Datangnya Tak Terduga Tapi Tandanya Nyata (Marriage Edition by VisyAndi)


Bismillahirrahmanirrahim..
Lama rasanya ga nulis tema marriage, kebanyakan tentang parenting. Maklum aja, tuntutan 'profesi' hehe. Tulisan ini terinspirasi dari kunjungan dua orang ukhti ke rumah, yang sempat 'menginteregoasi' 😅 Selamat membaca!

Menikah. Pernikahan. Rumah Tangga. Rasanya sebagian besar perempuan single usia 20-25 tak pernah bosan membahas tema ini--atau setidaknya pernah sekali membahas tema ini. Termasuk diriku. To be honest, saat SMP aku pernah punya pikiran
"Aku ga mau nikah ah.." entah mengapa, tanpa alasan yang jelas (alhamdulillah Allah ga mengijabahnya 😅).

Berbicara tentang pernikahan juga, tidak jauh-jauh dari target pernikahan; mau nikah usia berapa? Kalau targetku sendiri....


Maksimal usia 24 tahun, tapi honestly aku tidak pernah menyatakan angka ini di depan umum, cukup di dalam hatiku. Entah mengapa. Target itu sendiri tercetus di usiaku sekitar 19-20 tahun. Yap, sebagai seorang penuh mimpi, aku selalu menargetkan apa-apa yang mau aku capa.

Hingga tibalah hari itu.. hari dimana seorang lelaki asing memintaku menjadi pendamping hidupnya di usiaku 22 tahun 2 bulan. Eits, tapi saat itu keputusan belum terjadi. Mungkin saja aku menikah di tahun itu, atau tahun depan.

Allah was directed my path to him
Aku jadi teringat, sebenarnya Allah sudah memberi tanda-tanda akan kedatangan dirinya. Tanpa kusadari saat itu. Tanpa bermaksud menerka-nerka. Bahkan tanda-tanda ini sebagian besar kurasakan setelah mitsaqan ghaliza resmi terucap.

Satu Irisan Tapi Tak Saling Kenal
Ya, nyatanya kami berada dalam satu organisasi nasional. Sebagaimana organisasi tingkat nasional, tentu pertemuan offline adalah hal yang cukup jarang dilakukan oleh para anggota, sebagian besar pertemuan dan diskusi dilakukan secara online. Kalaupun ada agenda offline, hanya dilakukan per regional dan saat itu kami berbeda regional. Tak hanya beda regional, tapi juga beda angkatan masuk.

Pada dua agenda, kami nyaris saja bertemu. Namun satu agenda, aku membatalkan diri. Satu agenda ia yang membatalkan diri. Kami sama-sama tak tahu bahwa awalnya sama-sama berniat hadir. Rupanya Allah ingin berkata...
"Aku ingin pertemuan perdana kalian terjadi di rumah Visya. Di saat Andi melamar Visya." 😍

Oh ya, FYI aku tak pernah mendengar namanya sekalipun sebelumnya. Serius! Mungkin pembelajarannya adalah dalam satu organisasi harus saling kenal, at least namanya, walau belum pernah ketemu. 😅

Mereka Mengenalnya Lalu Aku
Sekitar 4 tahun lalu ia terlibat sebagai pengajar salah satu gerakan mengajar di pelosok, sebuah gerakan yang aku sendiri sudah mengenalnya sejak awal masa kuliah dan langsung bertekad untuk terlibat kelak ketika lulus. Selang dua tahun kemudian, Juni 2015, ia menjadi fasilitator para calon pengajar yang akan diberangkatkan.

Sebulan kemudian, aku berangkat ke Rote untuk melakukan pengabdian independent, dan ternyata disana aku bertemu dengan adik-adik fasilnya, yang yah tentu saja mengenal dirinya. Tentu saja ini kuketahui di detik-detik jelang pernikahan kami.

Btw.. Tak kusangka bahwa jodohku adalah orang yang telah meraih cita-cita yang sama denganku terlebih dahulu. Tak kuduga, ia adalah orang yang mengenal orang-orang yang juga kukenal.

Passion Sama, Karakter Berbeda
Ya, kami punya passion yang sama di bidang pendidikan & keilmuan, dan suka jalan. Bahkan kami juga mendirikan organisasi yang serupa di kampus kami masing-masing dan sama-sama merasakan menjadi 'the only' disana. Masya Allah..

Well meskipun passion sama, tak melulu persamaan yang menyatukan, tentu kami punya perbedaan dan itu pada karakter kami. Tapi itulah yang mampu menyatukan dan membuat kami saling melengkapi hingga hari ini.

Beberapa petunjuk itu kuanggap adalah bagaimana Allah sebenarnya telah menunjukkanku bahwasanya ia adalah jodohku. Eits tapi sebagian besar baru kurasakan setelah menikah atau di detik-detik jelang pernikahan loh. Jadi meminimalisir 'tebak-tebakan'. Kesimpulannya, pada dasarnya jodoh itu dekat. Namun definisi dekat itu hanya Allah yang bisa memaknai terlebih dahulu, kemudian kita sendiri setelah akad terucap.

Eits buat kamu para single, jangan langsung mengingat-ingat someone yang punya banyak kesamaan sama kamu loh ya, hehe. Nanti malah jadi PHP. 😖

Tak pernah kusangka akan menggenapkan separuh dien di usiaku ke-22 tahun, yang mungkin sebagian besar orang mengganggap cukup muda. Tapi nyata ia telah datang. Datang yang dimaksud bukan sekedar meminta, melainkan kita sebagai muslimah juga yakin bahwasanya ia yang ditujukanNya untuk membersamai diri.

Lalu apakah yang membuat kita yakin ia adalah yang dipilihkanNya untuk kita? Hal ini pernah kutanyakan pada salah seorang teman yang sudah menikah dariku terlebih dahulu, meski saat itu aku belum tahu akan menikah di tahun itu.
"Pokoknya mah pas dia datang (ke rumah), langsung ngerasa klop gitu."

Ah abstrak banget, pikirku kala itu.
Dan ya, aku merasakannya sendiri. Perasaan yang sulit dituliskan ataupun dilisankan. Hanya mereka yang pernah merasakannya yang tahu. Begitupun ketika kutanya pada doi. Ia tak perlu ribuan data untuk langsung menjatuhkan pilihan padaku. Ups, nanti akan aku tuliskan bagaimana ia bisa memilihku. Asli, aku sendiri tidak menyangka, hanya bermodalkan 'itu'! 

Tentulah itu kuasa Allah yang mengetuk hati manusia.  Dan manakala ia telah datang, layakkah kita menolak? Padahal jodoh adalah salah satu rezeki dariNya.

Ya, datangnya tak terduga, kita tak bisa mendikte Allah begini begitu. Percayalah pada hakikatnya Allah telah memberi petunjuk. Terkadang kita salah memaknai, bahkan ada pula yang 'salah orang'. Tapi yakinlah, selama kita selalu melibatkan Allah dalam setiap pilihan hidup--termasuk pilihan sang pendamping hidup-- kita akan dikembalikan pada jalan menuju sang jodoh. Bisa jadi ia yang sudah lama kita kenal. Mungkin pula orang yang benar-benar baru dam hidup kita. Dan yakinlah pada pepatah klasik; jodoh tak akan tertukar.

Dulu saat masih single, aku juga pernah bertanya-tanya siapakah kelak yang akan jadi pendamping hidupku? Apakah dia, dia atau dia? Bahkan kalau boleh jujur, sempat menerka-nerka. Meski akhirnya aku berhenti menerka dan memilih pasrah pada Allah. Ya, itulah yang terbaik.

Ya, datangnya tak terduga namun tak lantas membuat kita berpangku tangan, terus menunggu tanpa ikhtiar. Tetaplah memantaskan diri; terus memperbaiki diri, kuasai ilmu-ilmu menjadi istri dan ibu sejati dan sempurnakan dengan doa tiada henti. Sebab wanita dinikahi utamanya karena agama pada dirinya, baru disusul oleh jarta, keturunan dan kecantikannya.

Semoga disegerakan, untukmu yang sedang menanti kedatangan(nya)! :)

12 komentar:

  1. ah mba, iya mmg benar jodoh itu akan dtg pada waktux, tidak bs dtebak kapan. saya sajah ketemu sama suami dulu di Mcd hehehe. waktu itu lagi duduk kerja tugas kuliah, eh kyk ada yg liat terus, ternyata si doi yg akhirnya dtg ke rumah izin sm ibu untuk menikahi saya hehehe

    BalasHapus
  2. Ma sya Allah betapa Allah memang Maha Mengatur ya Mba :). Mengaminkan doa di kalimat terakhir.

    BalasHapus
  3. chemistry yang kadang ga bisa dijelaskan dengan logika :)

    BalasHapus
  4. Heheheh Begitu ya ceritanya. Semoga langgeng dalam ridhoNya, dikaruniai anak-anak yang sholeh sholehah.

    BalasHapus
  5. Qiqiqi jadi inget kisah sendiri juga... semoga Allah senantiasa memberkahi pernikahannya ya mba :)

    BalasHapus
  6. jodoh itu benar2 rahasia tak terduga mbak. semoga samawa

    BalasHapus
  7. Jodoh emang rahasia Allah ya mbak. Ceritanya menginspirasi. Moga membantu kegundahan hati mereka yang blm ketemu jodohnya :)

    BalasHapus
  8. amiiin....
    lebih fokus baca bagian akhirnya ��

    BalasHapus
  9. Yess bener. Menjemput ilmu untuk memantaskan diri menjadi istri sekaligus calon ibu merupakan bagian dari ikhtiar. Semoga selalu hangat, sakinah mawaddah dan rahmah penuh berkah dengan keluarganya ya mbak

    BalasHapus
  10. Misteri jodoh ya mbak. MasyaAllah. Barakallah mbak

    BalasHapus