Review Buku "Mendidik Anak dengan Cinta" karya Sinta Yudisia


Entah bagaimana, sejak melahirkan aku banyak menjumpai postingan para ibu-ibu yang menjual beraneka macam buku edukasi tetang pengenalan akhlak dan tauhid pada anak. Sempat muncul dalam benakku:
Urgent bangetkah kehadiran buku ini?

Di satu sisi banyak aku lihat berita-berita tentang para remaja dengan kasus yang bikin miris; pencurian, narkoba, seks bebas, dll. Naudzubillahimin dzalik! 

Batinku, memang betul pendidikan tauhid sejak dini itu penting pake banget!

Entah bagaimana, suatu kali saya tertarik membaca sebuah buku berjudul MENDIDIK DENGAN CINTA. Buku ini ditulus oleh mbak Sinta Yudisia, senior saya di Forum Lingkar Pena.

Isinya sungguh menggugah. Intinya tentang bagaimana menanamkan tauhid pada anak. Berikut ulasan lengkapnya.


Musim Pancaroba, Saatnya Jadi Ibu Siaga



Moms, ngerasa ngga sih cuaca sedang galau sulit diprediksi? Pagi hari cerah, siang hari sampai malam hari hujan turun. Hari ini hujan, besok terang. Meskipun lebih seringnya berawan, gerimis atau bahkan hujan deras.

"Iya nih cucian ngga kering-kering."
"Dua hari jemur baju baru kering."


Eits, sebenarnya ada yang seharusnya lebih takutkan dari sekadar jemuran yang ngga kering-kering. Apa itu? Penyakit. Yes, penyakit di musim pancaroba lebih tepatnya.

Empat Skill yang Wajib Dimiliki Digital Entrepreneur & Marketer di Era Revolusi Industri 4.0


Dulu semasa saya SD, saya belum kenal yang namanya ponsel, laptop apalagi internet! Sungguh bagaikan sebuah benda asing, tak hanya bagi saya, tapi juga teman-teman sebaya saya.

Beranjak ke bangku SMP, itulah kali pertama saya punya ponsel sendiri. Mulai detik itu akses internet pun saya nikmati. Anyway, internet users di Indonesia termasuk tertinggi di dunia lho! Sebesar 51% penduduk Indonesia sudah menjadi internet users per Januari 2017.

Ngomongin soal akses internet dan teknologi, ngga jauh-jauh dari revolusi industri 4.0.

Wah, apa tuh?

Gerakan Sejuta Pohon Wujud Aston Simatupang Peduli Lingkungan


“Let’s nurture the nature, so that we can have a better future.” — Unknown

Membaca sebaris kalimat itu melambungkan ingatan saya semasa SD.

Saat itu saya duduk di kelas 3 SD, para guru meminta setiap murid menbawa satu pohon. Saya yang emang ngga melihara tanaman, otomatis langsung mengajak bapak membelinya.

Tak hanya sampai disitu. Beranjak ke kelas 4 SD, kali ini bukan pohonnya melainkan bibitnya. Dalam hati saya sempat terheran-heran buat apa sih? Alhasil saya tidak merawatnya dengan baik. Tanaman saya rusak bahkan sampai mati. Hiks!

Lima Cara Optimalkan Keaktifan Si Anak 1 Tahun



Setahun sudah usia Ahnaf, tepatnya di bulan Juli 2018 lalu. Alhamdulillah saya masih bisa mengASIhi hingga detik ini. Meskipin usianya baru menginjak satu tahun, tapi polahnya sungguh luar biasa. Sampai generasi pertama (nenek saya) dan generasi kedua (ibu saya) geleng-geleng dibuatnya. 

"Dulu, kecilnya ibumu anteng-anteng aja. Mbah sampai bisa masak, nyuci, daa lain-lain."
"Sewaktu kamu kecil, rasanya kamu lebih bisa diam dibanding anakmu."


Bersama Ibu Profesional Wujudkan Keluarga TERPAL



Pertengahan 2016

Seorang kawan mengunggah fotonya bersama seorang wanita bernama Ibu Septi Peni. Saat kutanyakan siapa beliau, ia menjawab "Ibu hebat beliau, Sya."

Penasaran, kucoba googling. Hasilnya? Beliau adalah pendiri Institut Ibu Profesional, sebuah wadah belajar bagi ibu dan calon ibu. Wah kelihatannya keren, pikirku, tapi kemudian berlalu begitu saja.

Maret 2017
Seorang teman di Facebook mengunggah foto sebuah sertifikat ia lulus kelas matrikulasi di Insitut Ibu Profesional (IIP). Hmm, lagi-lagi institut itu kudengar. Rasa penasaran mulai menggelayutiku. Jadi pengen ikutan deh, batinku. Apalagi saat itu kondisiku sedang hamil dan butuh ilmu-ilmu tentang keibuan. 

Mei 2017
Saya mendapat broadcast pendaftaran kelas matrikulasi IIP batch 4. Tanpa babibu, saya langsung mendaftar (isi gform dan bayar fee 100k). Singkat cerita, akhir Mei 2017 kelas pun dimulai. Saya masuk kelas Jakarta 2. 

Juni-Juli 2017
Finally,  terdaftar sebagai peserta kelas matrikulasi Ibu Profesional. Yippie! 

Lewat ibu profesional saya belajar banyak hal yang bisa aku implementasikan ke dalam keluarga kecilku. Dalam kelas matrikulaii Ibu Profesional setiap pekannya akan ada materi dari fasilitator. Ingat betul, saya selalu menyetel alarm ketika jam penyampaian materj akan berlangsung. Yah meskipun ada beberapa materi saya kelewatan tak menyimak dari awal, beruntung ada pdf dari mba fasilitator. 

Setelah materi, ditutup dengan penyampaian tugas pekanan atau diistilahkan dengan Nice Homework. Sungguh aku banyak belajar dari Nice Homework pula. Bukan sekadar formalitas, tapi sebagian besar tugasnya adalah praktik yang kemudian dituangkan dalam bentuk laporan tulisan di blog masing-masing. 

Semua pembelajaran ini bagiku menuju satu muara: Keluarga TERPAL

Apa tuh Keluarga TERPAL?