Eight Great Volunteers :D |
Yuk baca cerita di hari sebelumnya disini ^^
Kamis, 23 Januari 2014
Kami bangun seperti biasa. Namun ada yang tak biasa. Kami harus packing. Ya, ini hari ini kami akan pulang, pagi ini tepatnya. Kulihat bapak dan ibu tengah memasak di dapur. Kuhampiri, ingin kubantu tapi mereka menolak dengan halus. Akhirnya kami pamit untuk pergi ke rumah Pak Mista. Setelah urusan packing selesai, kami bersegera menuju rumah Pak Mista. Ternyata para lelaki tengah sarapan. Karena kami dalam kondisi kotor kaki, kami memutuskan untuk berada di depan rumah saja.
"Masuk aja, Neng, gapapa." kata Pak Mista. Pun begitu perintah chief kami, Riyo.
"Udah masuk dulu, sarapan."
"Tapi di bawah juga udah dimasakin." kataku.
Riyo memaksa, akhirnya kami pun membersihkan kaki dan masuk ke dalam homestay. Kami makan sepiring berdua, hanya tersisa kuah sarden dan peyek ikan asin. Masya Allah bener-bener deh.. Jadi ini yang dimaksud Riyo dengan sarapan? Masya Allah..
Setelah 'sarapan', ngobrol sebentar, kami pun berpamitan pada Pak Mista. Beliau menuturkan kesan pesannya selama kedatangan kami. Beliau tampak terharu. Ah, Pak Mista..
Para wanita pun kembali ke homestay untuk sarapan. Singkat setelahnya kami pun berpamitan setelah sebelumnya sempat berfoto bersama dengan host family dan dedek Asih.
Hujan mengguyur kampung Cibuyutan, seolah itu adalah tangisan kepergian.. Seolah ia berkata "Jangan pergi". Namun kami benar-benar harus pergi.. Melanjutkan perjuangan di kota. Setelah semua settle, kami pun mulai melangkahkan kaki keluar kampung.. Perjalanan kami kali ini lagi-lagi ditemani hujan deras..
Kami melewati banyak aliran sungai yang datar, menanjak, bahkan menurun. Hujan sempat terhenti di tengah jalan, namun hujan badai muncul setelahnya. Payung yang kukenakan nyaris terbang, akhirnya aku tak pakai payung..
Kami beristirahat di tengah perjalanan, di warung kopi yang sewaktu berangkat kami singgahi, untuk sekedar menyantap pisang rebus yang dibekalkan oleh host family. Alhamdulillah...
Narsis di persingahan setelah 2 jam perjalann kaki |
Dua jam kemudian kami tiba di haji Apang, perjalanan belum terhenti. Kami harus mencari kendaraan untuk sampai di Jonggol. Sebab disitulah baru ada kendaraan umum. Setelah perjuangan berpindah-pindah, akhirnya kami mendapatkan tumpangan berupa mobil bak. Mobil bak? Ya mobil bak. Pertama kali naik mobil bak tahun 2010, saat inagurasi FLP di Cikaretek. Lalu di 2014 ini kembali menaiki mobil bak. Saat itu kondisinya hujan amat deras. Tapi kami tak punya pilihan lain. Life must go on!
Ternyata tak bisa dibilang sebentar perjalanan kami menaiki mobil bak. Sekitar 1 jam. Kami tiba di Jonggol masih dengan kondisi hujan deras. Kami pun menaiki angkot menuju Cileungsi. Dari Cileungsi aku pun berpisah dengan rombongan karena beda arah. Aku menaiki bus APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway, model TJ) hingga ke Blok M. Waaah kondisi bus benar-benar dingin, ditambah aku habis kehujanan. Makin jadilah, jariku keriput, mulutku bergetar. Kemudian aku melanjutkan eprjalanan menuju rumah. Sekitar pukul 17.00 aku tiba di rumah. Lelah? Jangan dikata.
Senang? Tentu saja. Bertemu ibu kembali. Namun pukul 18.00 aku harus segera pergi, nah lho kemana lagi, Sya? Aku harus mengejar kereta yang akan membawaku ke Yogya selama beberapa hari kedepan.
Anyway pengalaman di Cibuyutan kemarin amat sangat berharga bagiku. Aku diajarkan untuk hidup amat sangat sederhana, makan seadanya, tanpa listrik, air secukupnya. Ya Allah.. Terimakasih telah arahkanku ke Cibuyutan, yang mulanya aku merasa bingung hendak kemana ketika rencana pengmas ke Ujunggenteng gagal..
Ya Allah.. Terimakasih telah memberiku kesempatan untuk merasakan itu semua..
Terimakasih untuk smua teman-teman volunteer atas perjuangannya!
Terimakasih untuk Riyo, ketuaku atas pengorbananya, yang awalnya kami sempat 'berdebat' sebelum keberangkatan tapi pada akhirnya Allah memberi jalan keluar..
Terimakasih untuk Kara yang sudah menjadi penengah dan penghibur..
Terimakasih untuk Nira atas makanan-makanan tambahannya bener kata Afam, kamu gudangnya makanan #peace
Terimakasih untuk Athya, walau sempat down di awal perjalanan namun tetap semangat!
Terimakasih untuk Afam yang kerap membantu menjadi guide pembawa kayu supaya aku bisa lebih lancar berjalan..
Terimakasih untuk Adi atas pinjaman sandal gunungnya. Sampe sekarang masih di rumahku, hehe..
Terimakasih untuk Henso atas bantuannya membawakan peralatan..
Terimakasih untuk Pak Mista dan host family atas sambutan hangatnya..
Terimakasih untuk Kak Hersan atas waktunya menemani kami..
Terimakasih untuk Kak Fadri atas tumpangan mobilnya..
Hari kemarin membuatku mataku benar-benar terbuka tentang pendidikan di desa terpencil. Semoga Allah mengistiqomahkanku untuk mengabdi di desa terpencil. Bismillahirrahmanirrahim..
"Ini bukan mengenai demi terlaksananya proker SoF.. Ini adalah tentang bagaimana membuka mata, melihat negeri nun jauh di dalam sana.. Menghentak kesadaran dan nurani. Demi pendidikan Indonesia!"
NB: 21-23 di Cibuyutan, 23 malam langsung ke Yogya. Itu sesuatu banget! Mau tau kisahku di Yogya. Just wait!
0 komentar: