Dari CV, Lanjut ke Janji Suci, Baru Turun ke Hati (Marriage Edition)


Bismillahirrahmanirrahim..
Siang ini saat aku tengah asyik mengeksplor Instagram, mataku tertumbuk pada sebuah postingan sebuah akun dengan hashtag #DariCVTurunKeHati. Waaah.. apa yaa maksudnya??


Well, mungkin sebagian dari pembaca bisa menebak apa maksud dari hashtag tersebut, ada juga yang masih bertanya-tanya. Bukan begitu? Sebetulnya aku sendiri kurang setuju dengan istilah ‘Dari CV Turun ke Hati’, tentunya ada proses janji suci yang harus terucap terlebih dahulu sebelum akhirnya saling jatuh hati, hehe. Tapi aku yakin maksud dari si pencetus hashtag juga sama denganku :)

Ya, maksudnya secara singkat adalah sepasang insan yang menikah melalui proses ta’aruf, tanpa ada perasaan sebelumnya. Ngomong-ngomong tentang ta’aruf, let me share to you what called as ta’aruf based on my experience, hehe.

Ta’aruf secara bahasa artinya perkenalan. Namun dalam islam khususnya tentang jodoh, ta’aruf diistilahkan sebagai proses perkenalan seorang laki-laki dan wanita yang memiliki hajat untuk menikah. Well perkenalan yang dimaksud disini bukan ketemuan trus "flirting" ya. Ada adab-adab dalam ta’aruf itu sendiri. Yuk kita bahas! :)

Dari Lelaki ke Wanita
Ada istilah
“Laki-laki mencari, wanita menanti. Lelaki berhak memilih, perempuan berhak menerima atau menolak”

Fenomena umum yang kerap aku pribadi dengar memang pada umumnya lelaki yang menawarkan diri atau meminta wanita yang ia sukai untuk dinikahi.  Hal ini mungkin dikarenakan laki-laki yang identik dengan sifat berani memulai dan wanita dengan rasa malunya.

Ada yang ditawari CV wanita terlebih dahulu tanpa diketahui oleh si wanita, ketika si lelaki klop, baru beranjak ke proses selanjutnya. Ada juga yang baru mengenal sebatas nama dan interaksi di forum umum, barulah bertukar CV (sebagaimana si doi padaku, hehe).

Nah untuk para lelaki, memang sih kalian berhak menentukan pilihan pasangan hidupnya tapi tetap hargai peran ortumu ya. Mintalah restu mereka sebelum kamu memulai proses ta'aruf-mu. Dengarkan pendapat mereka tentang calonmu. :)

Eits, tapi bukan berarti kamu para wanita tak berhak memulai duluan. Belajar dari kisah ibunda Khadijah, yang menawarkan dirinya pada Nabi Muhammad tanpa sedikitpun meruntuhkan harga dirinya di depan Nabi dan orang lain.

Misalkan sebagai seorang wanita, kamu sudah memiliki niat menikah dan merasa tertarik dengan seorang laki-laki (semoga bukan karena fisik ataupun harta ya, hehe), kamu berhak kok menawarkan dirimu untuk dinikahi olehnya. Well tentu saja tetap ada adabnya ya, ngga ujug-ujug bilang ke lelaki tersebut, hehe. Teteup, kalau bisa, melalui perantara ya.

Yakinkan Dirimu, Kenali Dirinya
Ketika seorang laki-laki sudah merasa tertarik oleh seorang wanita dan sudah memiliki niat untuk menikah, sebaiknya ia melakukan sholat istikhoroh untuk meyakinkan dirinya bahwa pilihannya adalah pilihan Allah juga.

Ada beragam jeda waktu antara sholat istikhoroh dengan kian kuatnya keyakinan. Artinya ada yang sehari setelah istikhoroh langsung merasa yakin akan pilihannya, ada juga yang sampai berhari-hari, bahkan mungkin ada juga yang semenit setelah sholat istikhoroh, hehe. 

Lelaki juga berhak mencaritahu tentang wanita yang disukainya. Tapi bukan berarti caritahunya dengan stalking foto-fotonya ya. Hindari deh, akh!

Caritahu yang aku maksud disini lebih ke secara umum kebiasaannya. Kalo zaman sekarang sih mungkin udah bisa searching pakai sosmed atau googling.

Alkisah ada seorang lelaki yang saking ingin menjaga dirinya (atau mungkin karena tak terpikirkan cara lain selain langsung bertukar CV langsung dengan wanita yang disukainya), ia tak pernah sekalipun mengeksplor nama si wanita di dunia maya apalagi membuka-buka akun sosial medianya. Ia bahkan baru mengetahui nama lengkap si wanita begitu keduanya bertukar biodata. Keduanyapun baru berteman di dunia maya setelah keduanya saling setuju untuk ke proses khitbah.

Loh kok bisa?

Yaps itu karena dirinya tertarik bukan pada fisik, keturunan ataupun harta si wanita melainkan kesholihah-annya.

Tapi kalo menurut saya pribadi sih memang kalo bisa ngga usah searching-searching di dunia maya, ngga usah nyari tau sembunyi-sembunyi, langsung aja deh tancap gas menyatakan niat padanya untuk berta’aruf dengannya.

Oia ngomong-ngomong soal istkhiroh, ngga melulu untuk persalan jodoh, melainkan ketika kita dalam posisi memiliki hajat atau harus memilih di antara beberapa pilihan :)

Ketika Orang Ketiga Dibutuhkan…
Nah tadi aku udah menyentuh sedikit soal perantara atau pihak ketiga. Siapa sih dia?

Perantara adalah orang yang menjadi mediator antara wanita dan lelaki sepanjang proses ta’aruf, sehingga komunikasi secara langsung antara wanita dan lelaki dapat diminimalisir. 

Loh kenapa harus diminalisir? Tak lain dan tak bukan guna menghindari benih-benih cinta sebelum waktunya. 

Ketika CV sudah jadi, biasanya dikirim ke perantara lalu dialah yang akan saling mempertukarkan.

Pengalamanku sewaktu bertukar CV, ingat sekali kala itu sekitar jam 04.00 WIB dengan penuh rasa deg-degan kukirimkan CV ku ke email Mbak Perantara kami. Sebetulnya aku ingin minta si Mbak untuk membacanya terlebih dulu (maklum pengalaman pertama, takut salah-salah, hehe) dengan mengatakan:
“Mbak baca dulu, lalu tolong ubah ke PDF ya.”

 Tapi entah kenapa beliau selalu menolak dengan hahasa yang halus seperti
“Visya langsung bikinkan PDFnya saja ya, Nanti Mbak langsung kirim ke masnya.”
And.. aku baru tau belakangan kalo CV ta’aruf adalah sesuatu yang SANGAT RAHASIA. Catat, SANGAT RAHASIA sehingga sebaiknya hanya dibaca oleh calon pasangan dan keluarga inti. Soal CV ini saya akan bahas di postingan berikutnya ya, hehe. Soalnya sejak nikah ada beberapa orang berkonsultasi soal ini #gayabeneur XD

Untuk kasus si lelaki merasa tertarik tanpa ditawari CV terlebih dahulu, biasanya yang mencari perantara adalah si lelaki. Jangan sembarang memilih perantara ya. Pilihlah yang amanah dan cukup mengenal baik dirimu atau dirinya ataupun kalian berdua. Jika memungkinkan, pilihlah yang sudah menikah, kalau tidak memungkinkan ya ndak apa juga yang beloum menikah asal juga bisa menjaga komunikasi dengannya, hehe.

Dalam beberapa proses ta’aruf ada yang melalui jalur ustadzah/ustaz, adapula melalui pihak selainnya. Perlu diperhatikan, seorang perantara haruslah orang yang memahami dan pro terhadap proses ta’aruf. Ya iyalah, masa kita mau jadikan ia perantara ta’aruf sementara ia tidak paham soal ta’aruf atau bahkan kontra. 😅

Ta’aruf Bukan Sekedar Soal Kamu
Teruntukmu dear ukhti, soal ta’aruf bukan soal kamu saja. Artinya ini melibatkan kedua orangtuamu juga. Maka dari itu ketika ada soerang lelaki menyatakan keinginannya untuk berta’aruf denganmu dan kamu sudah yakin akan menjawab ya, ada baiknya kamu meminta izin kepada kedua orangtuamu. Mengapa?

Karena ta'aruf bukanlah hal main-main. Ia merupakan langkah awal menuju tahap terucapnya mitsaqaan ghaliza. Dan tanpa restu rangtua kamu tak bisa menikah sebab ayahmulah yang wajib menikahimu dengan si doi.
“Ah kan belum pasti jadi."
“Ah kalo pun jadi kan belum pasti waktunya.”
Kalo kamu udah berpikir demikian, sebaiknya kamu STOP untuk lanjut ke proses ta’aruf deh karena itu artinya kamu masih main-main dan belum serius. Hello ukhti sholihah, ta’aruf itu artinya kamu harus serius!

Oke lanjut. Nyatakan keinginanmu untuk berta’aruf pada ortumu. Carilah waktu yang sesuai. Misal ketika malam hari mereka sedang bersantai. Jangan lupa kencengin doanya (bacakan doa robithoh sambil mengingat wajah keduanya) sebelum berbicara lalu berbicaralah dengan santun tanpa memaksa.

Sekalipun misal respon mereka negatif, jangan langsung ngambek atau patah arah, sabarkan hati dan tetap kuatkan doa. Bukankah selemah-lemah ukhuwah adalah doa? :)

Jadi teringat pengalamanku, berhubung ini pengalaman pertama maka setelah merasa yakin untuk menjawab ya, saya sampaikan ke Mbak Perantara. Apa yang beliau katakan?

“Visya sudah komunikasikan ke ortu? Sebaiknya ortu juga sudah tahu dan mengizinkan. Sebab ini bukan proses main-main.”
Jleb! Emang sih aku belum bilang ke ortu, pikirku nanti aja begitu tukaran CV bilangnya. Tapi memang sebaiknya dikatakan sejak awal hendak memulai proses sih :)

Begitu bilang ke ortu, respon keduanya terutama ayahku sangat bertentangan. Menyerah? Tidak. Aku mencoba bicara lagi, meski masih dengan respon negatif. Selebihnya doa kukencengin hingga akhirnya Allah menyentuh hati keduany.. Allahuakbar!

Dan juga proses komunikasi anak dan orangtua itu sangat penting loh. Sebaiknya setiap hajatmu, bicarakanlah dengan ortu supaya mereka senantiasa mendoakanmu agar dilancarkan jalanmu mencapainya. Hal ini ga cuma berlaku untuk proses pernikahan tapi juga hal lainnya selama kamu maksih menjadi tanggung jawab kedua orangtuamu.

One..Two..Three..Go!
CV telah dibuat, pernyataan untuk ta’aruf telah saling disetujui kedua belah pihak, perantara telah ditentukan, proses ta’aruf pun dimulai. Lelaki dan wanita saling membaca CV satu sama lain. Selanjutnya, tentu saja sholat istikhoroh.

Setelah merasa yakin, tahap selanjutnya komunikasikan lagi dengan orangtua. Persilakan mereka membaca biodata si lelaki dan memberikan pendapatnya (jangan dulu ngomong macam-macam). Lagi-lagi berdoalah yang kuat dan carilah waktu terbaik untuk berbicara dengan keduanya ya.

Oh ya sekiranya ada pertanyaan apapun yang ingin saling ditanyakan, tanyakan lewat perantara ya dan pastinya bersabar ya. Urusan si Mbak kan bukan kalian doang, hihi.

Rahasiakan, Rahasiakan dan Rahasiakan!
Ini penting. Sejak awal si lelaki menyatakan keinginannya untuk berta’aruf dan sejak kamu para lelaki menyatakan keinginanmu untuk berta’aruf dengannya, rahasiakanlah hal tersebut. Hal ini karena hal tersebut memang tidak layak diumbar-umbar.

“Rahasiakanlah pinangan, umumkanlah pernikahan.” begitu sabda Nabi.. 
Bukan cuma ketika sudah dipinang, bahkan sejak awal keinginan untuk ta’aruf diutarakan, rahasiakanlah. Boleh bercerita tapi pandai—pandailah memilih dalam bercerita, pada orangtua pastinya ataupun orang lainnya yang paling kamu percaya untuk menjaga amanah ini. :)

Jadi teringat pengalaman saya (lagi). Ketika Mbak perantara menyatakan ada seorang ikhwan yang hendak berta’aruf denganku, tanpa babibu ku tanyakan namanya tapi ia tak mau memberitahu. Tentu ku heran loh kok mau ngajak taaruf tapi saya ga boleh tahu namanya?

Well jelas aja saya ga boleh tahu lha wong saya belum bilang ‘Ya’. Kalaupun saya bilang ‘Tidak’, teteup ga akan diberitahu. Meski awalnya sempat bertanya-tanya, akhirnya saya memahami, hal ini dilakukan untuk menjaga (hati) satu sama lain.

Sungguh aku salut dengan Mbak perantara kami yang sudah sangat berjasa bagi kami :’) Semoga Allah membalas kebaikan beliau.. Aamiin.

Oke postingan kali ini saya cukupkan samapi dirisini dulu ya. Untuk bagian khitbah dan persiapan perniakahn akan dibahas di postingan berikutnya biar ga pada bosan karena kepanjangan hehe Silakan dibaca dan diambil yang baik-baiknya saja ya :)

Teruntuk kamu yang sudah memiliki niat untuk menikah, yuk persiapkan CV/proposal terbaikmu dan tentunya yang jujur ya..

Teruntuk kamu yang sedang berta’aruf ataupun sudah berta’aruf dan sedang menunggu hari H, semoga dilancarkan dan dijaga selama prosesnya ya..

Teruntuk kamu yang sudah pernah berta’aruf namun belum jua dipertemukan sang lifetime partner, semoga selalu disabarkan dalam berikhtiar ya..

Teruntuk kamu yang belum memiliki niatan menikah, semoga segera termotivasi. Hehe. Dan teruntuk kamu semua saudari-saudariku, tetaplah berkarya dan berprestasi, sekalipun masih single ataupun telah menikah.

Because being married woman is not an obstacles to keep shining! Love you dear ukhti! 💙

22 komentar:

  1. alhamdulillah bila bisa menjalani proses menjemput jodoh secara syar'i.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, seneng denger cerita temen-remen yg berhasil taaruf. Semoga jemput jodoh secara syar'i ini bisa terus dilakukan oleh generasi2 mendatang. Aamiin..

    BalasHapus
  3. Wah subhanallah Mba luar biasa banget sukses bertaaruf. Aku kebetulan sama suami dulu juga nggak pacaran cuma deket aja, tapi ga bisa dibilang taaruf aja sih hehe. Semoga pernikahannya berbahagia selalu ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barakallah utk pernikahannya Mbaak. Aamiin 🤗

      Hapus
  4. Seneng rasanya kalau dengar cerita tentang taaruf dan berhasil sampai nikah.. Bahagia selalu ya mbak :)

    BalasHapus
  5. Wah senang sekali ini baca ceritra bertemu jodohmu mbak, semoga ini jodoh dunia-akhirat ya mbak.

    BalasHapus
  6. Aku kok jadi tertarik sama ta'aruf ya mbak. Jadi lebih terjaga gitu kayaknya. By the way, aku suka bacanya mbak, terima kasih udah bikin tulisan ini mbak🤗

    BalasHapus
  7. 2x aku taaruf tapi ga jadi nikah sama 2 orang itu hehe kok malah sama suamiku ini kayak pacaran singkat gitu malah langsung nikah.. mungkin ini jalannya.. walaupun ga syar'i semoga tetap diridoi Allah.. berkah selalu untuk pernikahannya kak visya

    BalasHapus
  8. Tos mba Ev, wkwkwk aku juga kenal sehari dua minggu taaruf wakakak
    udah tahu kan mas suamku yang mana wkwakak
    semoga segera bertemu jodoh yang belum ketemu aamiin

    BalasHapus
  9. Keren bisa dari taaruf sampai kepernikahan yang bahagia. Semoga menjadi keluarga yang sakinnah waddah warahmah. Aamiin 😊

    BalasHapus
  10. Kalau lagi ta'aruf gitu harus dirahasiakan ya? Hmm, kalau udah khitbah lah ya baru di kabar kan

    BalasHapus
  11. masyaa Allah selalu kagum sama yang suskes dengan taaruf semoga bisa bahagia till jannah aamiin

    BalasHapus
  12. Masya Allah, manis bgt ceritanya :) merinding lhobacanya hehee.. semoga bahagia selamanya sampai surga yaaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Allah. Makasih banyak Mbak 🤗

      Hapus
  13. Masyaallah, ini bagus sekali ilmunya mba visya.berharap sekali sodara2 permepuan dan laki2 kita melakukan hal ini sebelum menikah...aamiin

    BalasHapus
  14. MasyaAllah, salut buat pasangan yang menemukan jodohnya dengan proses seperti ini.
    jadi gak sabar nih Mbak pengen baca kelanjutan kisah nyatanya Mbak tentang ta'aruf ini.
    Ada teman juga yang menemukan jodohnya dari proses CV hingga ke janji suci seperti ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi niatnya pengen dibikin buku Mbak. Doakan yah

      Hapus