Tantangan & Tips Menjadi Seorang Minimalis Sekaligus Pekerja Media Sosial



Sebulan terakhir, aku membaca sebuah buku tentang penerapan gaya hidup minimalis di dunia digital. Sedikit banyak aku mengamini apa yang dipaparkan. Buku ini cukup membuat aku merenung, memangnya seorang minimalis tidak bisa dan tidak boleh bekerja di ranah digital? 


Awal Mula Terjun ke Dunia Media Sosial

Di tahun 2018 saat baru-baru lulus pendidikan sarjana sekaligus menjadi ibu baru, aku merasa butuh "dunia lain" selain dapur, sumur, dan kasur. Maklum lah, saat itu aku termasuk yang awal-awal menikah sementara teman-teman seangkatan dan bestie masih menapaki jenjang awal karier. Ya, aku memutuskan menjadi fulltime housewife. Sampai akhirnya, di suatu kesempatan, saat menghadiri kelas belajar menggendong, narasumbernya yang juga seorang narablog menceritakan sedikit perjalanan beliau membangun karier dari rumah walau sebagai lulusan S2. 


Ya, bekerja dari rumah sebagai narablog. Aku yang memang sudah hobi ngeblog sejak kuliah, langsung tertarik. Setelahnya, aku mulai bergabung dalam komunitas narablog. Perlahan tapi pasti aku mulai aktif mengikuti berbagai event liputan berbayar dan pekerjaan-pekerjaan menulis lainnya. Menjadi seorang narablog sekaligus reviewer di media sosial adalah pekerjaan baruku sejak saat itu. 


Tak hanya secara daring, tapi seringkali aku juga melakukan kegiatan peliputan di lapangan. Perlahan aku mulai menikmatinya. Banyak hal baru yang kudapatkan, tentu di luar aspek finansial, seperti relasi baru dan ilmu baru. Berkat ngeblog aku bisa membeli beberapa barang elektronik hingga menabung untuk traveling! Bersyukur suami dan juga orangtua mendukung pekerjaan ini. 



Awal Mula Menerapkan Gaya Hidup Minimalis 

Beranjak ke tahun 2020 di masa awal pandemi, banyak perubahan dan adaptasi terjadi. Mobilitas sangat dibatasi, anjuran #dirumahaja selalu digaungkan. Kondisi yang lebih banyak di rumah membuatku kembali pada hobi membaca dan kegiatan membuat konten ulasan buku. Hingga akhirnya aku dan suami mendirikan sebuah komunitas buku. 


Tak berhenti sampai disitu, akupun juga mulai terpapar isu tentang persampahan dan juga penerapan gaya hidup minimalis. Aku mulai memilah dampah dan secara intens melakukan decluttering. Aku tertarik dengan gaya hidup minimalis dan dengan perlahan tapi pasti mulai konsisten menerapkannya, mulai dari decluttering barang fisik dan digital, menerapkan hidup sadar di dunia nyata digital hingga membentuk sebuah komunitas bernama Minimalist Moms Indonesia. 




Seorang minimalis biasanya diidentikkan dengan pembatasan screen time,  gadget time, social media time atau sejenisnya sebab ada yang disenut minimalisme digital, praktik hiduo sadar berkiatan dengan perangkat elektronik dsn dunia daring. Meski di satu sisi media sosial adalah ranah pekerjaanku. 


Emang Bisa Minimalis Kerja di Media Sosial? 

Jawabannya, bisa! Dengan syarat, tetap menerapkan prinsip hidup minimalis, berkesadaran dan ramah lingkungan. Berikut beberapa tips bagi seorang minimalis sekaligus pekerja media sosial, berdasarkan pengalamanku lima tahun terakhir:


1. Fokus pada kualitas, bukan kuantitas

Buat konten yang bermakna, bukan sekadar banyak. Lebih baik dua konten per minggu yang berdampak daripada upload setiap hari tanpa arah.


2. Gunakan alat yang benar-benar dibutuhkan

Cukup satu kamera/HP, tripod, dan pencahayaan sederhana. Hindari membeli peralatan mahal kalau belum benar-benar perlu.

3. Buat jadwal kerja yang simpel

Rencanakan konten secara mingguan. Gunakan template atau sistem batch content untuk efisiensi dan minim stres.

4. Kurasi media sosial

Ikuti akun yang memberi inspirasi, bukan yang bikin insecure. Batasi waktu dan tetapkan tujuan scroll agar tetap fokus pada mencari ibsoirasi, bukan mindless scrolling. 

5. Minimalisir digital clutter

Rutin hapus file, draft, dan aplikasi yang tidak dipakai. Secaa rutin lakukan organisasi folder dan backup konten penting.

6. Prioritaskan value & tujuan

Kembali ke niat awal jadi konten creator. Apakah ingin menginspirasi, menghibur, atau mengedukasi? Minimalis berarti tidak ikut-ikutan tren yang tidak sesuai nilai diri.

7. Jaga keseimbangan hidup

Waktu off-screen itu PENTING. Terapkan jadwal istirahat, offline day, atau detoks media sosial bisa bantu tetap waras.



Tantangan Seorang Minimalis Bekerja di Media Sosial 

Menjadi seorang pekerja di media sosial tentunya tak selalu mulus. Ada tantangan yang harus dihadapi. Apa sajakah itu! Setidaknya ada limba, berdasarkan pengalamanku. 


1. Tekanan untuk Selalu Produksi Konten

Content creator dituntut untuk konsisten membuat konten, mencoba hal baru, dan mengikuti tren. Ini bisa bertentangan dengan prinsip minimalisme yang mengutamakan ketenangan, kesederhanaan, dan tidak berlebihan.


2. Godaan Barang Gratis dan Sponsor

Brand sering menawarkan produk untuk diulas atau dipromosikan. Bagi seorang minimalis, menolak barang yang tidak dibutuhkan bisa menjadi dilema etis dan profesional.


3. Estetika vs Esensi

Banyak konten (terutama di Instagram, YouTube, TikTok) mengedepankan estetika visual. Seorang minimalis mungkin merasa canggung harus "mendandani" sesuatu demi estetika, padahal ia lebih mementingkan makna.


4. Teknologi dan Konsumsi Digital

Minimalisme mendorong penggunaan teknologi secara sadar. Namun, sebagai content creator, waktu layar tinggi, multitasking digital, dan pemakaian banyak aplikasi adalah bagian dari pekerjaan.


5. Keseimbangan antara Produktivitas dan Kehidupan Pribadi

Seorang minimalis ingin hidup seimbang dan tidak sibuk berlebihan, tetapi dunia content creation sering kali menuntut 24/7 presence dan respons cepat.

6. Rawan Terkena Gejala Mata Kering

Aktivitas screen time berjam jam dapat menimbulman resiko gejala mata kering seperti SePeLe, singkatan dari sepet, perih dan lelah. Sindrom mata kering adalah kondisi ketika mata tidak mendapatkan pelumasan yang cukup dari air mata. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman di mata, bahkan bisa merusak lapisan bening di bola mata yang berakibat pada gangguan penglihatan. So, #MataSePeLeJanganSepelein !


Mengobati Mata SEPELE Tanpa ke Dokter 

Ada beberapa perawatan alami yang dapat membantu mata kering, antara lain: 


Menggunakan kain basah hangat.

Letakkan kain basah hangat di atas mata selama lima menit untuk mengurangi gejala mata kering.


Pijat kelopak mata dengan sabun lembut

Tutup mata dan oleskan sabun lembut seperi sabun khusus bayi dengan ujung jari , dan pijat lembut kelopak mata.


Konsumsi suplemen Omega-3

Untuk membantu meringankan gejala dengan mengurangi peradangan di tubuh, kamu biaa mengkonsumni suplemen minyak ikan atau mengonsumsi makanan seperti biji rami, salmon, dan sarden.


Tetes Mata Minyak Jarak.

Minyak jarak dapat membantu mengurangi penguapan air mata, yang dapat meredakan gejala. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba pengobatan alami apa pun.


Selain alternatif di atas, salah satu cara yang cenderung praktisi adalah menggunakan obat tetes mata. Eits, tapi pastikan kandungannya aman dan tersertifikasi, ya! Karena salah-salah, malah justru memperparah kondisi mata. 





Insto Dry Eyes adalah obat mata kering yang sudah terserrifikasi dan terpercaya. Insto Dry Eyes mengandung zat aktif Hidroxyprophylmethyl selulose dan Benzalkonium Chloride yang digunakan untuk mengatasi gejala kekeringan pada mata dengan memberikan efek pelumas seperti air mata.



Cara pemakaiannya cukup mudah; Beri 1-2 tetes pada mata yang sakit. Gunakan 3 kali sehari. Voila! #InstoDryEyes tidak memberikan efek perih di mata. Dalam beberapa menit mata kering kembali normal. Oh ya, karena ini termasuk obat keras, pastikan penggunaan untuk bagian luar dari badan saja. 

sumber: dokumen pribadi


Menjadi seorang minimalis sekaligus content creator adalah kombinasi yang unik dan penuh tantangan, karena keduanya sering kali menarik ke arah yang berlawanan. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Tertarik mencobanya? 



Referensi:

https://jsp.co.id/keuntungan-dan-tantangan-menjadi-content-creator/

https://www.alodokter.com/mata-kering

https://www.halodoc.com/artikel/perawatan-sederhana-untuk-mengatasi-mata-kering?srsltid=AfmBOoo4y4aWNfQ4aQbWb3qj6G9-uGZfhacmxac1rl68Q-lHZyFu0-Nr

0 komentar: