(Bukan) Ikhwan Tukang Ojeg



Mungkin benar apa katamu,
Hidup ini seperti mengendarai sepeda motor..
Akan ada lampu hijau yang menandakan aku boleh terus melaju,
Ada lampu kuning yang mengartikan aku harus berhati-hati..
Pun ada lampu merah yang menegaskan aku harus berhenti. Diam, sediam mungkin..



Dan aku, bagaikan seorang pengendara motor.
Ya, seorang pengendara motor yang melajukan motornya seorang diri.
Akan ada banyak rintangan yang kulalui di depan.
Maaf, jika ada beberapa wanita yang kuizinkan duduk di belakangku.
Padahal aku tahu itu untukmu..
Namun aku lelaki, tak kuasa menolak.
Meski ini bukan alasan yang bijak..
Aku masih terus belajar berpijak..

Dan kau, disana
Adalah penumpang sejatiku.
Yang menanti untuk kujemput, dengan penuh kesabaran, seraya terus berbenah diri.

Untukmu yang kelak akan duduk di jok belakangku,
Bersabarlah..
Aku tengah menyiapkan helm pelindung dan jaket yang nyaman untuk kita berdua..mengarungi jalanan kehidupan yang tak mudah..

Bersabarlah..
Aku tengah menyiapkan  bensin kehidupan kita..
Agar aku tak sungkan berhadapan dengan ayah ibumu..
Agar mereka mempercayakanmu padaku..

Bersabarlah menanti..
Semoga tak ada yang mendahului..
Aku bukan tak memberi tanda pasti..
Aku bukan sekedar berjanji..
Aku pasti datang..
Untuk kau, kumeminang..
Secepatnya.. Sesegera mungkin..

by:
 Visya Al Biruni
NB : ini curahan hati versi seorang ikhwan, totally fiksi kok. :')

3 komentar:

  1. Keren Visya! Sukaaaa :)

    Happy writing ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillaah. Terimakasih, Kak.
      Have a nice reading and writing ^^

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus