Cinta itu Ada di Darat, Udara dan Laut!


Dunia kampus telah beriku pengalaman luar biasa. Yang tak mampu terulang dengan sempurna. Beragam tempat telah kudatangi, memberiku kisah tak terganti. Rote, salah satunya. Ini kisah tentang perjuangan. Ini kisah tentang pengorbanan. Kebersamaan. Perjalanan. Merengkuh cinta.



Waktu dua pekan kata orang berlalu cepat. Tapi tidak tatkala aku berada di nusa lontar, Rote. Perjalanan yang tidak bisa dibilang sebentar. Biaya yang tidak bisa dibilang sedikit. Aku harus melalui semua jalur. Ya, semua jalur transportasi! Darat, udara dan.. laut!

Kami adalah mahasiswa UNJ yang tergabung dalam Ekspedisi Beranda Indonesia, project yang aku inisiasi sendiri awalnya. Atas nama kepedulian terhadap pendidikan di pelosok negeri, Rote menjadi daerah yang ku pilih. Akupun mengajak tiga orang lainnya. Hanya aku perempuan sendiri saat itu.

Open recruitment tim diadakan. Terpilihlah 11 orang lainnya. Total kami menjadi 15 orang. Perjuangan Kami lalui bersama. Mulai dari persiapan launching, publikasi, funding, dan lain-lain. Oh ya, project ini berdiri sendiri, tanpa naungan komunitas ataupun organisasi di kampus. Tapi beruntung ada salah seorang dosen bersedia menjadi pembimbing kami, Pak Rusdy.

Setelah menempuh perjuangan selama tiga bulan, satu per satu berguguran mengundurkan diri. Ada yang punya personal reason, ada pula persolan dana yang memang tak mencapai target mendekati hari H.

Kami di ambang kealauan. Berangkat atau tidak. Pasalnya koordinasi sudah oke dengan teman-teman di Rote. mulai dari komunitas pemuda Rote, kakak-kakak Pengajar Muda Indonesia Mengajar hingga kepala desa dan pihak BKSDM Kupang. Namun dana masih sangat jauh dari target sementara waktu keberangkatan tersisa sepekan saja.

Belum booking tiket kereta dan pesawat. Galau segalau galaunya! Pilihan terakhir adalah tetap berangkat dengan dana pribadi. Padahal dana yang dibutuhkan per orang mencapai tiga juta dan
saat itu kami semua masih mahasiswa.

Satu per satu menyatakan ketidaksanggupannya. Aku sangat memahami hal itu. Sampai akhirnya tersisa lima orang lainnya yang bersedia berjuang hingga titik penghabisan.

Kamipun sebenarnya belum ada uang sebanyak itu dan tidak mungkin meminta orangtua. Tapi entah kenapa aku berkeyakinan Allah memberi jalan.


Benar saja.. pertolongan Allah nyata. Saat itu pertolongan dana datang melalui seorang senior. Kami berenam siap berangkat. Hanya saja dua diantaranya harus menyusui karena beberapa alasan.

"Oke, kita tetap berangkat." putusku, sebagai inisiator kegiatan aku merasa bertanggungjawab memperjuangkan ekspedisi ini. Demi mereka yang siap menyambut disana.

Jumlah kami memang tidak banyak yang akhirnya bisa berangkat. Hanya dua laki-laki dan dua perempuan; Diana, Visya, Affif dan Mulya. Ya, hanya empat orang (dua orang yang lain menyusul). Bagi orang lain impossible ekspedisi hanya BERENAM? Tapi VERY POSSIBLE bagi kami. Karena cintaNya menguatkan dan mengeratkan kami. Dari UNJ untuk Rote!
Pelepasan Bersama Dosen Pembicara & Tim EBI



Jakarta-Surabaya via darat
Dimulai dengan kebersamaan di kereta selama 18 jam dari Jakarta menuju Surabaya. Walau hanya berempat, tapi keberangkatan kami ke stasiun diantar empat orang lainnya. Kami pun saling berpelukan dan berpamitan. Ada adegan seru. Saat sepuluh menit sebelum kereta meluncur, kami baru check ini.
"Mul, snack dimana dah?" tanya Affif ke Mulya.
"Ya Allah! Ketinggalan di Ipeh, di luar!"
"Ya ampun isinya logistik semua itu."
Dan..tiba-tiba.. Bibeh datang bak pahlawan pembawa logistik.
"Woi ini logistic lo pada." setelahnya ia langsung Turin dan kereta seketika melaju.
Huaaa jadi baper :'')
Akhirnya tiba di Surabaya!
(Diana, Visya, Affif, Mulya- dokumen pribadi)

TakdirNya mempertemukan kami dengan dua orang (yang juga) backpacker laki-laki, hendak ke Lombok. Semalam suntuk kami habiskan untuk mengobrol, makan malam, berdiskusi, bercanda, tidur. Ya semuanya bersama. Tapi tentu masih tetap menjaga diri ya. Sampai dicandid pose tidur tiap tiap dari kami. Ulahnya Mulya ini, tapi ga akan aku posting lah ya. Hehe.

Entah udah berapa kali kita ganti gaya deh. Aku jadi pengamat pose tidurnya Affif, Mulya, Diana. Mulai dari pose normal, saling tindih tangan & kaki, sampai randomly abstrak, haha. Unforgettable.

Tiba di Surabaya pukul 03.00 dini hari. OMG apa yang biasa dilakukan orang-orang jam segitu pada selain tidur? Alhasil kita pun ngemper di luar stasiun. Iya. Ngemper, macam anak jalanan. Kita berenam. Ditemani nyamuk yang kehausan darah. Tepok sana, tepok sini deh kita. Nguap sana, nguap sini. Ups ditutup dong.
Ngemper di Stasiun Gubeng Dini Hari

Karena kelaparan, kita pun cari makan. Lebih tepatnya Affif berangkat cari makan. Lalu kita ngemper lagi makan bareng. Ah ga masalah. Asal bersamamu, walau sederhana tak mengapa bagiku~

Surabaya-Kupang via udara
Setelah beberapa hari singgah di Surabaya, sungguh pengalaman yang begitu banyak, kami melanjutkan perjalanan menuju Kupang. Pagi hari sebelum lepas landas, aku dapat berita gempa di Kupang. Nah lho gimana? Dagdigdug. Bismillaah..

Kita berempat berangkat dari dua tempat berbeda. Hmm kenapa kita bisa kepisah gini? Padahal awalnya bareng-bareng.. Ada drama di balik itu semua, sebuah kesalahpahaman yang menguji perjalanan kami.
Makan Siang bareng Teman Kami di Surabaya

Aku dan Diana tiba di bandara setengah jam sebelum take off, setelah Affif dan Mulya datang. Alhamdulillah semua berjalan lancar.

Pesawat mulai lepas landas. Dua jam bukan waktu yang singkat. Jadi ingat perjalanan ke Sulawesi. Eits, tapi kali ini aku tak sendiri, hehe. Bersama mereka, yang selalu hadirkan tawa dan canda. Betapun saling kesalnya kita, tetap akan mencair karena kita telah dipersatukanNya :')

Sayangnya kami tam sempat berfoto di Dalam pesawat :(

See you again, Surabaya! Makasih yaa kenangan indahnya. Mulai dari numpang di asrama, pertengkaran di tengah malam, dan lain-lain. Aku kembali lagi suatu hari insya Allah..

Kupang-Rote via laut
Setelah kesinggahan di Kupang, esok paginya langsung melanjutkan perjalanan. Darat, udah. Udara, udah. And now giliran LAUT!

O.M.G. Aku belum pernah sekalipun naik kapal laut lho! Sebelum berangkat ke pelabuhan, aku sempatkan minum obat anti mabuk. Hmm apa jadinya yaa nanti.

Di pelabuhan kami bertemu dosen UGM yang akan melakukan penjemputan terhadap mahasiswanya yang tengah KKN di Rote, tapi beda kecamatan dengan kami. Dosen yang unik, inspiring, penuh cerita. Si Affif sampai mendekat mulu, haha.

Dan..kapal laut pun datang. Dagdigduh hatiku berdesir, kapal mulai bergoyang-goyang diisi ratusan penumpang. Sebetulnya ada dua jenis kapal laut untuk menyebrangi Rote dari Kupang. Kapal cepat sekitar 2 jam dengan biaya 150k dan kapal lambat dengan biaya 45k selama 5 jam. Di pemberangkatan kita coba kapal cepat karena memburu waktu.

Kapal cepat ini modelnya kapal motor. Hmm ternyata meskipun di tiketnya udah ditulisin nomor bangku, tetap aja penumpang lain suka-suka.

Kapal pun mulai melaju. Selamat tinggal sementara, Kupang. Halo, selatan negeri, aku datang!

Di saat yang lain asyik ngobrol, aku segera berlari menuju lantai atas kapal. Aku ingin merasakan sensasi laut, mencium wangi laut!

Awalnya biasa aja.. Lama lama aku mulai goyah. Mulai mual. Mulai pusing. Aku kembali ke lantai bawah penuh perjuangan karena ombak lagi besar besarnya. Masyaa Allah mabok laut juga aku.  Malunua!

Alhasil sisa perjalanan kunikmati dalam mimpi alias aku memilih tidur.

Hatiku bersorak. Yippie, here i am.

Aku yang dulunya sangat takut naik kapal lautk kini berhasil melawan rasa takutku. Di tanahnya orang pula, di Indonesia timur, bagian selatan. Aku bisa!

Bagiku berperjalanan selalu memberi pengalaman. Aplagi jika bersama kawan. Aku jadi mengenal satu sama lain. Bagaimana tidak? Dua pekan habiskan waktu bersama~
Bagiku cinta itu ada dimana-mana. Mungkin selama ini aku hanya tahu cinta ada di darat. Lalu pada 2013 aku tahu cinta ada di udara.. dan di 2015 aku tahu cinta juga ada di laut!

Lantas apa yang bisa membuat kami rela menghabiskan waktu panjang di darat udara dan laut?

Demi kamu, ya, demi kamu. Kami arungi darat udara laut. Demi kamu. Demi almamater kampus. Demi Indonesia.
Tak pernah kusangka aku bisa kuat berjalan sedemikian jauhnya..
Rote yang dahulu hanya kulihat di peta. Rote tanah pengabdianku!
Kami di Pulau Ndana, Pulau Terselatan Indonesia setelah Rote


NB: Kata siapa ekspedisi butuh orang banyak? Banyak tapi ga menghasilkan sama aja sih, useless menurutku.. Buktinya kita bisa kok empat orang (dua lainnya menyusu) berangkat ekspedisi!

Cerita Lain #EkspedisiBerandaIndonesia

11 komentar:

  1. waaaaaahhhh asik niiihhh, jadi mupeng,,,

    BalasHapus
  2. Perjalanan yang menyenangkan sekali itu mba apalagi bisa menggunakan tranportasi darat, laut dan udara untuk ke satu tujuan. Waah luar biasa banget. Anw saya kuga suka kesel lho mba sama penumpang yang suka duduk dibangku semaunya, padahal di tiket udah jelas tertulis nomor bangku. Well, tapi itu lah seni nya perjalanan yah mba ;)

    BalasHapus
  3. Masha Allah, keren sekali. Salut dengan tekad dan perjuangannya. Ekspedisi lintas pulau dengan berbagai moda transportasi terlaksana dengan baik. Ah. Jadi iri.

    BalasHapus
  4. Senennya yang melakukan perjalanan, darat, udara, dan lauut. ternyata hati bisa berdesiir yaa eaaa..
    Ikut bahagia dengan perjalannya nih, palings enengkeknya pake kapal laut akutu..

    BalasHapus
  5. Masya Allah...spirit mahasiswa ya Mbak. Saya salut banget. Dulu saya pun punya cita-cita kayak Mbak, namun nggak kesampaian. Namun sekarang menikah dengan orang NTT, jadi tahu betul daerah-daerah Timur. Semoga perjalanan para pejuang pendidikan memberikan pengalaman yang berharga ya Mbak?

    BalasHapus
  6. Mbaaa...terharu bacanya. Jadi penyemangat nih. Karena sempat dilanda keraguan juga.

    BalasHapus
  7. Kenangan manis tuh bisa ngemper makan gitu. Keren dah mb. Bahagia yang tak tergambarkan

    BalasHapus