Si Wanita Tangguh, Marie Curie (versi cerpen ala Visya Al Biruni) part I
Published On
6/03/2012
By
Visya Al Biruni
“Papa, sedang apa?” tanya
seorang gadis kecil pada Ayahnya yang tengah berkutat dengan setumpuk buku di
ruang kerjanya.
Gadis itu melingkarkan tangannya
di pundak sang Ayah dengan manjanya. Dengan penuh kasih sayang, sang Ayah
mengangkat tubuh putrinya lalu mendudukkannya di pangkuannya. Belum sempat sang Ayah menjawb pertanyannya,
gadis itu kembali mencecar. “Papa, Sorbonne
itu seperti apa?
Pertanyaan itu mengalir begitu saja dari mulut gadis
berusia 8 tahun. Di usianya saat itu ia sudah duduk di bangku kelas 5 SD. Ya,
Maria Sklowdoska adalah seorang anak yang cerdas. Sebagai anak dari sepasang guru SMA, Maria
sangat beruntung. Orangtuanya begitu memperhatikan pendidikannya. Sejak duduk
di bangku sekolah dasar, orangtuanya menyekolahkannya di sekolah lokal.
“Sorbonne itu kota yang indah.” Jawab
sang ayah singkat.
“Suatu hari nanti aku ingin
pergi kesana. Aku ingin belajar disana.” Sungguh sebuah kalimat luar biasa jika
dituturkan oleh gadis seusianya.
Kebahagiaan berturut-turut
meliputi dirinya juga kedua kakaknya,
Bronya dan Zoshia. Namun perlahan-lahan kebahagiaan itu berguguran seiring
berjalannya waktu. Kakak tertuanya, Zoshi, terserang tipus. Sayang sekali
karena penanganan yang begitu terlambat, Zoshia terpaksa menghembuskan nafas
terakhir di tempat tidurnya. Bronya
menjadi orang yang paling terpuruk atas kematian sang kakak.
Dua tahun sejak kematian Zoshi,
sang ibu terserang penyakit TBC. Di saat yang bersamaan sang ayah dipecat dari
profesinya sebagai guru di sebuah SMA. Jelas hal itu membuat finansial mereka
melemah. Ketiadaan biaya membuat sang ibu mendapat penanganan yang minim. Dunia
sungguh kejam, kedua kalinya Maria kehilangan anggota keluarganya. Kali ini
adalah sang ibu yang paling dekat dengannya.
Langganan:
Postingan (Atom)
0 komentar: