Yuk baca ceritaku sebelumnya
Cerita dan Bumi Khatulistiwa #1
Cerita dari Bumi Khatulistiwa #2
Cerita dari Bumi Khatulistiwa #3
Minggu, 10 Mei 2015
Pagi hari, ya pagi terakhir bersama teman-teman finalis
Artnas. Sejak pagi kami sudah berbenah kamar, packing pakaian. Pukul 07.00 kami
sarapan lalu lanjut ke Untan. Hari itu akan diumumkan para juara Lomba Esai
Nasional FKIP Untan 2015. Sejak awal aku udah bersikap nothing to loose,
apalagi mengingat aku sendiri sebetulnya ga cukup memahami makna artikel yang
kutulis. Haha. Yah mungkin Allah ingin mengujiku dan membuatku belajar lebih
dalam.
Setibanya di Untan, suasana begitu sepi. Secara hari itu
adalah hari Minggu. Kami berkumpul di aula. Singkat cerita diumumkanlah para
juara. Juara 1, 2 dan 3 berturut-turut ada Ihsan, Uswah dan (lupa satu lagi =_=”). Aku? Perinngkat berapoa hayo??
Alhamdulillah. Puas lah dengan rank ke-8, haha, di antara ratusan orang yang mendaftar. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah membuatku menginjakkan kaki kali pertama di tanah Kalimantan :’)
Alhamdulillah. Puas lah dengan rank ke-8, haha, di antara ratusan orang yang mendaftar. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah membuatku menginjakkan kaki kali pertama di tanah Kalimantan :’)
Uniknya di lomba kali ini, beda dengan lomba-lomba
sebelumnya. Kalo di lomba-lomba lain yang dipanggil maju ke depan hanya para
juara atau penerima hadiah, nah disini semuanya dipanggil sebagai juara 1
sampai juara 10. Semua peserta mendapatkan kenang-kenangan yaitu foto kami
ber-10 saat di Tugu Khatulistiwa. So sweet. Bedanya hanya di uang tunai dan
piala. Wah mereka tau banget cara mengapresiasi peserta yah, saluuuut!
Setelah pembagian kenang-kenangan, kami berfoto bersama lalu
ada sesi pemberian testimoni acara. Berikut salah satu pendapat yang cukup unik
menurutku.
“Kalo di Malang, saya harus pakai jaket karena di Malang
dingin. Kalo disini, rasanya ga pakai baju juga gapapa deh.” Kata Beni dari Malang.
Hihi, dia emang kepanasan banget apalagi pas sesi field trip :D
Btw aku belum begitu merasakan panasnya Pontianak.
Penasaran, kayak gimana? Panasan mana sama Jakarta dan Palu ya?
Saat giliranku..
“Orangnya ramah dan baik. Trus kukira nada bicaranya keras
seperti di Sulawesi ternyata tidak. Seperti Upin Ipin logatnya.”
Kontan saja semua audiens tertawa mendengar komentarku.
O-M-G, am i wrong? =_=” Eh tapi serius, unik :3 dan kembali ke asrama untuk mengambil barang-barang. Beni
dari UB yang paling awal pulang, diantrar naik motor ke bandara. Untunglah kami
sempat berfoto di asrama yang beberapa menit lagi akan kami tinggalkan.
It’s time to say goodbye.. Tapi belum bagiku dan bang
Johnsen karena aku snegaja memperpanjang waktu hingga esok siang, sedangkan
yang lain tidak. Maklumlah kami, MTA alias Mahasiswa Tingkat Akhir :D
Sebetulnya aku janjian dengan salah seorang temanku di
Pontianak namanya kak Nura tapi berhubung kakaknya belum datang dan asrama
sudah sepi, aku ikut ngantar teman-teman lain ke bandara naik bus. Waah lumayan
jauh juga ya bandara Pontianak bahkan letaknya bukan lagi di kota Pontianak
melainkan kabupaten.
Hiks, sedihnya berpisah. But life must go on, no matter.
Selamat jalan, kawan-kawan. Selamat berkarya dan berprestasi di tanah masing-masing.
Senang bertemu kalian semua :’)
Aku, bang Johnsen dan salah satu panitia kembali ke asrama.
Huaa bus yang awalnya ram,e jadi sepi banget dihuni 4 orang, huhu. Sesampainya
di asrama aku langsung ambil barang dan menemui kak Nura. Oh ya, aku akan bermalam
di kos Mayang. Baik banget deh dia, bawain barang-barangku ke kosnya padahal
kubilang mau kubawa aja. Wah baik-baik dan ramah-ramah panitianya, asliii deh.
Aku dan kak Nura mengobrol di balkon asrama. Kemudian aku
minta diajak makan kuliner khas Pontianak. Pertama kami pergi ke kampus
Unibevrsitas Muhammadiyah Pontianak. Wah warnanya biruuuu! Disini aku baru
ngerasain panasnya banget Pontianak, asliii deh.
Setelahnya kami ke Politeknik Negeri Pontianak untuk berfoto
di depan tulisan Universitas Tanjungpura Pontianak. Gila malu banget, gapapalah
ya, maklum backpacker haha.
Saatnya jelajah kuliner. Aku pengen banget nyobain bobor
pedas. Hmm meskipun aku sensitif sama pedas, gapapa deh.
Waah ternyata ga mudah mencarinya. Alhamdulillah nemu juga,
sengaja pesan satu. Khawatir aku ga suka, seperti saat makan di Perlis dan
binte di Palu, haha. Lidahku pemilih banget sih :(
Dan..ternyata benar aku ga suka sama sekali. Warnanya hitam,
ada beragam sii sayuran, dulu sih katanya ada 40 jenis sayuran. Dimakan sama
teri dan kacang tanah goreng. Rasanya gimana gitu. Huhu. Mungkin sebenarnya
enak tapi karena aku belum terbiasa jadi belum suka. Jadilah Kak Nura yang
ngabisin.
Selanjutnya kami ke sebuah kafe, nyobain chak we. Kulitnya
kenyal gitu. Isinya ada keladi, bengkuang dan kacang. Dan lagi-lagi lidahku
tidak bisa menerima, apapun isinya. -,-
Oh ya aku juga pesan es lidah buaya. Rasanya, hmm walah
lidah buayanya ga ada rasanya tapi lumayan seger sih. Setelah itu aku diajak ke
Alun-alun Kapuas. Kemarin kesini dalam keadaan malam, sekarang dalam keadaan
siang. Agak pangling sih. Enak ya tempatnya. Di Jakarta adanya mall aja, ga ada
beginian huhu.
Tiktoktiktok. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB lewat.
Mayang juga duah nanyain aku dimana. Tadinya dia mau jemput aku tapi kubilang
ga usah, takut negerepotin. Aku akhirnya diantar sama Kak Nura. Alhamdulillah
berkat pedoman dari Mayang, tiba juga di kosnya. Ternyata bentuknya rumah
kontrakan dari kayu. Wah rumah sederhana yang terlihat begitu nyaman. Akhirnya
jadi anak kontrakan lagi ya Allah. Alhamdulillah.
Setibanya di kos Mayang, aku, Kak Nura dan Mayang ngobrol
bareng. Lalu kak Nura pamit pulang dan berjanji akan kembali untuk mengantarku
ke bandara esok pagi. Hiks, makasih, kakak :’)
Malam harinya Mayang izin keluar untuk mengajar, aku
ditemani oleh temannya. Malam itu juga hujan turun dengan lebatnya. Hujan
pertama paling lebat selama aku berada di kota Khatulistiwa ini.
Air mata di bumi khatulistiwa, ya Allah.. Tetiba aku jadi
merenung.. Tentang segala hal yang sudah dilakukan, tentang rencana-rencana ke
depan.. Ya Allah lancarkanlah.. Aamiin aamiin.
Hingga tanpa sadar akupun tertidur pulas. Sudah ada kue bingke khas
Pontianak di hadapanku dan nasi ayam begitu aku bangun sekitar pukul 21.00 WIB. Ya Allah, Mayang, jadi ngerepotin aku :( Oia aku sempat curhat
tentang ngajar private disini dan aku baru tau disini sekali ngajar dibayar
30-40 ribu saja sedangkan di Jakarta bisa sampai 80-100 ribu per 1,5 jam.
Selamat malam, Pontianak. Well, ini malam terakhirku disini :')
0 komentar: