Menumbuhkan Kecintaan Membaca pada Anak (Talkshow Literasi Keluarga)

taken from @indahnurmawarni

Bismillahirrahmanirrahim..

"..ajarkan anak untuk mencintai membaca bahkan sejak dalam kandungan.. bukankah perintah pertama Allah pada Nabi Muhammad adalah iqra; bacalah?" @visyabiru

Membaca merupakan salah satu aspek dalam kegiatan literasi. Salah satu hal yang terbayangkan ketika mendengar kata membaca tentunya adalah buku. Sebagaimana dikutip dari pernyataan klasik, buku adalah jendela dunia. Namun buku sesungguhnya akan menjadi jendela dunia jika dibaca dan dipahami. Diakui atau tidak, umumnya lebih sulit membuat anak gemar membaca dibandingkan bisa membaca.


Sekolah-sekolah di Indonesia bukannya tak punya usaha dalam meningkatkan angka gemar membaca. Beberapa sekolah bahkan sudah membudayakan membaca selama 30 menit sebelum proses belajar mengajar berlangsung.

Beberapa tahun terakhir semakin banyak pula komunitas baca bermunculan. Salah satunya adalah komunitas Reading Aloud. Secara bahasa reading aloud berarti membaca nyaring. Sedikit banyak mirip dengan mendongeng dimana seseorang membaca sebuah buku cerita dengan suara yang dikeraskan dengan tujuan si pendengar dapat lebih tertarik dan mencerna apa yang dibaca. Dalam reading aloud terdapat tiga instrumen yaitu yang membaca, yang dibaca dan yang dibacakan. Apa yang terjadi saat reading aloud? Informasi, emosi, intonasi dan kosakata akan tersampaikan secara serentak.

Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang, akan semakin mahir ia menulis. Begitupun dengan anak-anak. Biasanya anak yang gemar membaca, akan diiringi dengan gemar menulis pula. Inilah yang disebut literasi dini yang mampu meningkatkan kemampuan fonetik (vokal & konsonan), jumlah kosakata, sadar materi cetak, alfabet, termotivasi materi cetak dan kemampuan menceritakan. Salah satu implementasi reading aloud adalah ketika orangtua membacakan buku cerita bergambar pada anak balitanya. Secara langsung ia akan melihat visual yang diceritakan, seperti gambar pemandangan, orang-orang, dll. Tak perlulah yang banyak tulisannya terlebih untuk anak usia balita. Karena yang terpenting pada usia mereka adalah visualisasi.

Dalam proses reading aloud terdapat proses transfer kasih sayang. Bonusnya lagi, hubungan orangtua akan lebih dekat dengan anak dan memberikan teladan dalam membaca. Sebagian besar dari kita mungkin bertanya-tanya, mengapa ada satu keluarga yang orangtua dan anak-anak kesemuanya menjadi dokter? Disinilah proses meniru teladan dilakukan oleh anak. Mereka melihat orangtuanya yang notabene sebagai teladan

"Oh jadi dokter itu begini ya.."

sehingga mereka termotivasi. Secara tak langsung disimpulkan bahwa siap jadi orangtua/guru haruslah siap ditiru dan siap menjadi teladan, yang baik tentunya. Kembali pada kemampuan verbal anak. Kecerdasan akademik seseorang tergantung pada jumlah kosakata yang didengarnya pada usia kurang dari 2 tahun. Jadi, jangan anggap remeh bayi hanya bisa tidur atau tersenyum. Mereka juga mampu mendengar dan merekam perkataan orang di sekitarnya. 

Maka dari itu, biasakanlah membacakan cerita minimal selama 10 menit per hari di depan anak. Jika anak masih usia awal kelahiran, bacakan sekalipun ia tengah tertidur. Sebisa mungkin jauhkan anak dari gadget meskipun kita sebagai orangtua sedang tidak dalam mood yang bagus untuk bercerita. Membacakan cerita di depan anak bukan sekedar saat anak sudah lahir melainkan sejak dalam kandungan khususnya saat usianya menginjak 4 bulan dimaan indra pendengarannya mulai berkembang.

Persiapan reading aloud (RA) pertama-tama tentukan tujuan membaca sesuai usia anak. Persiapan RA terdiri dari sebelum, saat dan setelah sebagai berikut (untuk usia 2 tahun ke atas). Sebelum RA antara lain:
-beri intermezzo tentang buku
-buatlah kegiatan membaca semenarik mungkin
-gali pengetahuan anak
-mulai menyusuri ilustrasi, khususnya balita yang belum bisa membaca sebab ia hanya mengerti gambar maka pilih yang ilustrasinya mampu menceritakan.

Saat RA antara lain:
- tak harus selesai satu buku dalam satu kegiatan RA, nikmati prosesnya
- jaga interaksi dengan anak, minta anak bertanya
- biarkan anak bertanya, jawablah dengan sabar.

Setelah RA antara lain:
- minta anak bertanya atau sebaliknya, orangtua yan bertanya 
- minta anak menceritakan kembali
- letakkan buku di tempat terjangkau agar ketika ia merasa tertarik, ia bisa mengambilnya dan membacanya sendiri.

Dalam RA, orangtua harus pandai memilih bahan bacaan. Sangat dianjurkan orangtua membacanya terlebih dahulu, memahami dan mengira-ngira pertanyaan yang akan muncul. Ajaklah anak bertanya, jangan hanya menjawab. Tak dipungkiri sebagian besar orang, baik usia balita, remaja maupun dewasa gemar mendengarkan cerita, terlebih anak-anak/balita. Dengan RA, niscaya akan timbul keinginan membaca yang berujung pada kegemaran. Maka pepatah buku adalah jendela dunia akan semakin banyak anak-anak yang merasakannya. Kegemaran membaca memang harus ditumbuhkan sejak dini, tapi bukan dengan cara memaksa melainkan mengajak dan memberi teladan. Semoga kita para (calon) orangtua dapat terus memerikan teladan yang baik bagi anak-anak kita (kelak).

Ditulis dari hasil mengikuti talkshow Literasi Keluarga pada 14 Mei 2017 di Dompet Dhuafa Pendidikan dengan tambahan sendiri dari saya, Evi Syahida. Semoga bermanfaat. :)

0 komentar: