Surat Singkat Dari Seorang (Calon) Istri dan (Calon) Ibu



Dahulu, saat aku kecil, aku hanya tahu bahwa aku,
adalah seorang anak. Seorang putri dari sepasang ayah-ibu yang begitu mencintai dan menjagaku..
Seiring bertumbuh dewasanya aku, kusadari bahwa kelak akan ada dua peran penting yang akan kuemban.. 
Ya. Seorang istri dan seorang ibu. Tentu saja yang sholihah. :)

0 komentar:

Diam. Sembunyi. Pergi.



Terkadang kita harus membuka mata lebar-lebar..
Agar ia tak terbutakan..
Lantas sebuah kenyataan (pahit) mengaburkan pandangan..
Pedih. Tersamarkan..

Terkadang kita harus membuka telinga lebar-lebar..
Agar ia tak tertulikan.
Lalu sebuah kenyataan (pahit) berhembus di pendengaran..
Nyaring. Tak terbendung.

Terkadang kita harus membuka tangan lebar-lebar..
Kemudian sebuah kenyataan (pahit) terdekap.
Keras. Tak bisa dipeluk.

Seharusnya menangis saja, di tengah hujan yang mengalir.
Agar tak terbedakan, wajah basah oleh hujan atau air mata.
Namun kala hujan henti, kau harus kembali tersenyum..

Seharusnya berlari saja, di antara lorong ramai.
Agar tapak kaki tak terdengar..
Namun kala sunyi, kau harus diam di tempat..

Diam. Sampai kapan?
Sembunyi. Dari siapa?
Pergi. Kemana?

0 komentar:

(Bukan) Ikhwan Tukang Ojeg



Mungkin benar apa katamu,
Hidup ini seperti mengendarai sepeda motor..
Akan ada lampu hijau yang menandakan aku boleh terus melaju,
Ada lampu kuning yang mengartikan aku harus berhati-hati..
Pun ada lampu merah yang menegaskan aku harus berhenti. Diam, sediam mungkin..

3 komentar: