Aku Ingin Kembali

..life is to see the world wider, to do usefull things..

Bismillahirrahmanirrahim..
“Indonesia itu sebenarnya hanya terbagi menjadi dua yaitu Indonesia barat dan Indonesia timur. Ngga ada yang namanya Indonesia tengah.” ucapan itu kudengar sekitar empat tahun silam.
Ah iyakah? Tapi bukankah ada tiga dimensi waktu di Indonesia, barat, timur dan tengah? Lalu mereka di wilayah WITA masuknya mana dong? Batinku bertanya-tanya keheranan. Apalagi saat itu aku belum pernah sekalipun keluar Jawa, hanya ekspektasi-ekspektasi yang muncul di kepalaku. Bagaimana rupanya ia?

Hingga memasuki bangku perkuliahan, barulah Allah menerbangkanku ke luar Jawa. Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NTT berhasil kujejaki.Membuka cakrawalaku kian luas. Mematahkan pemikiran bocahku bahwasanya Indonesia hanya pulau Jawa. Menjawab keraguanku akan kemampuanku. 

Sayangnya setiap waktu yang kupunya disana selalu terbatas. Hanya berada di interval tiga hingga empat belas hari. Aku belum bisa memberikan separuh hidupku disana. Karena juga terbatas oleh amanah lain di ibukota.

Aku merasa bersyukur dipertinggalkanNya di Jawa, dilengkapi dengan segala fasilitas yang entah membuat mandiri atau justru kian manja. Namun, kadangkala aku merasa ‘envy’ dengan mereka yang tampak bahagia berbaur dengan alam. Mereka yang tampak solid walau dalam keterbatasan. 

Beragam persepsi menguak setiap kali kakiku menjejaki mereka. Beragam pengalaman dan pelajaran kupetik. Ada yang menyenangkan, ada pula yang menghentakkan. Indonesia itu luas. Indonesia indah. Indonesia itu beragam.

Pertama, satu hal yang entah kenapa selalu keluar dari mulut mereka:
“Kamu itu terlalu lembut. Macam kamu itu sepertinya tidak cocok disini.”
“Orang disini keras-keras, nanti kamu kentara sekali dari luar.”
“Ish nanti kamu jadi keras.”
Yeah, ku akui dan teman-teman lain—sejak aku duduk di bangku sekolah dasar—aku adalah seorang anak yang tidak bisa keras dan dikeraskan. Kudapati perbedaan itu pada mereka, walau tidak semua. Sekali lagi kutekankan, persepsi orang Timur yang keras tidak berlaku pada setiap orang.

Namun aku berusaha menjadikan perkataan-perkataan itu sebagai motivasiku. Bahwa aku akan seperti ini skealipun kelak tinggal di timur. Jikalaupun ada yang berubah, smeoga itu mengarah ke hal positif.

Ya, sejak duduk di bangku perkuliahan, menjadi guru inspiratif di pelosok negeri telah kuazzamkan dalam hati. Pun aku banyak dipertemukan oleh mereka yang bergelut di dalamnya, memberi motivasi ekstra padaku. Walau kuakui ada pula yang menjadi ‘tantanganku’. Ya, hingga detik ini keinginan mengabdi dan berkarya di Indonesia timur begitu kuat kurasa. Mengabdi di bidang pendidikan. Untuk pendidikan pelosok negeri yang lebih baik.

Tiba-tiba teringat perkataan seseorang 
“Sya mengabdi disini saja (re: pulau di timur). Di Jawa sudah banyak orang pintar. Disini lebih butuh.”
Well aku memang tidak tahu bagaimana skenario Allah kelak, tapi aku bisa rencanakan, Allah yang putuskan. Satu hal yang selalu kupegang teguh.

“Selalu libatkan Allah dalam setiap keputusan yang kamu ambil. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus."

Pun,

“Aku ingin berada di tempat yang aku dibutuhkan ada disana, bukan sekedar aku inginkan.”

Aku pernah merasa begitu marah ditempatkanNya di tempat yang tak kudamba. Namun perlahan Dia memberiku pemahaman yang baik bahwasanya inilah yang terbaik.

Kehidupan telah menempaku bahwa “Tidak semua yang kita inginkan bisa menjadi kenyataan. Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk menuruti kemauan kita.”
fly to the highest sky!

Aku ingin kembali..
Bukan sehari dua hari,
Atau seminggu dua minggu..
Namun sepanjang hidup..
Semoga Allah meridhoi..
Jikalaupun tidak, tentu itu yang terbaik..
Tentu ada rencana lain yang lebih indah..

0 komentar: