Dekat di Mata, Dekat di Hati (1)



Bismillahirrahmanirrahim..
Sebelum lanjut ke bawah, baca dulu prolognya disini yaa~

Jumat, 3 Juni 2016
Setelah semalam pulang cukup larut, begitu bangun kurasakan kondisi fisikku menurun. Badanku sedikit panas dan suaraku mulai serak. Hm sepertinya radang. Tapi..tidak, tidak, tidak! Aku ngga boleh sakit hari ini! Hari ini aku akan melaksanakan sebuah misi! Aku harus sehat!

Dengan segala ikhtiar beberapa jam, aku tetap nekat berangkat. Bismillah ya Allah ridhoi aku!


FYI, aku terpilih jadi ketua tim. Padahal mah aku belum pernah pengabdian ke pedalaman Banten daaah. Tapi gapapa, artinya emang kali ini aku harus memperjuangkan untuk berangkat!

Meeting point di stasiun Pd.Ranji pukul 13.00. Tapi baru benar-benar kumpul 21 orang lainnya sekitar pukul 14.15. Dengan sedikit kendala teknis akhirnya kami baru berangkat naik kereta pukul 15.40. Stasiun Rangkasbitung jadi tujuan kami.

Hello, inilah kami para relawan Inspiration Action Day yang siap mengabdi di desa Girijagabaya, kabupaten Lebak, Banten. Ada Rita dan Desy dari UIN, Iman dari UI, Dian dan Mbak Mery dari IPB, dan masih banyak lagi. Total kami peserta dan panitia ada 23 orang. Sebelumnya aku sempat sedikit sufing tentang desa itu. Katanya ada SD yang memprihatinkan di sana karena letaknya bersebelahan dengan kandang kerbau. Ah jadi penasaran!


Sebelum kereta tiba, aku sempat ke toilet. Dan tebak apa yang terjadi? Aku terpleset di dalam kamar mandi. Sebetulnya aku hampir ga kuat bangun tapi begitu mendengar sirine kereta, tenagaku langsung menguat. Meski sedikit tertatih aku berjalan menuju kereta. 

Ini pertama kali aku naik kereta ke Rangkas. Cuma goceng loh harga tiketnya! Masya Allah ternyata keretanya model begini toh. Alhamdulillah nya kami semua dapat tempat duduk. Aku duduk di samping Rita dan Bang Hanafi. Wuih pemandangan sunset dari sini terlihat jelas loh! Indahnya masya Allah~

Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam. Begtu tiba di stasiun Rangkas, kami melanjutkan perjalanan dengan minibus atau yg biasa disebut elf atau kol menjuju masjid dan tempat makan. Bukan kol sayuran yak~ Demi apa harga makanannya ga mahasiswa banget nih, pelajaran beudh sebelum makan nanya dulu. Aku sih udah rada gimana gitu ya pas lihat daftar menu ga ada daftar harganya juga tapi yasudahlah. -___-
"Kak, disana ada sinyal ga?" tanya salah seorang peserta.
"Ada, paling cuma Telkoms*l doang."

Hooo, aku mah insya Allah udah biasa ga ada sinyal. Sombong beudh, wkwk.

Sekitar pukul 19.30 kami melanjutkan perjalanan panjang. Gelap-gelapan di kol. Yang tadinya jalan mulus alus sekarang jadi bergelombangbebatuan udah kayak hidup ini (?). Berkali-kali kepalaku kejedot sama jendela kol, hadeuh. Kukira perjalanan hanya 1 jam tapi ternyata lebih.

Di tengah jalan kol II sempat masuk ke lubang. Sekuat tenaga berusaha keluar tapi gagal maning, gagal maning. Nah loh bagaimana kah?

Para pria pun bersatu padu.. dan.. Alhamdulillah kol berhasil diangkat!

Pukul 21.00 kami tiba..

Eits belum sampai di desa yang dituju. Oalah pantas saja masih ada sinyal. Ternyata kol yang kami tumpangi ga bisa masuk ke dalam karena hari sudah gelap. Alternatif lain, panitia berencana meminja mobil yang lebih kecil. Alhasil kami ngemper di teras salah satu rumah warga. Ada yang asyik ngerumpi macam ibu-ibu sosialita, wkwk, peace. Ada yang asyik ngopi macam bapak-bapak kesepian, wkwkw, peace again. Ada juga yang saling berkisah.

Satu jam kemudian panitia kembali dan mengabarkan kita dan ga dapat mobil kecil sementara kalo mau jalan ngeri banget ke dalam, gelap. Alhasil lagi kita bermalam di salah satu runah warga di desa itu. Satu rumah buat belasan orang. Duh jadi merepotkan~

Kocaknya, ternyata ketua tim disuruh ngumpul dan aku baru menyadarinya begitu udah tiba di rumah host fams. Lagipula saat itu kondisi tubuhku makin panas aja dan efek jatuh di toilet baru kerasa beudh yak.. Untunglah ada Rita yang mewakili.

Mulanya aku berniat tidur tapi Dini malah cerita-cerita soal hantu di gunung yaa otomatis aku yang penakut jadi penasaran. Antara percaya dan ngga sih, secara baru sekali naik gunung.
Singkat cerita aku memutuskan untuk tidur. Asli kita tidur udah kayak ikan asin siap diasapin, wkwk. 


Sabtu, 4 Juni 2016
Subuh pertama di Lebak. Subuh yang syahdu, mengingatkan aku akan dirimu #eaa. Well pagi ini dimulai dengan sarapan pagi buatan ibu-ibu desa. Ya Allah keknya mereka sampe ga tidur demi nyiapin snack buat kegiatan di sekolah hari ini. Semoga Allah membalasn kebaikannya :''

Jengjeng dan kita makan ala ala daun pisang gitu. So sweet deh. Selesai sarapan, kelompokku memutuskan untuk briefing. Oh ya di kelompokku ada aku, Rita, Qonita, Amry dan bang Hanafi. Kami akan mengadakan Kelas Inspirasi dengan konten sharing tokoh nasional, sharing pengalaman dan wall of dream. Tapiii kami masih belum tau nih bakal kedapatan kelas berapa. Ya kuharap antara kelas 1,2 atau 3 sih.

Pagi itu juga ita nomaden lagi ke tempat sesungguhnya. Nomaden itu aku banget dah. Asal jangan hatinya yang nomaden #eaa. Setelah pamit pada empunya rumah, kami melanjutkan perjalanan dengan naik... MOBIL BAK! Oia disini masih ada sinyal semua provider, hmm apakah kita benar-benar akan ke SD yang kutemukan di internet itu? Entahlah..

Yeay akhirnya naik mobil bak lagi. Pertama kali naik pas pengabdian di Cibuyutan trus pas famday BEMF trus pas KKL kelas dan sekarang naik lagi. Aku memutuskan untuk berdiri supaya lebih dapat view-nya.

Waah masya Allah sepanjang jalan kami disajikan pemandangan hijau beralaskan langitu biruuuu! Well, oke di beberapa menit pertama jalanan masih mulus.. Hingga tibalah jalanan bebatuan. Miring kiri, miring kanan. Ya Allah.. luar biasa.. Satu per satu yang berdiri mukai tumbang (re:duduk) tersisalah aku wkwk sokbeudh.

Di jalanan paling parah kami semua disuruh turun dan alhasil jalan kaki ke sekolah. Yak... selamat datang di MI Mathlaul Anwar! Sebuah sekolah di kaki gunung di Lebak.


Tampak para bocah SD berpakaian muslim dengan dandanan yang amazing. Ada juga para ibu yang menemani. Kucoba dekati beberapa anak dan mengajak berkenalan. Uuuh lucu banget anaknya, pengen kubawa pulang. Udah gitu ngomongnya pakai bahasa daerah. Aku selalu gemes sama anak berbahasa daerah deh.


Anw physically kondisi MI ini hanya terdiri dari 3 kelas dan 1 saung yang ternyata juga dijadikan ruang kelas. Ada perpustakaan tapi (maaf) menurutku lebih ke bentuk gubug. Belum lagi rumah di drsa ini semua yang kulihat terbuat dari bilik bambu saja. Ya Allah.. Momen-momen kayak gini harusnya membuat diri ini makin dan lebih banyak bersyukur :'')

Oalah ternyata hari ini bertepatan dengan perpisahan kelas VI SD, sementara kegiatan kami setelahnya. Rita bertugas sebagai MC non formal.
"Visya, kamu jadi pembaca Al Quran ya." kata Kak Hasna. Aku sempat menolak tapi apa yang terjadi....

Sekitar pukul 08.30 acara dibuka oleh Mc formal. Saat itu aku sedang hectic menyiapkan peralatan untuk kelas inspirasi (KI).
"Selanjutnya pembacaan tilawah oleh kak Evi Syahida."

WHAAAT??!! 

Kontan saja aku terkejut. Pasalnya Al Quran ku ada di tas di mobil yang lagi ga di sini. Aku pun meminjam hape Rita yabg katanya ada Al Quran digital tapi gegara rogi Al Qurannya ga bisa dibuka. Perasan malu, grogi, nervous bercampur baur. Alhasil aku hafalan surat pendek aja. Alhamdulillah nya pesertanya anak-anak dan ibu-ibu aja. Kalo ada santri, ulama, cendekia...beuh.. mau ditaruh dimana mukaku ? :(

Selesai dari panggung aku kembali ke saung. Sementara acara di panggung sambutan-sambutan. Bapak kepala sekolah MI sempat curhat perihak kondisi fisik MI yang memprihatinkan dan tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Dalam hatiku, jleb juga...hm... Makin kebuka mataku terhadap Banten yang selama ini kukira cukup maju...

Dilanjutkan dengan taswir. Hah? Apaan tuh taswir?

Ternyata eh ternyata taswir adalah setor hafalan atau pidato gitu yang disampaikan oleh seluruh siswa kelas VI. Jadi satu per satu siswa disebut namanya.
"Nama abdi Ahmad bin...."
"Abdi dipayun hoyong...."
Unik deh logat dan intonasi mereka ala Sunda gitu, meski aku ga terlalu ngerti artinya, hehe. Oia disini ada tradisi saweran. Setiap anak yang naik ke atas panggung dilempari uang gitu atau biasa disebut sawer. hmm..

Di saung ada seorang ibu dan serombobgan anak SD datang dan mengobrol dengan panitia dengan bahasa Sunda yang ga kumengerti. Kuberanikan diri bertanya.
"Maaf Ibu dari SD mana?"
"Oh saya mah dari SD Filial. Itu yang ada di google."

Tetiba aku langsung teringat pada hasil surfingku tentang Girijagabaya. Ya Allah, semoga aja kami dibawa kesana. Aamiin.

Perkiraan taswir selesai pukul 10.00 tapi ternyata baru selesai pukul 12.00 yang ditutup dengan pemberian penghargaan bagi siswa berprestasi. Wuuiih salut... Semoga terus semangat belajar ya adik-adik! :)

Pukul 12.00 KI pun dimulai. Saat itu baru diberitahu kalo timku kedapatan kelas 1 dan 2 yang totalnya 45 anak. Ya ampun bocah sepiyik piyik (?) dan kami diberi tempat di tenda depan panggung. Bpak ibu mereka melihat daei bagian belakang. Aku bertugas sebagai MC. Wuih kudu ekstra suara nih!

"Halo, adik-adik! Kalo kakak tanya apa kabar kalian jawab; Luar biasa! Oke?"
"Oke!"
"Apa kabar adik-adik?"
"Luar biasa!"

Wuiih senangnya melihat semangat adik-adi dari MI dan SD di desa ini. Ya Allah jadi makin semangat jadi ibu guru!

Selanjutnya aku mulai mengenalkan Indonesia pada mereka, juga daerah mereka. Ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan kedaerahan dalam jiwa mereka, meski ku tau mereka masih bocah banget. 

Sesi selanjutnya dibuka oleh Amry yang sharing tentang Bung Hatta. Ternyata mereka pada belum tau siapa itu Bung Hatta, juga Ir.Soekarno. Ini bertujuan memberikan motivasi kepada mereka untuk jadi sehebat bahkan lebih hebat dari tokoh-tokoh yang pernah ada.

Lalu ada Qonita yang berbagi kisah inspiratif dengan gaya yang ekspresif. Sampai di sesi ini dapat kusimpulkan bahwa mereka yang tadinya begitu pemalu, mulai bisa membuka diri dan tertawa bahagia bersama kami. Alhamdulillah...

"Visya suaranya yang kerasan." kata Rita.
Ya Allah ini udah to max banget yaa, emang suaraku kan kecil gini, huhu jadi ingat zaman kuliah TBP dinasehatin sama dosen suruh teriak kenceng di depan laut supaya suara makin kenceng (?)-__-

Berhubung waktu terbatas, langsung masuk ke dinding mimpi. Setiap siswa diminta menuliskan cita-citanya di secarik kertas. Aku paling suka momen ini karena bisa melihat wajah-wajah polos itu dengan cita-cita yang telah mereka buat.


Ada yang pengen jadi guru, dokter, polisi, kapten laut, dll. Ah, aku terenyuh... Aku emang ga pernah ngerasain tinggal desa dengan segala keterbatasan.. Aku terbiasa dengan segala fasilitas yang disediakan.. Sejujurnya aku selalu malu kalo temen-temenku bercerita tentang daerah mereka :''

Walau berasal dari pedalaman, aku yakin mereka bisa meraihnya. Mereka lah mutiara pelosok negeri yang butuh dipoles agar dapat muncul ke permukaan mengharumkan nama daerahnya dan nama Indonesia!

Alhamdulillah KI berjalan lancar dan sukses. Kami pun makan siang bersama dengan bahagia. Kulihat kelompok lain juga begitu kreatif di KI masing-masing walau pasti mereka merasa hectic juga, hehe. Ada yang sampai bawa baju ala koki dan dokter. Ada yang main ular tangga, dll.

Makan, sudah. Saatnya beberes. Aingkat cerita pukul 15.00 kami selesai berberes dan akan melanjutkan perjalanan ke desa yang lebih terperdalam. Allah mengabulkan doaku, kami akan menuju ke Kampung Sinarjaya tempat SD yang tempo hari kutemukan di internet.

Tapi apa yang terjadi? Seketika angin bertiup kencang, petir saling menhanbar, rinai hujan mulai merintik. Sementara untuk sampai di Sinarjaya harus berjalan kaki dengan medan yang terjal sejauh 30 menit. Mobil tidak bisa masuk. Kami terpaksa memikirkan kembali kedatangan kami kesana. Kuharap kita akan tetap kesana!

Setelah melalui diskusi, diputuskan kami tetap berangkat dengan bawaan masing-masing. Apalagi ternyata udahada2orang yang ikut anak-anak ke sana sejak 1 jam lalu dengn perasaan tanpa dosa, wkwk, yaitu Pak Dede dan kak Ari.


Sekitar pukul 16.00 kami mulai melangkah. Medan awalnya biasa saja hingga tiba di pendakian 90 derajat, sebut saja begitu, yang penuh batu. Huaa ajdi ingat Cibuyutan! Kemudian jalan lurus lagi, bebatuan lagi, nanjak lagi, turun lagi..

Dan ya.. Allahuakbar kami tiba di kampung Sinarjaya!  Langsung kami menuju perpustakaan kampung. Bentuk fisiknya dari bilik bambu dengan atap masih sebelah, memang masih dalam tahap pembangunan. Perpustakan ini dibikin swadaya antara warga dan mahasiswa.

Begitu tiba, langsung dijamu es kelapa yabg suegernya rek alhamdulillah. Terlihat bocah-bocah dan ibu-ibu memperhatikan kami, berasa makhluk asing, wkwk. Eh ketenu ibu yang tadi lagi, ternyata namanya Bu Heni. Siapa sebenarnya beliau ini ya?

Ternyata ada tari penyambutan dari anak-anak usia SD di daerah ini. Lagu yang mengiri adalah lagu dangdut dengan gerakan yang agak gimana gitu yah. Selain itu juga ada tradisi sawet, bukan buat penari melainkan buat para penonton. Hmm.. Well tapi aku sangat mengapresiasi, walau memang ada yang sedikit mengganggu hati, hehe. Tapi perbedaan budaya tetap kuhormati.

"Bu, toilet disini dimana ya?" tanyaku pada Bu Heni.
"Itu di bawah Neng." beliau menunjuk ke sebuah bilik bambu tak jauh dari perpus.

Aku segera berjalan kesana. O-M-G! Demi apa? Kamar mandi initerbuat dsri bilik bambu dan di bagian kirinya BOLONG BANGET dan ga ada WC. Oke, selama aku ke desa-desa memang kamar mandi sebagian besar di luar tapi biasanya terbuat dari tembok dan ada pintunya. Tapi kali ini paling menantang banget lah~ Alhasil selama disana aku lebih memilih ubtuk ga mandi. Well masih mending cuma semalam, kalo aku disini sebulan? :'''

Oia di sore hari aku bertemu anak dengan jilbab syari, namanya Ayu. Luucu yaa.

Hari berganti malam, semakin gelap berteman temaram. Basecamp sementara kami di perpustakaan. Cewe-cewe lagi madi di rumah warga yang kondisinya uga ga jau beda dengan kamar mandi yang kukunjungi tadi. 

Selepas magrib suasana teras perpus ramai, rupanya anak-anak datang untuk mengaji sementara di perpus hanya ada aku dan beberapa peserta cowok. Alhasil aku mulai memimpin mereka. Tanpa kusurh meteka langsung sholawatan dan bernyanyi lagu islami. Ah syahdu mendengarnya~ Kemudian kuminta hafalan surat pendek.

Setelah itu kuajak mereka mengobrol tapi eang dasar suaraku yang volumenya terbatas semntara jumlah anak ada puluhan, ditambah lampu perpus mati alhasil ga ngefek banget dah -__-

Akhirnya kuajak mereka selfie baru dah pada seneng. Oia ada satu anak paling lucu menurtku, namanya Andra. Ngomongbya logat sunda dan slalu bikin aku ketawa. Semoga jadi anak sholeh ya dek :'')

Setelah lampu menyala, kelas diambil alih oleh Mbak Merry. Katanya mah ini kelas inspirasi part II, hehe. Beliau mengenalkan tentang Jakarta, merasa sebagai AGJ aku pun langsung excited meski aku sebnarnya mau hijrah juga dari sini. 

Aku yang mulai kelelahan pun memutuskan untuk tidur di dalam perpus. Ngga ngga ngga boleh sakit Sya! Padahal aslinya udah tepar beudh~ Akupun tertidur~

Begitu bangun ternyata udah pada pindah ke host fam. Peserta cowo tidur di perpus sementara peserta cewe dibagi jadi 2 hostfam. Aku memilih rumah Bu Henni yang letaknya di depan perpustakaan. Agenda kami selanjutnya adalah sharing session bersama Bu Henni dan Kang Usman.

Ternyata Bu Henni adalah guru ngaji di daerah ini, sedangkan Kang Usman adalah guru SD Filial Sinarjaya. Bermula dari rasa keprihatinan seorang kepala sekolah di kampung sebelah melihat anak-anak berlumuran lumpur dan selalu dalam kondisi basah setiap kali tiba di skolah.
Ya, dulu anak-anak disini bersekolah dasar di kampung sebelah yang harus ditempuh dengab medan yabg curam; lewati subgai dan naik turun bukit. Hanya itulah SD terdekat dari Sinarjaya.


Ah aku jadi teringat potret anak-anak SD yang harus menyebrangi jembatan "shirotol mustaqim" demi mencaoai sekolah mereka. Jembatan yabg ewaktu-waktu dapat menelan nyawa merek.. Astagfirullah :''

Dari mereka aku tau kemudian warga swadaya membangun SD Filial Girijagabaya yang dulunya bersebalahan dengan kandang kerbau kemudian datanglah Kak Husni Anam (salah satu volunteer, yang jadi panitia di kegiatan ini) melihat kondisi disini dan mulai berkoordinasi dengan berbagai media  hingga akhirnya diekspos dan bangunanya lebih bagus dari yang dulu.

Kang Usman mungkin hanyalah lulusan SMA tak berijazah S1 tapi semangatnya mengabdi nenjadi guru dengan gaji yang (maaf) sangat minim SANGAT PATUT DITIRU. Melalui beliau berdua aku belajar tentang perjuangan, pengorbanan dan ketulusan hati tanpa pamrih. Mereka adalah pahlawan pendidikan dari pedalaman Lebak. 

Melalui mereka juga mata hatiku kian terbuka bahwa inilah salah satu potret kehidupan dan pendidikan di tempat yang sempat kuragukan. Sungguh terharu ku dibuatnya....

Aku juga sempat menceritakan perihal rasa penasaranku terhadap Banten pada semua peserta, Bu Henni dan Kang Usman...

Ujungnya..
"Eneng ngajar disini aja, kami sangat menyambut baik.."
Hmmm :''')

Sebetulnya malam itu ada malam api unggun tapi karena tubuhku masih kelelahan aku memilih untuk tidur. Apalagi besok masih ada agenda yang cukup menguras energi.

Alhamdulillah banyak hikmah di dapat hari ini.. Lewat anak-anak yang kutemui dan kuajak bermain.. Lewat Bu Henni dan Kang Usman.. Perjuangan hidup di pedalama dengan fasilitas terbatas tapi mimpi tak boleh berbatas.. 

Sungguh.. Lebak, Banten.. Dekat di mata dan (mulai) dekat di hati :')

Semoga semangat mereka dalam memperjuangkan pendidikan dapat menular ke diri ini. Aamiin.

Well esok adalah hari terakhir kami. Apa yang kami lakukan ya? Baca di postingan berikutnya ya ;) Cerita hari berikutnya disini yaa.. Dekat di Mata Dekat di Hati (2)

5 komentar:

  1. WHAAAT??!! ekspresinya kayak gmn ya.. :D

    BalasHapus
  2. Tulisan ini sangat meng inspirasi. Semoga anak anak disana diangkat derajatnya. Amiin

    BalasHapus
  3. Tulisan ini sangat meng inspirasi. Semoga anak anak disana diangkat derajatnya. Amiin

    BalasHapus