Partikel Tuhan (Bukan) Milik Tuhan

Partikel Tuhan (Bukan) Milik Tuhan
Oleh : Visya Al Biruni
FMIPA UNJ



Sejarah Atom
Jika bumi diibaratkan lingkaran, maka air, tanah, api dan udara adalah pengisinya. Ke-empat unsur tersebut diibaratkan seperti atom yang mengisi sebuah benda. Berbicara mengenai atom, ia pertama kali ditemukan sebelum tahun 1900. Pada tahun 1900-an, ditemukan bagian terkecil atom yaitu inti atom dan elektron. Lalu pada tahun 1930-an, ditemukan penyusun inti atom yakni neutron dan proton. Barulah pada tahun 1970-an ditemukan bagian yang terkecil dari atom yang juga merupakan penyusun proton yakni quark. Quark merupakan pembentuk alam semesta elementer terkecil.  Dalam sebuah atom terdapat kurang lebih 100juta quark. Massanya sebesar 10-8. Quark dapat menyatu akibat gaya elektromagnetik. Jika dilepaskan, quark tidak akan jatuh ke bumi karena tidak terpengaruh gaya gravitasi.
Jenis-jenis quark terbagi atas up, down, bottom dan yang terbaru adalah top. Setidaknya ada 16 partikel yang terakhir ditemukan hingga tahun 1998. Partikel Higgs adalah partikel ke-17 yang ditemukan baru-baru ini. Alam semesta tak bisa dijelaskan dengan hal-hal yang besar. Apa yang kini tampak di alam semesta hanyalah sebagian kecil dari alam semesta yang sebenarnya. Sebagian kecil itu jumlahnya tak lebih dari 5%. Sementara sisanya adalah dark matter atau neutrino. Sebenarnya alam semesta ini tidak simetris. Hal itu dibuktikan dengan jumlah materi yang terdiri atas atom lebih besar daripada antimateri yang terdiri dari elektron dan positron.

Partikel Tuhan = Partikel Sialan


 
Partikel Tuhan. Mungkin sebagian besar dari pembaca langsung berasumsi bahwa partikel tersebiut erat kaitannya dengan Tuhan, entah itu merupakan bagian dari Tuhan, entah itu merupakan partikel yang diciptakan Tuhan dan berbagai asumsi yang belum terbukti lainnya. Padahal kenyataan berkata tidak. Partikel Tuhan hanyalah sebuah julukan untuk sebuah partikel bernama Higgs Bosson. Partikel tersebut diprediksi muncul oleh seorang fisikawan bernama Peter Higgs pada tahun 1960-an. Ingat, DIPREDIKSI, bukan DITEMUKAN.  Dengan kata lain melalui proses perhitungan Matematika, ia dinyatakan ada. Namun keberadaannya atau bentuk konkritnya masih dalam tahap pencarian dan penelitian.
Tanpa bermaksud mengaplikasikan salah satu konsep matematika—kata partikel di ruas kanan dan kiri dicoret sehingga menghasilkan persamaan yang sama sekali tak lazim—partikel tuhan dipersamakan demikian sebab melihat pada sejarah. Para ilmuwan telah berusaha menemukan partikel tersebut selama puluhan tahun sejak tahun 60-an. Mereka pun sudah mengerahkan waktu, tenaga dan materi untuk menemukannya namun hasilnya nihil. Secara tidak langsung kata 'sialan' menungkapkan sesuatu yang gagal atau belum berhasil dilakukan. Dapat pula berarti ketidakberuntungan. Coba saja lihat beberapa orang yang gagal melakukan sesuatu atau merasa tidak beruntung, ada di antara mereka yang menyatakannya dengan kosakata tersebut. Terlepas dari tata norma ucapan yang seharusnya.
Menurut penjelasan dari Pak Handoko selaku dosen Fisika Partikel UI,  sejarah penamaan Partikel Tuhan memiliki cerita yang cukup unik. Sejak prediksi kemunculannya pada tahun 1960-an, para ilmuwan berusaha sekuat tenaga guna menemukan partikel tersebut. Mereka telah menghabiskan banyak dana, tenaga dan waktu demi sebuah benda mikroskopis tersebut. Namun ternyata hingga bertahun-tahun kemudian, partikel tersebut belum juga ditemukan.
Kemudian pada tahun 1994 Leon Lederman membuat sebuah buku berjudul Goddamn Particle. Berdasarkan kebijakan dari penerbit, agar buku tersebut lebih ‘menjual’,  judulnya  pun diubah  menjadi “God Particle:If The Universe is The Answer, What is The Question?” Sejak saat itu istilah Partikel Tuhan pun lebih terkenal dari nama aslinya, Partikel Higgs Bosson.
Sistem Kerja Large Hadron Collide
 

Large Hadron Collide
Dalam menemukan suatu partikel, para ilmuwan menggunakan metode dan alat tertentu. Untuk partikel tuhan sendiri, para ilmuwan di CERN menggunakanlah sebuah alat bernama Large Hadron Collide (LHC). Secara fisik, alat ini menyerupai terowongan raksasa yang ditanam di dalam tanah sepanjang 27 km mengitari daerah tertentu di wilayah Swiss dan Perancis. LHC merupakan media tumbukan tersebut terjadi. Tingkat kerumitan, kemahalan dan ukurannya menduduki peringkat teratas dari semua intrumen ilmiah yang pernah ada. Bagaimana tidak? Setidaknya butuh biaya sekitar 10 triliun rupiah untuk mendapatkan instrumen dengan panjang mencapai 27km dengan kedalaman 50-175m ini.
Sekalipun partikel identik dengan ukurannya yang mikro, namun ia tak dapat diremehkan sebab untuk mendapatkannya diperlukan tumbukan antar partikel dengan muatan berlawanan. Tumbukan tersebut memerlukan kecepatan yang tinggi. Setelah tumbukan terjadi, timbullah energi yang tinggi.
Partikel yang digunakan adalah proton yang terdiri atas quark dan gluon. Mula-mula proton dipercepat hingga 99,999991% di dalam LHC lalu ditabrakkan antar proton, sehingga quark dan gluon meledak. Energi dari ledakan tersebut dipredeksi dapat ‘memancing’ kemuculan partikel Higgs.
Usai meledak, partikel-partikel yang berbeda tersebut ditangkap oleh lapisan detektor LHC (Compact Muon Selenoid Detector) yang berbeda pula sehingga meninggalkan jejak-jejak spiral dan garis-garis lintasan partikel. Keberadaan partikel Higgs dapat dibuktikan dari jejak dan garis tersebut.
Partikel Higgs, Untuk Apa?

Sebagaian orang tentu mempertanyakan manfaat dari partikel Higgs tersebut. Sebuah jawaban pun dikemukakan sebagai landasan teori. Partikel Higgs ditemukan untuk menjelaskan bahwa setiap partikel memiliki massa. Massa bagi sebuah partikel adalah sesuatu yang penting. Sebab jika tidak memiliki massa, maka tidak ada bentuk konkrit dari partikel tersebut. Bukan hanya massa partikel lain, namun ia juga harus mampu menunjukkan massa dirinya sendiri. Partikel Higgs ini kelak menjadi dasar pembentukan alam semesta.

Fisika Partikel = Fisika Energi Tinggi
Energi tinggi didapatkan dengan menumbukkan dua partikel dengan dua muatan berlawanan:
Elektron vs Positron
Elektron vs Proton
atau,
Proton vs AntiProton
Bukan tidak mungkin sebuah pertanyaan besar  berkelebat, mengapa fisika partikel disebut pula fisika energi tinggi? Padahal objeknya begitu mikroskopis.
Mari kita berfilosofi dengan sebuah kertas. Robeklah kertas itu menjadi dua bagian, ambil satu bagian lalu bagi lagi menjadi dua bagian, begitu seterusnya hingga menjadi bagian terkecil. Tentu semakin kecil ukuran kertas, semakin sulit merobeknya. Dari filosofi di atas dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang kecil memerlukan tenaga dan ‘pengorbanan’ yang lebih besar. Sesuatu yang kecil itu dianalogikan sebagai partikel dan energi tinggi dianalogikan sebagai energi yang diperlukan untuk mendapatkan partikel tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa fisika partikel identik dengan fisika energi tinggi.
Menurut teori Big Bang, sesuatu itu berasal dari yang kecil lalu membesar, sebagaimana pengaplikasiannya  pada alam semesta. Coba bayangkan sebuah selimut kerucut atau katup terompet. Pada bagian ujungnya berkuran kecil lalu semakin lama semakin membesar. Bagian kecil itu diumpakan sebagai alam semesta yang kian lama kian membesar. Dari eksperimen partikel ini seolah mereview kembali pada kejadian teori Big Bang.
Dari eksperimen tersebut, banyak menuai protes dari masyarakat awwam.  Salah satunya protes yang terjadi di Jepang terhadap DESSY. Mereka takut sewaktu-waktu dapat terjadi blackhole yang berakibat kiamat. Padahal hal tersebut hampir tidak mungkin, mengingat eksperimen ini hanya mengambil 1 fraksi kecil.
KESIMPULAN
Jadi ditekankan sekali lagi bahwa Partikel Tuhan tidak memiliki korelasi dengan tuhan. Alangkah lebih baiknya jika menggunakan kosakata partikel Higgs atau partikel Higgs Bosson. Bagi sebagian orang, penelitian terhadap partikel Higgs adalah sesuatu yang tak biasa atau ‘aneh’. Mengapa kita perlu melakukan hal-hal aneh? Tentu saja dalam konteks ini, hal aneh yang dimaksud adalah yang tidak menjurus pada keburukan. Semata-mata itu dilakukan agar kita dapat mengekplorasi apa yang sama sekali belum kita ketahui. Kemudian ilmu baru pun akan bertambah menjadi tingkat yang lebih tinggi. Banyak lompatan sains yang bisa dilakukan dnegan ilmu yang tinggi. Contohnya saja lilin tidak akan pernah berubah menjadi lampu, sebab lampu adalah penemuan baru, bukan integrasi sebuah lilin.
Coba Anda ambil sehelai kertas, robeklah menjadi dua bagian yang simetris. Ambil satu bagian dan robek menjadi dua bagian simetris. Lakukan hal tersebut terus menerus hingga kertas tersebut menjadi bagian terkecil. Semakin kecil bentuknya, semakin sulit dan semakin besar pula tenaga yang diperlukan. Salah satu pelajaran penting yang didapat dari penelitian Partikel Higgs adalah filosofi dari tindakan tersebut. Terkadang diperlukan pengorbanan yang besar untuk mendapatkan sesuatu yang kecil. Sekilas memang tampak ‘sia-sia’. Namun sesuatu yang kecil ini pun kelak akan menghasilkan sesuatu yang besar.
Sebelum penemuan partikel Higgs, terdapat beberapa rumusan masalah antara lain:

  1. Seberapa banyak partikel Higgs yang ada?
  2. Berapa bessar massa partikel Higgs?
  3. Bagaimana partikel Higgs dapat berpasangan dengan partikel lainnya?
Pasca penemuannya, terjawablah rumusan masalah di atas, seperti berikut :

  1. Partikel Higgs memiliki spin 0 dan berinteraksi skalar. Hanya terdapat 1 partikel Higgs
3. Partikel Higgs berpasangan dengan the Glashow-Wienberg-Salam theory of Electroweak.
Pertanyaan yang tersisa dan belum terjawab adalah massa dari partikel Higgs yang masih terus diteliti hingga saat ini.
Memang partikel Tuhan bukanlah partikel penyusun Tuhan. Namun bagaimanapun juga partikel Tuhan adalah milik tuhan. Coba pahami konsep logika berikut :
Alam semesta dan seisinya adalah milik Tuhan. Partikel Tuhan adalah isi alam semesta.
Maka kesimpulan yang dapat diatarik adalah bahwa partikel Tuhan adalah kepunyaan Tuhan, namun bukan merupakan partikel penyusun Tuhan.
Referensi :
www.lipi.go.id
www.cern.ch
Artikel ini sudah diperiksa dan dicermati oleh Pak L.T.Handoko (dosen Fisika UI) dan Pak Hadi (dosen Fisika UNJ)

sumber gambar : google.co.id

4 komentar:

  1. Awal-awal penemuan teori Fisika kebanyakan digilai oleh para Atheis, makanya teori2 Fisika klasik banyak yang mencoba mengungkap keberadaan Tuhan.

    -kata pak Agus Purwanto, Penulis "Ayat-Ayat Semesta" dalam Seminar Nasional Pendidikan Karakter di FMIPA UNY-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sekarang bagaimana? Masih adakah atheis yg menggilai itu menurutmu?

      Hapus
  2. orang atheis berkeyakinan bahwa semakin banyaknya misteri tentang hidup dan semesta yang terkuak melalui sains justru makin mereduksi peran Tuhan dalam kehidupan karena bagi mereka segala sesuatunya akan bisa terjangkau oleh akal dan logika melalui pembuktian sains, mereka lupa bahwa sebagaimana alam semesta ini yg fana maka akal dan logika pun memiliki batasan, dan meskipun hingga saat ini telah banyak fakta di alam semesta ini yg ditemukan dan dijelaskan melalui sains dan seolah2 disana tidak ada peran Tuhan namun pada akhirnya akan ada satu titik akhir yang dinamakan penciptaan dimana saat itu sains hanyalah sebatas jalan untuk menuju pembuktian adanya penciptaan oleh Sang Maha Pencipta tanpa bisa menjangkau bagaimana proses penciptaan itu terjadi, saat itu sains tidak akan artinya.

    BalasHapus
  3. Sebenarnya ada dua persepsi, Kak.Gas edikit juga kok yang semakin mengagumi Sang Pencipta melalui fenomena2 sains :)

    BalasHapus