Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan

Mengabadikan Portofolio Tumbuh Kembang Anak Lewat ID Photo Book

 

"Dulu waktu kamu kecil, Ibu sama Bapak rajin nyetakin foto kamu sampai beberapa album. Kok ini Icham belum ada albumnya?" suatu kali bapak bertanya padaku.

Hmm, memang sih kuakui, untuk soal mengabadikan momen, orangtuaku "rajin" sekali. Padahal tahu sendiri tahun 95-an itu teknologi belum cukup maju zaman sekarang. Karena album foto itu juga aku jadi bisa dan seeing mengulang masa kecil yang ngga masuk dalam ingatanku. Tepatnya ketika aku masih di bawah tiga tahun.

Me Time yang Membahagiakan Untuk Bunda Bersama Scarlett Whitening



Punya kulit putih, mulus dan glowing memang bukan segalanya. Tapi setidaknya bagi kita para perempuan beristri, itu adalah sebuah kebanggaan dan "persembahan" untuk para suami. Lalu, buat yang single? Ya, anggap saja, persiapan buat kelak ketika menikah.

Tentunya semua dibutuhkan perawatan yang maksimal dan konsisten. Eits, maksimal bukan berarti harganya maksimal ya, namun sesuai kemampuan finansial dan kecocokan dengan kulit dan bagian tubuh lainnya.

Ngomong-ngomong soal perawatan, ketika seorang perempuan menjadi ibu, yang namanya 'me time' dengan merawat diri bisa dibilang sesuatu hal yang butuh effort lebih untuk dicapai, terlebih di masa pandemi seperti saat ini yang membuat kita harus bersabar dengan #dirumahaja. Sepakat?

Enam Cara Menghasilkan Uang dari Menulis yang Recommended Kamu Lakukan

 

cara menghasilkan uang

Menulis, hobi yang muncul ketika aku duduk di bangku kelas 8 SMP. Saat itu genre yang aku tulis adalah fiksi sampai duduk di bangku SMA. Di bangku kuliah, genre tulisanku menjadi scientitic paper. Dan kini, tulisanku cenderung bergenre non fiksi. Kesimpulannya, beda fase usia, beda kecenderungan genre tulisan.

Ah walau bagaimanapun aku tetap cinta menulis!

Peer to Peer Lending, Alternatif Investasi Untuk Tingkatkan Inklusi Keuangan di Indonesia

p2p lending


Uang. Bukan sekadar kertas berlogo dan bertuliskan nominal. Bukan pula sekadar alat tukar. Lebih dari itu, uang bisa jadi sebuah indikator. Bukan, bukan indikator si A kaya dan si B miskin. Uang menjadi indikator beberapa hal seperti pendapatan per kapita negara hingga tingkat inklusi keuangan.

Tunggu... Inklusi keuangan, apa itu?

Meraup Ilmu Seputar Kesehatan Kulit Luar Dalam Lewat Konferensi Kesehatan Digital We The Health

We The Health


Bicara tentang klinik kecantikan, perawatan kulit dan sejenisnya adalah sebuah hal yang asing bagiku, setidaknya beberapa bulan silam. Tidak asa jerawat, tidak merasakan masalah kulit di area kulit terbuka khususnya membuatku sungguh percaya diri bahwa kulitku "baik-baik saja". Misalnya di saat sebagian besar teman saat remaja mulai dihinggapi jerawat, syukur-syukur wajahku aman. Memakai produk perawatan apalagi datang ke klinik kecantikan ngga pernah masuk list to-do-ku. Please, jangan ditiru "kesombongan"ku ini ya.

Semua berubah ketika aku datang ke dokter kecantikan akhir tahun 2019 lalu. Sebelum memulai sesi konsultasi, aku melakukan skin check. Ini pertama kali bagiku. Aku sudah cukup percaya diri, kulitku baik-baik saja hanya karena aku ngga pernah berjerawat.

Tapi apa yang terjadi? 

[Ulas Buku] Membasuh Luka Pengasuhan: Panduan dan Inspirasi Menghapus Luka Pengasuhan pada Diri Bunda


Membasuh Luka Pengasuhan

"Saya menyesal atas apa yang saya lakukan pada anak pertama saya. Dia menjadi pelampiasan inner child saya yang belum selesai. Saya masih terbawa dengan luka pengasuhan masa lalu." tulis salah seorang teman perempuan di sosial medianya.

Rupanya, dia menulis demikian dalam rangka pemulihan diri dan berbagi.

Inner child dan luka pengasuhan. Kedua istilah itu pertama kali kudapatkan sekitar tiga tahun silam, ketika sedang ada di trimester akhir dan mulai aktif mengikuti komunitas para ibu.

Sebenarnya apa sih inner child itu?

Review Buku Seni Membuat Hidup Jadi Lebih Ringan: Sederhana, Damai dan Bebas Stres

Review Buku Seni Membuat Hidup Jadi Lebih Ringan


Pernahkah kamu merasa hidup seakan begitu berat terlebih ketika melihat barang di rumah begitu banyak, kekhawatiran ini itu? Pernahkah terbayangkan untuk belajar menjadi seorang minimalis? Atau bahkan kamu baru dengar soal minimalis ini?

Let me tell you, hidup minimalis sendiri bisa diartikan menjalani kehidupan dengan beban kepemilikan sesedikit mungkin dan langkah seringan mungkin. Aku sendiri mulai menjalani nilai-nilai minimalis sejak tiga tahun belakangan.  Simple saja sih alasannya: aku ingin lebih meminimalisasikan kepemilikan barang-barang di dalam rumah, punya barang seminim mungkin tapi bermanfaat maksimal.  Ini adalah salah satu nilai dalam hidup minimalis.

Tapi rupanya minimalis bukan sekadar soal kepemilikan barang! Aku dipertemukan oleh sebuah buku yang memberiku insight lebih dalam soal minimalist life. Ini dia, review buku Seni Membuat Hidup Jadi Lebih Ringan

[Ulas Buku] Baper Gak Pakai Lama: Kisah Inspiratif Para Ibu yang Pernah Baper

Baper Gak Pakai Lama

"Ihh baper amat sih?"

"Jangan baperan gitu dong."

Baper. Baper-an. Istilah itu jadi hits sejak beberapa tahun silam. Ya beginilah negeri 62, dimana banyak istilah baru yang tercipta dan somehow selalu viral meskipun ngga berujung tersemat di KBBI.

Back to baper atau bawa perasaan adalah sebuah kondisi dimana seseorang merasa sedih atau melankolis terhadap kata atau perbuatan orang lain. Ya singkatnya, mirip-mirip sensitif atau mudah tersinggung. Ngomongin baper, beberapa waktu lalu salah seorang teman mempromosikan antologi karyanya dan teman-teman di komunitasnya.

Rangsang Motorik & Penuhi Kebutuhan Gizi Anak dengan Milna Nature Puffs Organic


 

Setiap orangtua adalah fasilitator anaknya dalam setiap fase perkembangannya, bahkan sejak ia dalam kandungan. Lalu berlanjut ke fase menyusui dan MPASI. Ngomong-ngomong soal MPASI, bagiku, fase tersebut merupakan fase tak terlupakan sepanjang tumbuh kembang Abrisham, anak pertama dan saat ini satu-satunya. Bagaimana tidak? Di fase itu Abrisham pertama kalinya merasakan makanan selain ASI dan mengunyah dengan giginya. 

Review Buku Jelajah Perpustakaan 23 Negara: Menebar Semangat Membaca dari Lima Benua

 

Jika ada istilah,

"Buku adalah jendela dunia."

Atau,

“Membaca buku ibarat menjelajah kota atau bahkan negara lain.”

Aku setuju banget. Terlebih ketika membaca buku berjudul Jelajah Perpustakaan 23 Negara ini. Aku seperti diajak keliling dunia!

 

Serba-serbi Menstrual Pad: Alasan Memakai, Tips Hingga Ulasan



Perempuan baligh identik dengan siklus bulanan. Kecuali ibu hamil, sebagian ibu menyusui atau perempuan-perempuan dengan kondisi tertentu. Selama ini pembalut sekali pakai atau disposable pads sudah lumrah menjadi "teman bulanan" para perempuan, termasuk aku. Tapi belakangan aku berhasil melepaskan diri dari disposable pads, beralih ke menspad. 

Sebenarnya aku pribadi mendengar kata menstrual pad (menspad) sudah sejak lama. Mendengar lho ya, belum sampai cari tahu apalagi mencoba. Alasannya simple, ngga mau ribet. Iya, se-negative thinking itu aku sama menspad. Selain karena posisiku sebagai ibu baru yang mau serba praktis. Hehe.

Sampai akhirnya anakku menjalani toilet training. Dan singkat cerita, yippie, we live with no diapers at all. No worst again. Eits, tapi kok bundanya masih "nyampah" pembalut sekali pakai?

Oke mulai dari situ aku mulai tersadarkan. Aku juga harus live with no disposable pads nih! Terlebih aku baru saja meluncurkan buku tentang zero waste bersama teman-teman komunitas menulis, masa  ngga diaplikasikan sih. Maka, bismillahirrahmanirrahim, aku memulainya.

Menspad adalah jenis cloth pad berupa pembalut cuci ulang yang bisa digunakan hingga sekitar dua tahun. Cloth pad terdiri dari menstrual pad dan cloth diaper atau biasa dikenal clodi untuk balita.


Sebelum membeli, kucoba browsing menspad. Harganya beragam. Ada yang satuan, ada pula yang paketan 6 pieces. Aku memutuskan membeli paketan dengan harga Rp 33.000. Iya aku kira awalnya paketan, ternyata satuan. Iya, satuannya Rp 33 ribu. Tapi menurutku worthed. Kenapa?

Yuk baca ulasanku!