Epilog
Untuk dia, aku memang ga cocok sama dia. Kata orang
dulu sih, bagaikan langit dan bumi. Jauh banget. Dia selalu ngedeketin aku tapi
aku ga mau deketin dia. Hmm pernah sih mau ngedeketin tapi ga nyaman, eh
ngejauh lagi. Maaf ya..
Dan hei kamu, ya kamu! Terimakasih ya sudah membuat
aku jatuh sejatuh-jatuhnya! Sakit se sakit sakitnya! Tapi kamu salah, aku ngga
nangis kok. AKU BISA MOVE ON! Kamu yang minta aku tetap berusaha ngedapatin
kamu. And see.. Kita bisa bersatu kan.
Kamu pasti senang kan kuperjuangkan? ;)
Kisahku
dan Kamu
Semua
berawal saat aku duduk di bangku kelas 8 SMP..
Hancur. Lebur. Berbaur. Ah entahlah udah ga jelas
banget, serba ‘-ur’. Bagaimana bisa dapat yang terbaik kalo sama kamu aja aku
lemah banget? Selalu aja lemah. Ga pernah ada kata SELESAI di antara kita, aku
dan kamu.
Eh, tunggu, tunggu, para pembaca tahu ga apa yang
kita bicarakan?
Iya tuh kamu. MA-TE-MA-TI-KA. Demi apa, tiap kali
ulangan ‘kamu’ nilaiku selalu di bawah KKM atau standar penilaian. Ngga
tanggung-tanggung, bisa sampai angka 5 sekian, hadeuh masya Allah. Oke mungkin
alasan utama adalah karena aku ga suka sama kamu. Belum suka lebih tepatnya.
Dengan semangat yang ada aku pun mulai mendalami
kamu, hingga akhirnya jadi lebih suka denganmu. And see.. Nilaiku meningkat
drastis. Yeay! Aku bisa suka kamu! Bukan pura-pura lho tapi emang jadi beneran
AKU JATUH CINTA SAMA KAMU!
Berlanjut
ke masa SMA..
Rasa cintaku sama kamu semakin besar. Aku sudah
bertekad, aku mau jadi matematikawati. Yap, bismillah! Oh ya alhamdulillah
ulangan harian Matematika pertama di SMA, aku dapat nilai 100 dan satu-satunya
yang ga remdial. O-M-G ternyata teman-temanku rata-rata masih belum suka sama
kamu -__- Sabar ya :’)
Di tahun pertama masa SMA ini juga aku
diiuktsertakan dalam OSN bidang Matematika. Padahal waktu itu aku terancam ngga
bisa ikut gegara masih diopname di RS. Susah ya kalo orang penyakitan mah, eh
tapi harus tetap bersyukur, alhamdulillah J Alhamdulillah
lagi, aku lolos OSN Matematika ke provinsi dan harus menjalani masa karantina.
Selama masa karantina itu ibu selalu datang setiap hari :’)
Selain OSN, aku juga suka ikut olimpiade-olimpiade
Matematika. Pokoknya puas banget deh menghabiskan masa SMA bersama kamu, Math,
hehe.
Selalu, alhamdulillah, nilai-nilai Matematika ku pun
stabil. Hingga akhirnya.. Di tahun ketiga masa SMA..
Ulangan harian integral ku di bawah standar! Aku
ingat hari itu usai mengerjakan ulangan, menangis sesegukan di kelas,
teman-temanku pun menghampiri dan berusaha menghibur. And the fact is.. AKU
REMEDIAL! Apakah ini berarti rasa cintaku padamu mulai memudar? Ah, rasanya
tidak...
Aku seperti kembali di masa kelas 8 SMP. Hancur,
lebur. Ya Allah.. Tapi aku harus bangkit, ini tahun terakhirku di sekolah!
Harus memberikan yang terbaik.. Bismillahirrahmanirrahim..Singkat cerita,
kisahku dengan kamu di masa sekolah pun berakhir dengan khusnul khatimah :D
Berlanjut
ke kuliah..
Aku begitu memperjuangkan kamu, pengen banget masuk
jurusan Matematika, pengen banget jadi keluarga FMIPA. Walau harus jatuh
berkali-kali namun akhirnya aku berhasil!
Mahasiswi prodi pendidikan Matematika, jurusan
Matematika, Fakultas MIPA.
Itulah ‘gelar’ baruku sejak 2011 silam J
Kini 3 tahun sudah di masa kuliah kita bersama. Semoga di September 2015 aku
sudah bisa menyelesaikanmu dan mendapatkan gelar baru. Aamiin.
Terimakasih telah membersamai perjuangan ini. Love
ya! J
Semua
bermula saat duduk di bangku Sekolah Dasar
Aku ga suka dia! Diaselalu bikin aku kesakitan.
Contohnya saat bermain kasti. Kepalaku tertimpuk bola, tidak hanya kepala namun
juga badanku. Sakit! Sakit! Sakit! Aku juga selalu tidak hafal gerakan senam.
Pokoknya aku ga suka!
Kemudian
di bangku SMP..
Aku bertemu kembali dengannya. Di kelas 9 SMP ada
materi rolling. Kita disuruh berguling di matras. Aku pikir, memangnya kita
trenggiling yang bisa memutar badan sesuka hati? Tapi ternyata teman-temanku
bisa melakukannya. Hanya aku, ya, hanya aku yang tidak bisa. Aku takut mencoba.
Aku takut melukai tubuhku.
Hingga pada hari itu saat akan tes ujian,
kuberanikan diri mencoba, dibantu oleh guruku, badanku diputar! Tiba-tiba aku
merasa seluruh tubuhku sakit. Ya Allah aku aku tidak bisa mengeluarkan sepatah
katapun! Sudah cukup, sampai disini saja...
Berlanjut
di masa SMA..
“Visya,
kamu latihan lebih banyak lagi ya!” pesan bu Sari.
“Ya,
Bu.”jawabku lemah.
Sementara
teman-temanku yang lain berganti baju atau jajan ke kantin, aku berlari menuju
lapangan. Kuambil bola basket itu dan kulemparkan berkali-kali ke dalam ring.
Gagal, gagal, gagal, gagal. Aku pun berhenti pada satu titik. Nafasku
terengah-engah.
Kupandangi
bola basket yang kujepit di antara kedua kakiku. Wajahku tertunduk dalam. Eh
tiba-tiba hujan turun rintik-rintik (mulai berubah bahasanya, haha). Persis di
film-film, orang yang mulai give up gitu.
Itu bukan kali pertama aku menangis karenamu. Sudah berulang
kali, entah ke berapa kali.. Aku merasakan diriku berbeda dengan teman-temanku.
Tidak hanya bola-bolaan tapi juga main karet (apa tuh bahasa olahraganya?). Di
saat yang lain sudah mencapai puluhan bahkan ratusan, aku masih di angka 5-6,
berhenti, 5-6, berhenti.. Ya Allah..
Tapi aku menyadari, untuk masalah lari-larian
setidaknya aku lebih baik. Urutan 1 atau urutan 2. Kenapa? Karena aku ingat betul
kata-kata guruku
“Berlari
itu yang stabil, kalo berhenti-berhenti mulu, asam lambungnya malah naik, malah
susah lari.”
Ada pelajaran hidup yang kudapatkan dari berlari.
Bahwa bagaimanapun kondisinya kita harus berlari, jangan berhenti karena berhenti
hanya akan membuatmu terlambat. Begitupun saat berlari, teruslah berlari walau
kecepatanmu berkurang, jangan berjalan, be constan! Be stable! Itulah kunciku
dalam berlari. Sayangnya aku ga minat jadi atlet lari :D
Oke itulah ceritaku dengan dia. Maaf ya kalo agak
absurd, hehe.
Hikmahnya :
Walaupun aku begitu menyukai Matematika, namun tidak
kupungkiri di masa kuliah ini ada mata kuliah yang tidak kusuka (tidak usah
disebutkan lah ya :D).
Dan wlaupun aku tidak menyukai mata pelajaran
Olahraga, namun ternyata aku memiliki ‘kekuatan’ juga disana, di bagian lari :D
Yap, Allah telah menciptakan segala sesuatunya
sesuai porsinya.
Allah juga bilang, sesuatu yang kita benci boleh
jadi yang terbaik dari Allah untuk kita. Pun sesuatu yang kita suka boleh jadi
sesuatu yang buruk bagi Allah untuk kita.
Soooo keep positive thinking guys! Semangat, bu
guru!
Ceritanya lucu
BalasHapusLucu di bagian mana? -_-
BalasHapus