Creative Metamorphing Sebagai
Model Pendekatan Saintifik dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015
Evi Syahida
matematika.kimia@gmail.com
Universitas Negeri Jakarta
![]() |
sumber: gurupembaharu.com |
Abstrak.
Beberapa puluh tahun yang
lalu Indonesia seolah tak pernah habis akan kelahiran para pemikir dunia. Sebut
saja Habibie, Soekarno, Gusdur, Susilo Bambang Yudhoyono dan lain sebagainya.
Namun seiring ebrkembangnya waktu, kini amat jarang generasi penerus mereka,
individu yang dibedakan oleh cara berpikirnya. Di satu sisi para siswa atau
peserta didik lah yang akan menjadi generasi penerus tersebut. Setiap peserta
didik dilahirkan dengan potensinya masing. Berdasarkan UU Mengenai Sistem
Pendidikan Nasional tercantum bahwasanya setiap peserta didik memiliki hak
untuk mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin. Creative Metamorphing
hadir sebagai model pendekatan saintifik bagi peserta didik. Creative
metamorphing adalah strategi berpikir kreatif dan jenius. Ada beberapa tahapan
di antaranya koneksi, penemuan, penciptaan, aplikasi dan revisi. Pada setiap
tahapan tersebut dapat dikorelasikan dengan pembelajaran di kelas sehar-hari.
Di sisi lain saat ini Indonesia akan menghadapi Masyarakat Eknomi ASEAN atau
MEA 2015 dimana seluruh aspek kehidupan bersinergisitas menjadi satu dan daya
saing menjadi kian tinggi. Kemunculan Creative Metamorphing amat membantu dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang jenius dan berpikir kreatif sebagai
pemimpin masa depan di Indonesia khususnya dalam menyongsong MEA 2015.
Kata Kunci :
Creative Metamorphing, MEA 2015, pendekatan saintifik.
Jika ditanya mengenai
tokoh-tokoh besar ilmuwan pengubah dunia, barangkali jawaban kita tak jauh-jauh
dari Einstein, Galileo Galilei dan lain-lain. Tak hanya orang non lokal, namun
juga orang lokal yang namanya tak lagi asing di telinga dunia seperti B.J.
Habibie, Soekarno, Arief Rachman Hakim dan lain-lain. Mereka adalah
individu-individu dengan komitmen dan motivasi hidup yang luar biasa. Apa yang
membedakan mereka dengan orang-orang lainnya? Jawabannya adalah cara berpikir
atau yang kerap disebut mindset.
sumber: liveyourmagics.com sumber:artsfuse.org
Setiap orang dilahirkan
dalam keadaan sama. Pada beberapa kondisi tertentu, pernyataan tersbeut
berlaku. Misalnya sama-sama diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, kesempatan
yang sama. Namun dalam kondisi lain, tidaklah lagi berlaku. Tanpa bermaksud
mendikotomikan pihak tertentu, tak dipungkiri cara berpikir dapat mempengaruhi
kehidupan seseorang secara signifikan. Mereka yang memiliki cara berpikir A,
tentu berbeda dengan mereka yang memiliki cara berpikir B.
Indonesia saat ini
tengah mengenyam model kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 atau Kurtilas.
Penekanan dalam kurikulum ini terletak pada pendekatan yang digunakan yakni
pendekatan saintifik. Secara lebih luas, pendekatan saintifik dimaknai dengan
keaktifan siswa dalam mengamati, menanya, menciptakan dan mengaplikasikan.
Siswa dituntut untuk belajar dengan model student-centered dan guru
sebagai fasilitator. Berbagai tugas proyek atau project based learning serta
problem based learning menjadi dasar pembelajaran di dalamnya.
![]() |
sumber: lppm-jatim.net |
Sudah jelas tertuang
dalam UU No.20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional bahwasanya
pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik semaksimal
mungkin sehingga mereka mampu menjadi pribadi yang religius dan berintelektual.
Cara berpikir dapat mempengaruhi peserta didik dalam mengembangkan dirinya. Ia
akan mampu berkembang di tempat yang ia nyamani sehingga mampu membuatnya
berkreativitas lebih dalam dan lebih luas. Dalam hal ini guru dituntut untuk
menciptakan beragam penyelesaian dri suatu permasalahan. Sayangnya dewasa ini
diakui tak banyak munculnya para pemikir besar seperti zaman dahulu. Dibutuhkan
sebuah pendekatan dan pembelajaran kreatif agar menciptakan cara berpikir
kreatif juga pada diri siswa. Creative Metamorphing adalah jawabannya.
Creative Metamorphing
Metamorphing berasal
dari kata meta yakni melampaui dunia nyata dan phora yang berarti
transfer. Creative Metaphorming merupakan strategi dalam rangka menuntun
peserta didik untuk berpikir kreatif. Creative metamorphing dapatdiimplmentasikan
menjadi konsep pembelajaran secara formal di kelas. Kreativitas merupakan
manifestasi dari kejeniusan seseorang. Orang yang jenius adalah yang memiliki
cara pikir jenius sehingga membuahkan kreativitas. Disitulah letak creativity
pada creative metamorphing. Metamorphing dapat diaplikasikan pada berbagai
jenjang pendidikan, baik itu usia dini, menengah pertama maupun menengah akhir.
Metamorphing tak serta merta muncul melainkan terdapat beberapa tahapannya.
Tahapan Creative
Metamorphing
Pertama, koneksi.
Adalah sebuah aktivitas menghubungkan gambar, simbol, dan lain sebagainya
menjadi sebuah pengetahuan yang utuh. Dalam tahap ini guru menyampaikan
pemahaman yang dimilikinya serta tujuan dari pembelajaran kepada siswa. Koneksi
juga berkaitan dengan hubungan antara mata pelajaran tersebut dengan ilmu-ilmu
lainnya seperti fisika, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
Kedua, penemuan.
Setelah guru mampu mengkoneksikan antara pemahaman yang dipunya serta tujuan
dari pembelajaran, selanjutnya siswa dituntun untuk menemukan sesuatu yang baru
seperti implementasi materi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
implementasi nyatanya adalah mata pelajaran Matematika pokok bahasan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel pada pembelian beberapa barang yang sebelumnya
tidak diketahui harganya
Ketiga, penciptaan.
Hasil dari daya pikir kreasi diteruskan dengan usaha disebut penciptaan. Pada
tahap ini setelah siswa menemukan sesuatu selanjutnya ia menciptakan sesuatu
yang baru atau termodifasi. Siswa dapat juga merealisasikan penemuannya dalam
bentuk hal konkret. Misalnya siswa menemukan menemukan kemudian menciptakan
cara penyelesaian suatu permasalahan matematika yang baru atau termodifikasi.
Keempat, aplikasi.
Dari hasil imanjinasi, pengamatan, penemuan, pengembangan ciptaan maka dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata atau pengembangan ilmu lainnya. Misalnya
siswa mengaplikasikan ilmu ukurnya di dunia fisika dengan menghitung benda
berukuran nano menggunakan alat yang sudah ditentukan. Aplikasi merupakan hal
yang penting sebab menjadi ajang ‘pembuktian’ atasu penemuan dan penciptaan
yang telah dilakukan.
Kelima, revisi.
Pada konsep metamorphing yang telah ada sebenarnya hanya sampai pada tahap
aplikasi. Namun pada creative metamorphing yang digagas ini, penulis
menambahkan tahap terakhir yaitu revisi. Tidak semua aplikasi di lapangan dapat
berjalan lancar. Berbagai kendala mungkin saja muncul. Misalnya siswa yang lupa
terhadap materi yang diajarkan atau kekurangan dalam manajemen kelas bagi guru
dan lain sebagainya. Oleh karenanya setelah aplikasi dilakukan, diperlukan
revisi sebagai tahap evaluasi dan perbaikan.
Sebelum Creative
Metamorphing benar-benar direalisasikan di dalam pembelajaran di kelas, guru
hendaknya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru dapat menjadikan Creative Metamorphing
sebagai metode pembelajaran pada RPP dan pendekatan pada silabus. Pertanyaan
selanjutnya, apa kaitan antara Creative Metamorphing dengan MEA 2015?
Korelasi
Creative Metamorphing dan MEA 2015
Menurut Global Competitiveness Index dari World
Economic Forum 2012-2013, Indonesia berada pada posisi ke- 50 dari 144 negara
dalam hal daya saing negara, dari posisi ke-46 pada 2011. Di kawasan ASEAN,
Indonesia hanya menempati urutan ke-5 di bawah Singapura (2), Malaysia (25),
Brunei (28), dan Thailand (38). Ada beberapa faktor pendukung daya saing, yaitu
institusi, infrastruktur, makroekonomi, kesehatan, pendidikan dasar, pendidikan
tinggi, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pasar keuangan,
kesiapan teknologi, besaran pasar, dan inovasi.
![]() |
sumber: pusakaindonesia.org |
Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas menunjukan bahwa negara
yang berada di ASEAN dan Indonesia khususnya sangat berpotensi besar untuk
menggeser kekuatan ekonomi dunia yang sekarang masih berpusat di Eropa dan
Amerika. Beberapa usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Salah
satunya di bidang pendidikan dan sumber daya manusia.
Indonesia membutuhkan pemimpin
dengan cara berpikir jenius, bukan sekedar mereka dengan titel ‘sang jenius’
atau ‘manusia ajaib’. Merekalah pemimpin dengan cara berpikir dan ebrnalar yang
baik dan kreatif. Sebab cara berpikir jenius mampu mengantarkan seseorang pada
strategi yang matang dalam mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud disini adalah
menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tidak hanya siswa, guru juga dapat
meningkatkan daya kreativitasnya melalui Creative Metamorphing.
Patut disadari
bahwasanya guru dan siswa menjadi sumber daya manusia yang amat penting dalam
suatu negara. Pembelajaran di sekolah dengan metode konvesional mau tak mau
membuat siswa cepat merasa jenuh. Creative Metamorphing hadir sebagai konsep
penbelajaran yang amat mungkin direalisasikan. Jika konsep Creative
Metamorphing bukan tidak mungkin akan muncul kembali generasi orang-orang
jenius. Dalam hal ini diperlukan kolaborasi dukungan semua elemen seperti
orangtua, guru dan pemerintah. Pada akhirnya siswa dapat menikmati konsep
Creative Metamorphing. Sehingga para pemimpin masa kini tak perlu lagi meragu
dan cemas akan keberlangsungan kepemimpinan mereka di tangan roang yang salah. Merekalah
yang mampu memegang tonggak Indonesia dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi
ASEAN.
Referensi :
Sunito,
Indra, Syukur, Ramlan, dkk. 2013. Metamorphing: Beberapa Strategi Berpikir
Kreatif. Jakarta: PT Indeks.
Butterworth, B. The
Mathematical Brain. Macmillan : 1999.
0 komentar: