Kita Cantik dengan Hijab Syar'i


Kita Cantik dengan Hijab Syar'i
Oleh : Evi Syahida (FMIPA UNJ)
Shalihah melangkahkan kaki dari kost menuju kampus. Ia begitu anggun dengan gamis dan jilbab yang mengulur ke dada. Shalihah menatap langit biru, sebiru jilbab yang dikenakannya. Angin pun memainkan ujung jilbabnya. Shalihah tiba di kampus sepuluh menit kemudian.

"Shali!" seorang gadis berjeans ketat, berbaju lengan panjang dan berjilbab oranye menghampirinya.
Shalihah menyambutnya dengan uluran tangan. "Assalammu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." balasnya.
Ketika ia hendak mencium pipinya gadis itu langsung menghindar.
Keduanya pun melenggang menuju kelas Kalkulus II. Disana tampak teman-teman mereka sudah berdatangan. Sementara teman-temannya sibuk mengobrol, Shalihah mengeluarkan buku kuliahnya.
"Man, dosennya datang ngga?" celetuk Dawiyah pada Rahman, sang PJ Kalkulus II.
"Katanya sih datang." jawab Rahman sambil memainkan ponselnya.
"Ah masa? Udah jam setengah 11 nih. Ngga ada kali?" tambah Priyatna.
"Bentar, kuhubungi dulu dosennya." Rahman melenggang keluar kelas.
Shalihah mendengar pembicaraan mereka namun ia tak peduli sang dosen datang atau tidak, ia akan tetap belajar. Tiba-tiba Aina memanggilnya.
"Shali, Shali, aku mau tanya." ia duduk di sebelah Shalihah."Tanya apa, Ai?" Shalihah menghentikan aktivitasnya sejenak.
"Kenapa sih jilbab itu harus terulur ke dada? Trus emang benar muslimah harus pakai rok? Kalo pake celana, ngga boleh dong?" cecar Aina. Teman Shalihah yang satu ini memang sangat kritis, gemar bertanya pada Shalihah. Ia pun menutup bukunya dan berusaha menjawab pertanyaan Aina. Sebelum ia melanjutkan, Aina memotongnya.
"Eh, ukhti, ukhti, sini yuk kita diskusi." ajaknya pada sekelompok teman perempuan Shalihah. Mereka pun berbondong-bondong menghampiri.
"Asik, kita diskusi sama ustadzah Shalihah." celetuk Hesty.
Bukan kali ini aja Shalihah dan teman-temannya berdiskusi di kelas. Kelompok diskusi mereka terdiri dari Shalihah, Aina, Dawiyah, Risha, Hesty dan Lena. Mereka kerap mengadakan diskusi, terlebih saat tak ada guru. Topik diskusi bisa berupa mata pelajaran dan kemuslimahan. Biasanya Shalihah yang menjadi 'narasumber' di diskusi ini tapi ia selalu mempersilakan teman-temannya untuk berpendapat.
Mereka pun berkumpul membahas jawaban dari pertanyaan yang diajukan Aina.
"Coba deh teman-teman buka Q.S. Al Ahzab ayat 59."
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 
Di tengah-tengah diskusi, gadis yang tadi pagi menegur Shalihah pun masuk kelas, sekembalinya dari kantin.
"Lagi bahas apa nih? Mau dong ikut." ia menarik kursi ke kumpulan diskusi.
"Ayo, boleh, boleh, Len." Shalihah mempersilahkan lalu kembali berbicara.
"Kita lagi bahas tentang pakaian muslimah. Ternyata memakai rok itu memang lebih nyaman. Trus tentang jilbab syar'i, harus mengulur ke dada."
Jleb! Entah kenapa perkataan tersebut menusuk batinnya. Ia memperhatikan penampilan teman-teman wanitanya. Mereka semua memakai rok dan jilbab mereka mengulur hingga ke dada. Lalu ia memperhatikan penampilannya sendiri dengan celana jeans ketat dan jilbab tipis yang disampirkan ke bahu.
"Coba deh teman-teman rasakan sendiri. Nyaman kan pakai rok? Ngga seperti yang orang-orang bilang, bikin ribet." ujar Shalihah.
"Iya, Shal, aku juga merasa nyaman pakai rok dibandingkan pakai celana."
Tiba-tiba Lena bangkit dengan ekspresi wajah malu bercampur kesal. "Udah deh. Aku tuh ngga bakal pakai rok kayak kalian, sampai kapanpun juga. Kayaknya aku kesasar deh berada di forum ini." ujarnya lalu berlalu ke bagian belakang kelas.
Shalihah dan yang lain terperanjat dengan perkataan Lena. Bertepatan dengan itu, dosen Kalkulus II pun memasuki kelas. "Lena!" Aini berusaha menyusul Lena. Diskusi pun ditutup setelah sebelumnya membaca hamdalah.
                                                #          #          #
Lena, gadis itu memang berbeda di antara teman-teman dekatnya di kelas. Lena bukannya tak tahu tentang hakikat berjilbab. Ia tahu, bahkan beberapa kali mendapatkan materi tersebut dalam mentoring. Hanya saja Allah belum mengetuk hatinya lebih dalam.
Di antara teman-teman dekatnya di kelas, Shalihah adalah teman terdekatnya. Pertemuan mereka bermula di pra ospek setahun silam. Setiap mahasiswa baru harus memiliki saudara angkat. Karena Shalihah adalah teman seangkatan yang pertama kali ditemuinya, begitupun sebaliknya, mereka pun mendeklarasikan diri menjadi saudara angkat. Dalam keseharian di kampus, mereka pun kerap bersama. Shalihah dengan jilbab lebarnya dan baju longgarnya sedangkan Lena dengan celana jeans ketatnya dan jilbab tipisnya, tentu kerap menghadirkan bisik-bisik. Shalihah kerap mengajak teman-temannya berhijab syar'i. Syukurlah satu per satu dari mereka mulai tersentuh. Namun ia merasa sangat bersalah, belum bisa mengajak sang saudari angkat untuk berhijab syar'i. Shalihah bukannya tidak pernah mencoba. Berkali-kali ia mencoba, berkali-kali itu pula Lena hanya diam membisu atau menghindar.
"Shal, aku mau mentoring pribadi." tukas Lena usai menunaikan shalat ashar, masih dengan bermukena lengkap.
"Tak biasanya, Len? Ada apa?" jawab Shalihah yang baru selesai tilawah.
"Emang harus ya, muslimah itu pakai rok?"
"Sejauh yang kupelajari, belum ada dalil seperti itu kok, yang terpenting longgar, tidak ketat dan tidak menyerupai laki-laki."
"Ketat? Menyerupai laki-laki? Maksudmu kayak aku gini?" Lena menunjuk celana yang dikenakannya.
Shalihah tersenyum. "Kamu merasa celanamu terlalu ngetat tidak?"
"Iya sih, banget. Tapi aku ngga bisa pakai rok dan hijabku ga bisa selebar kamu. Kamu kan tahu, tubuhku besar. Mana ada rok yang seukuran aku? Lagipula aku naik motor, kalo pakai rok tentu ribet."
Lagi-lagi Shalihah tersenyum. "Kamu bisa memulainya dengan mengenakan celana longgar. Dan hijabmu..." Shalihah menarik ujung jilbab Lena yang disampirkannya ke bahu hingga menjulur ke dada. "Nah, cantik kan?"
"Hmm."
                                                #          #          #
Tanpa disangka keesokan harinya Lena datang dengan penampilan barunya, celana bahan longgar dan jilbab menutupi dada.
"Hei, teman-teman. Bagaimana penampilanku sekarang?" Lena bergaya di depan teman-teman wanitanya.
Shalihah memegang pundak Lena. "Cantik kan teman-teman?"
"Kamu cantik, Len, lebih cantik lagi jika jilbabnya lebih tebal agar rambutmu tidak menerawang lagi." jelas Hesty dengan lembut.
Lena menyentuh bagian belakang kepalanya, terasa rambutnya bermunculan. Tiba-tiba ia tertunduk dalam lalu meninggalkan teman-temannya.
"Shal? Apa aku salah bicara?" tanya Hesty merasa bersalah.
"Tidak kok, He. Perubahan itu memang bertahap. Semoga Allah jadikan Lena menjadi lebih baik lagi."
“Aamiin." ucap yang lain.
                                                #          #          #
Pagi hari di hari Senin. Shalihah mengayunkan langkah menuju kampus seperti biasa. Sekitar 50 meter di depannya tampak seorang gadis berjalan. Ia mengenalinya sebagai Lena. Hanya saja penampilan gadis itu berbeda dengan Lena seperti biasanya. Shalihah mengenakan kacamatanya. Ia merasa tak salah lagi, itu Lena. Ia mempercepat langkah, menyejajarkannya dengan gadis itu.
"Lena? Masya Allah." tegurnya. Yang ditegur tampak terkejut.
Lena tampak sedikit kikuk. Shalihah memeluknya lalu melepasnya. Lena hari ini tampak berbeda. Ia mengenakan rok bahan panjang dan jilbabnya? Sungguh syar'i, tebal dan menutupi dada.
"Lena? Masya Allah. Alhamdulillah." ulang Shalihah.
"Shal, terimakasih telah menjadi saudari angkatku yang baik. Uhibbukifillah." Lena memeluk Shalihah.
"Aamiin. Uhibbukifillah juga, Len." balas Shalihah. "Yuk, kita ke kantin yuk. Yang lain pada disana."
                                    #          #          #
"Assalammu'alaikum."­ Shalihah dan Lena mendatangi Risha, Dawiyah, Hesty dan Aina yang sedang duduk di kantin.
"Lena?" ucap Dawiyah terpukau. Lena tampak malu-malu.
"Sekarang kamu cantik, benar-benar cantik, Len." ucap Risha.
"Ngga mau ah." balas Lena.
"Lho?" teman-temannya heran.
"Bukan aku, tapi kita. Kita cantik dengan hijab syar'i." ucap Lena seraya memeluk teman-temannya.
"Semoga Allah mengistiqomahkan kita semua ya, saudari-saudariku." ucap Shalihah dengan nada terharu.
"Aamiin."
"Len, aku tahu Allah telah mengetuk hatimu meski aku tidak tahu pasti bagaimana Allah mengetuknya. Terimakasih, ya Allah. Aku bahagia. Kamu benar, kita cantik, kita cantik dengan hijab syar'i." batin Shalihah bahagia.
THE END
Alhamdulillah cerpen ini meraih juara I pada lomba cerpen muslimah Seminar Muslimah Nasional UNJ yng diselenggarakan 26 Oktober lalu ^_^ 

6 komentar: