Cerita dari Bumi Khatulistiwa #5: A Moment To Go

Bismillahirrahmanirrahim.
Yuk baca ceritaku sebelumnya disini :)

Cerita dan Bumi Khatulistiwa #1

Cerita dari Bumi Khatulistiwa #2

Cerita dari Bumi Khatulistiwa #3

Senin, 11 Mei 2015
Tiket kereta sudah di tangan. Pukul 13.30 WIB pesawatku akan lepas landas. Saat ini adzan subuh sudah berkumandang. Aku berbenah dan packing. Yap pagi ini aku akan ikut Mayang ke kampus, dia ada kuliah Learning Methode.  Sebetulnya aku agak malu, tapi gapapalah. Belum pernah nyamar jadi mahasiswa kampus lain :D

Pukul 07.00 WIB kami tiba di FKIP Untan. Ternyata sang dosen belum datang. Mayang mengajakku ke kantin, hmm lebih tepatnya aku yang mengajak. Aku membeli es kopyor dan jajanan. Hmm enaknya.. Alhamdulillah.

Di perjalanan dari kantin ternyata ibu dosen berjalan melawan arah, menuju kelas. Segera kami menuju kelas.

“Bu, ini temanku mau ikutan kuliah. Boleh?” tanya Mayang.
“Oh yayaya, boleh.”

0 komentar:

Cerita dari Bumi Khatulistiwa #4: Air Mata di Bumi Khatulistiwa


Bismillahirrahmanirrahim.
Yuk baca ceritaku sebelumnya

Cerita dan Bumi Khatulistiwa #1

Cerita dari Bumi Khatulistiwa #2

Cerita dari Bumi Khatulistiwa #3

Minggu, 10 Mei 2015
Pagi hari, ya pagi terakhir bersama teman-teman finalis Artnas. Sejak pagi kami sudah berbenah kamar, packing pakaian. Pukul 07.00 kami sarapan lalu lanjut ke Untan. Hari itu akan diumumkan para juara Lomba Esai Nasional FKIP Untan 2015. Sejak awal aku udah bersikap nothing to loose, apalagi mengingat aku sendiri sebetulnya ga cukup memahami makna artikel yang kutulis. Haha. Yah mungkin Allah ingin mengujiku dan membuatku belajar lebih dalam.

Setibanya di Untan, suasana begitu sepi. Secara hari itu adalah hari Minggu. Kami berkumpul di aula. Singkat cerita diumumkanlah para juara. Juara 1, 2 dan 3 berturut-turut ada Ihsan, Uswah  dan (lupa satu lagi =_=”). Aku? Perinngkat berapoa hayo??

0 komentar:

(Seharusnya) Aku Bahagia

Allahuakbar.. Allahuakbar.. Allahuakbar.. Laa ilahailallahu Allahuakbar.. Allahuakbar wa lillah ilham..
Kumandang takbir menyeruak dari speaker masjid di sekitar rumah mbahku. Setiap tahunnnya seluruh keluarga besarku berkumpul disini, walau keluargaku dan keluarga bude berbeda rumah. Tahun ini kami mbah putri, ayah, ibu, bude, pakde dan sepupu-sepupuku. Bercengkrama dan makan bersama. Namun malam takbiran disini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

1 komentar:

Cerita dari Bumi Khatulistiwa #3 : Makin Cinta sama Kamu!

Bismillahirrahmanirrahim.
Kembali lagi di serial cerita backpacker Visya di Pontianak. Mau baca cerita sebelumnya?

Cerita dari Bumi Khatulistiwa #2 : Pontianak, I am In Love!

Cerita dan Bumi Khatulistiwa #1 : Selamat Datang di Kota P Pulau K, Muslimah Backpacker!

Sabtu, 9 Mei 2015

Huaah setelah bergelut dengan ‘ketegangan’ di hari Jumat, akhirnya refreshing juga. Yap, hari ini aku dan teman-teman finalis lainnya bakal diajak keliling Pontianak dalam agenda field trip. Yuhu! It’ll be very fun, of course

Pukul 06.00 panitia udah ngetok-ngetok pintu, mengingatkan jam 06.30 kita kumpul di ruang tengah. Aku pribadi udah bangun dari azan subuh. Anw aku kan disini tidurnya di ranjang bertingkat dan aku persis di atasnya Rona, ngeri ngeeri gimana gitu tiap naik atau turun tangga. -____-

Kita start dari penginapan sekitar pukul 08.00 WIB. Oh ya, WIB loh ya. Sempat ada finalis lain mengira dimensi waktu kita udah berubah ke WITA. Ngga kok, ngga, kita masih di dimensi waktu berbeda walau dimensi ruang berbeda :’) #apalahaku

Tujuan pertama kita adalah...TUGU KHATULISTIWA. Waah penasaran rupanya seperti apa..

0 komentar:

Mencintai Kehilangan

Kunikmati masa yang aku rasa
Mendekap kuat apa yang kupunya
Seketika Dia menariknya perlahan
Menghadapkanku pada kenyataan

0 komentar:

Allah Lebih Mencintainya..



Bismillahirrahmanirrahim
Rabu 17 Juni 2015
Pagi itu aku berencana untuk pergi ke kampus setelah semalam bermalam di rumah mbah, yang letaknya tak jauh dari rumahku. 

“Pi, anterke mbahne neng dokter gih, Nduk (Pi, anterin mbah ke dpkter, Nak).” Kata Mbah Putri.
“Emang mbah sakit apa?” tanyaku pada Mbah kakung. Beliau hanya menggeleng “Ora’”
“Gih, Nduk. Saiki.(Gih, Nak. Sekarang)."

Aku dan Isma, sepupuku pagi itu juga mengantar mbah ke klinik naik bajaj. Mbah mulai tampak kesulitan berjalan. Tertatih-tatih kami menggandengnya. Saat diperiksa, ternyata mbah mengaku habis jatuh dan merasa sakit pada lututnya. Setelah menebus obat, kami pun pulang.
Rupanya mbah tak serta merta total beristirahat di ranjang, beliau masih sempat memperbaiki pintu di lantai dua. Dan pastinya mbah tak pernah ketinggalan shalat berjamaah 5 waktu. 

5 komentar: