekitf Hadis), Jakarta: Amzah,
2014, hlm. 5


Muhammad bin Sholeh, Panduan Lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015


📚NICE HOMEWORK #1📚


ADAB MENUNTUT ILMU

Hidup adalah pembelajaran, saling belajar-mengajar. Tak melulu harua melalui bangku sekolah atau ruang-ruang akademis. Ada sekian banyak pelajaran hidup yang kita dapatkan dari beragam peristiwa di sekitar kita. Bahkan terkadang tanpa kita sadari, kita telah memberikan ilmu baru pada orang lain (semoga ini tak lantas menjadikan kita pongah). Dalam dunia akademisi sendiri saya menekuni ilmu kependidikan matematika. Saya belajar tentang dunia pendidikan, juga ilmu eksakta di dalamnya.

Namun jika ditanya tentang ilmu yang ingin saya dalami dalam universitas kehidupan ini, jawabannya adalah saya ingin sekali menekuni ilmu keluarga harmonis. Yang saya maksud ilmu keluarga disini yakni ilmu ke-parenting-an dan kerumahtanggaan. Mengapa? 

Pertama, ilmu keluarga meliputi ilmu ke-parenting-an atau istilah mudahnya 'belajar menjadi orangtua' atau 'belajar mendidik anak'. Saya teringat sekali beberapa tahun silam saat saya masih single, bisa dibilang saya sangat anti mempelajari ilmu ke-parenting-an. Sekian banyak seminar bertema tersebut saya lewatkan. Beberapa ajakan kawan mengikutinya pun saya tolak halus. Entahlah apa yang ada dalam hati dan pikiran saya saat itu.

Barulah setelah (calon) suami melamar saya pada Juli 2016 dengan bawaan buku-buku parenting, mata hati saya terbuka. Ya, saya adalah seorang calon ibu. Padahal saya punya motto hidup menjadi #IbuCerdas yang melahirkan generasi rabbani dan saintis (well anehnya saya punya motto ini sejak 4 tahun silam tapi tak mau belajar soal parenting). Tapi bagaimana mungkin seorang ibu dapat mendidik anak-anaknya dengan baik jika ia tak berilmu? Sulit, bahkan tak mungkin. Definisi mempelajari ilmu parenting bukan saja oleh saya melainkan juga saya turut mengajak suami sebab sejatinya peran mendidik anak adalah peran ayah dan ibi.

Kedua, ilmu keluarga harmonis meliputi ilmu bagaimana menjadi istri shalihah, hal ini sesuai juga dengan salah satu mimpi saya menjadi istri shalihah. Dalam definisi saya istri shalihah adalah yang sederhana tampil di luar namun selalu tampil maksimal di depan suami. Istri shalihah jugalah yang mampu menghandle segala urusan rumah tangga dengan baik serta tentunya keuangan rumah tangga. Lagi lagi definisi 'dengan baik' yang saya maksud bukan serta merta istri saja yang turut terlibat melainkan kerjasama dengan suami.

Setiap mimpi tentu punya strategi untuk mencapainya. Demikian pula mimpi saya menjadi #IbuCerdas bagi anak-anak kelak dan #IstriShalihah bagi suami. Saya mulai memperbanyak bacaan mengenai parenting dan kerumahtanggaan. Beberapa seminar bertema serupa pun saya ikuti, selanjutnya konten seminar yang saya dapat saya share via sosmed dan tentu saya bagikan pada suami (jika dirinya berhalangan hadir).

Tak hanya itu, alhamdulillah kini saya bergabung dengan komunitas para ibu pembelajar. Senang rasanya bisa mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat dan menunjang saya meraih mimpi yang goalnya adalah mendidik anak-anak saya dan menjaga keutuhan rumahtangga dalam ridhoNya.

Berkaitan dengan materk adab menuntut ilmu yang baru saja saya dapatkan, saya akan lebih berhati-hatimenyebarkan ilmu yang didapat (khususnya yang melalui sosmed, tanpa secara langsung saya dapatkan dari sumbernya), prioritas mempelajari suatu ilmu, bersemangat hadir di majelis keilmuan (khususnya hadir tepat waktu), meluangkan waktu lebih banyak serta menjaga sumber-sumber ilmu yang saya miliki dengan baik.

Saya percaya, Allah akan mengabulkan mimpi manakala menurutNya kita telah layak. Maka tugas kita sebagai hambaNya adalah memantaskan diri untuk meraih mimpi tersebut, dengan tujuan lillahita'ala.

0 komentar: