Kala Jumpa Pertama



Bismillahirrahmanirrahim
Visya, jadi kapan mas Andi boleh datang ke rumahmu? Doi udah bertanya-tanya nih hehe.

Sebuah chat dari Mbak perantara menyapaku. Akupun membalasnya.

Sebentar ya Mbak, belum ada jawaban dari bapak.

Sepekan setelahnya..

Mbak, tolong bilang ke mas-nya, datang ke rumahku. Ditunggu tanggal (3^2 + 0! + sin 30’- v1/4) – 07 – 16, pukul (3^2 + 0! + sin 30’- v1/4).07 WIB.
No online transportation.

Setelah sekitar sepekan menggantung pertanyaan si mas calon suami, akhirnya keluarlah waktu yang dinanti olehnya (dan aku juga hehe). Yap aku sengaja menuliskannya dalam bentuk rumus. Coba tebak jawabannya tanggal berapa? hehe. Dan ya, aku mensyaratkan dirinya tidak boleh menggunakan kendaraan online atau yang bersifat mengantar pribadi. Bermodalkan alamat dan rute kendaraan umum yang kukasih saja.

Saat itu aku tak tahu bahwa ternyata beberapa hal ia korbankan demi menemui aku dan orangtuaku.. :')



Pertama, ia rela tak berlebaran di rumah orangtuanya di Sulawesi. Kedua, ia rela harus bolak balik Bogor-Jogja-Garut-Jakarta, bahkan Jogja-Garut harus ditempuhnya dengan berkendara motor semalaman dan esok paginya hars tiba di rumahku. Cerita lengkapnya next time ya, biar penasaran, hihi.

Singkat cerita tibalah hari itu. Deg-deg-an? Tentu saja kurasakan sangat. Btw jawabannya adalah 10 Juli 2016 pukul 10.07 WIB.

Jam dinding sudah pukul 10.00 WIB tapi belum tampak batang hidungnya. Akhirnya kuminta saudariku mengechatnya.

Sudah dimana kak?

Semenit-dua menit belum ada balasan.

"Jangan-jangan doi nunggin di depan gang sampai jam 10.07 kali!" tebak saudariku.

Masa sih? 

Di depan gang.

begitu jawabnya tak lama kemudian. Ah benar!

Pukul 10.07 WIB tepat sebuah suara menyapa di depan rumah.

"Assalammu'alaikum."

Ya Allah itu dia! Lelaki yang tempo hari menyatakan ingin berta'aruf denganku. Lelaki yang tempo hari menyatakan ingin berniat baik padaku. Lelaki yang baru kali pertama datang ke rumahku, pertama kali juga menemuiku dan keluargaku. Lelaki itu bernama Andi Ahmadi..  

Kuminta saudariku menyambutnya dan mempersilakan masuk, disusul aku. Sulit kuungkapkan perasaanku kala itu. Untuk pertama kalinya raga kita bersua. Saudariku mengajaknya mengobrol untuk mencairkan suasana dan aku terus menundukkan kepala saking nervous nya. 

"Hmm, bapak ibu ada?" tanyanya kemudian. 
Aku dan saudariku memanggil orangtua kami. Kini di ruang tamu tampak kedua orangtuaku, dirinya, saudariku dan aku.

Percakapan diawali dengan perkenalan dan ngobrol biasa. Kulirik dirinya, meki tak kulihat wajahnya tapi dari gestur tubuhnya kelihatan sekali ia nervous dan sempat salah tingkah. Eh, mengapa ia tak juga bicara maksud kedatangannya?

Tiba-tiba hening sekejap. Tak ada yang bicara, tidak orangtuaku, tidak saudariku, tidak dirinya, tidak pula diriku. Ada apa ini? Kulihat ia berkali-kali melirik jam tangannya. Waktu terasa begitu lama berputar kala itu, mungkin begitupun baginya. Sungguh masih terbayangkan dalam pikiranku bagaimana nervous dirinya. Ia berkali-kali mengelap tangan dan wajahnya dengan tissue. Entah sudah habis berapa lembar XD Duh kami jadi malu mengingat momen itu. :'D

Hingga akhirnya kalimat itu muncul jua, "Begini Pak, Bu, jadi maksud kedatangan saya kemari...."

Entah apa yang mendorongku, seketika aku langsung masuk ke dalam kamar. Tak kuasa mendengar apa yang akan disampaikannya, sambil berdoa yang terbaik.

Singkat cerita, selesailah ia menyampaikan niat baiknya. 
"Nanti keputusannya saya sampaikan lewat Evi ya. Mohon maaf saya ada agenda keluarga jadi saya tinggal dulu ya." orangtuaku pun pamit.

Aku tak tahu apa yang disampaikan olehnya dan oleh orangtuaku padanya. Aku hanya pasrah. Jam sudah menunjukkan pukul 12.00. Adzan dzhur pun berkumandang.

"Saya shalat dulu ya, baru pulang. Masjidnya dimana ya?"

Setelah kuberitahu, ia pun keluar.

Tak lama ia kembali. Tapi apa yang terjadi? Saudariku tertidur! Berkali-kali kubangunkan tak juga bangun. Oh tidak! Tak mungkin kami hanya berdua, meski pintu rumah terbuka. Aku mulai memutar otak....

Aha!

Aku muncul dari balik tirai, tampak dirinya tengah mengetik sesuatu di ponselnya.

"Kak, katanya mau pulang?"

Duh, sopan ngga sopan deh ngomong kayak gini. Terpaksa. Maaf ya, Kak!

"Oh iya, sebentar lagi."

"Saya tinggal dulu ya Kak."

Lima menit. Sepuluh menit. Tak terdengar suara apapun dari ruang tamu. Aku masih berusaha membangunkan saudariku tapi hasilnya nihil.

Duh gimana ini. Sebetulnya ga enak banget, masa ngusir tamu? Tapi..... huhuhu i have no choice.

Allah Maha Melindungi. Tak lama dirinya pun pamit. Aku merasa lega meski sejujurnya dalam hatiku merasa tak enak, apalagi ternyata dari Mbak perantara aku baru tahu bahwa sehari sebelumnya ia berperjalanan dari Jogja ke Garut bersama temannya naik motor, dilanjut Garut-Jakarta naik bus dan baru tiba subuh tadi. Ia bahkan belum sempat makan apapun, setelah singgah di rumah temannya untuk bebersih, ia langsung melanjutkan perjalanan ke rumahku. Huhu perasaan bersalah menyelimutiku.

Kusampaikan maafku berulangkali dan kujelaskan kondisi yang membuatku harus 'mengusirnya' lewat si Mbak. Alhamdulillah si mas mengerti.

Belum lagi sore harinya ternyata ayahku memberikan kabar mengejutkan!

Setengah hari itu benar-benar kulewati dengan penuh ketegangan.

Kini setahun sudah peristiwa itu berlalu. Ah sayangnya aku tak sempat mengabadikan momen itu baik dalam bentuk foto maupun video. Tapi yang pasti itu terekam jelas dalam memoriku selamanya, tak akan kulupakan. 

Hari itu, darinya aku belajar tentang niat baik yang harus disegerakan. Hari itu, dari dirinya aku belajar tentang keberanian untuk memperjuangkan, bukan kata-kata gombalan. Hari itu, darinya aku belajar tentang bagaimana Allah Maha Membolak balikkan hati.

Oh ya saat itu saat bertmu dirinya seolah Allah memberiku ilham; Inilah jodoh yang kuberikan untuk mendampingi hidupmu Itulah sebabnya padanya kumerasa begitu yakin. 

Terimakasih untukmu, lelaki asing yang kini jadi lelaki paling dekat dalam hidupku. Hari ini, esok dan selamanya.. Aamiin. :)


(bersambung di postingan berikutnya).



0 komentar: