Ngobrol Soal Seks sama Anak, Siapa Takut? [Parenting Talk QueenRides feat SKATA]



Saat duduk di bangku SMP, ketika guru biologi saya masuk ke chapter tentang reproduksi, saya paling sebal!

"Ihh ngapain sih bahas bahas begituan? Kan jorok!"

Pola pikir ini dipengaruhi oleh pola asuh saya di rumah. Jadi, tante saya adalah seorang kaboran yang punya koleksi buku kesehatan. Tentu di dalamnya ada gambar manusia telanjang dada. Nenek saya selalu melarang saya membukanya. Intinya keluarga saya ngga pernah ngajarin soal seks pada saya, secara formal. Katanya tabu!

Sayapun ikut memganggap demikian.


Adakah Moms disini yang memiliki anak mulai beranjak puber? Atau dalam kesehariannya sekarang menghadapi anak puber? Pernah ngga ngomongin soal seks ke anak?

Rasanya itu sesuatu yg tabu ya di negara kita tercinta ini. Tapi penting lho buat dibahas dengan anak! Saya menyadari itu sejak resmi menjadi seorang bunda.

Tau sendiri kan maraknya kasus kekerasan seksual, married by accident ataupun penyimpangan seksual zaman sekarang yang tiada hentinya membuat kita mengelus dada? 😢

Hari ini aku hadir di acara ngobrol bareng SKATA feat QueenRides dengan tema "Ngobrol Seks Bareng Anak, Siapa Takut?"bersama Dinar P Sari (SKATA representative), Iim Fahima (Founder Queenrides), Anna Suri (Psikolog). Di awal ada ice breaking games seru banget yang mengajarkan kita bahwa setiap pertanyaan anak membutuhkan jawaban yang logis bukan asal ceplas ceplos.


Kembali ke topik pendidikan seksualitas, salah satu penyebab adanya kasus kekerasan/penyimpangan/MBA adalah minimnya pengetahuan soal pentingnya menjaga diri, organ dalam dan hubungan intim.

Biasanya dengan siapa sih anak paling nyaman ngomong soal seks? Mostly, dengan ibu sendiri ya, untuk anak perempuan. Dan ayah sendiri untuk anak laki-laki. So, jadi orangtua itu harus cerdas dalam menyampaikan tentang seks, tanpa membuat anak takut, melainkan membuatnya lebih waspada.

Apa kuncinya? KOMUNIKASI POSITIF. Ayah dan ibu harus menjaga komunikasi dengan anak yang dalam kasus ini adalah anak remaja.


Kadang juga ada ortu yang "terlalu pede" dan berpikir:
"Ah anak saya ga mungkin begitu."

Please, Moms, bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati? Selain itu, peluang 'menyimpang' pun ada dimana-mana. Apalagi zaman sekarang dunia digital banget, mau apa apa tinggal klik klik.

Mereka yang berpeluang besar melakukan penyimpangan/kekerasan seksual adl mereka yg beranjak remaja dan PACARAN. That's why, aku pribadi kontra sekali dengan pacaran karena bagiku itu adalah pintu gerbang kejahatan seksual. :)

Data-data di lapangan nyatanya tak melulu menyenangkan. Data GSHS 2015  menunjukkan beberapa hal:

  • Sebesar 4.68% remaja pernah dipukul dan ditampar oleh pacarnya.
  • Sebesar 4.31% pernah dipaksa melakukan hubungan seksual padahal tidak mau.
  •  Sebesar 61,241% anak SMP&SMA tidak pernah diajarkan di kelas tentang apa yang harus dilakukan jika seseorang memaksanya melakukan hubungan seksual. 
  •  Sebesar 47,93% anak remaja tidak tahu bagaimana cara mengatakan bahwa dia tidak ingin melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

Sungguh me-nge-ri-kan!

Nah, kalau kita sebagai orangtua masih yakin banget anak kita begitu polos, maka ia berpotensi mrnjadi korban!

Ngomongin data lagi, pada 2017 ada 2726 jumlah pelanggaran hak anak, 57% kasus kekerasan seksual. Per Jan-Juni 2018, sebanyak 965 jumlah pelanggaran hak anak.

Lantas, apa yg bisa kita lakukan saat ini?

  • Ciptakan hubungan mesra dengan anak remaja kita
  • sering berkomunikasi dengan anak
  • Selalu sensitif terhadap perubahan anak
  • berikan pendidikan seksualitas yang tepat



Tahapan Pendidikan Seksualitas
Moms, pendidikan seksualitas dapat dimulai dari bayi lho! Gimana caranya? Perkenalan seluruh anggota tubuh, mukai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Notice, pakailah bahasa yang ilmiah ya dalam mengenalkan organ intim, jangan yang mengada ada.

Misal, alat kelamin pria, kenalkanlah dengan nama aslinya: p*nis. Bukan justru misalnya burung, t*tit, dan lain sebagainya.
Nah, untuk fase batita, pengenalan soal seks bisa dengan menggantikan baju anak harus di dlm ruangan, jangan di luar ruangan. Jangan di depan umum intinya. Jagalah kemuliaan anak-anak kita di hadapan orang lain :)

Anak batita sudah bisa diajarkan untuk melapor jika ada yang memegang bagian intimnya selain ayah dan ibunya. Sekalo lahi, jagalah kemuliaan anak ya Moms ;)

Untuk fase balita sampai SD awal, ajarkan padanya untuk menolak jika diajak oleh org tidak dikenal, jika ingin disentuh org lain. Anak harus sudah bisa 'teriak' dan menolak.

Untuk fase SD akhir, bagi anak perempuan, lakukanlah pengenalan tentang menstruasi, cara penanganan dan perawatannya saat sedang haid. Nah disinilah ibu harus ambil bagian.

Untuk anak laki2 usia12-14th, lakukanlah pengenalan soal mimpi basah. Bisa dijelaskan bahwa dirinya sudah akil baligh, dan bisa membuat anak remaja perempuan hamil. Ini didukung dengan materi biologi yang dipelajarinya di kelas pada fase ini.

Well memang untuk urusan ini, biasanya anak laki-laki lebih tertutup. Mereka merasa lebih enak ngomong dengan ayahnya. Maka harus dibuat kesepakatan dengan ayah, agar lebih meningkatkan bonding time dengan anak remajanya.

Secara umum, pada fase ini, baik laki-laki maupun perempuan, orangtua bisa menjelaskan soal perkembangan fisik di bagian dada dan alat kelamin.

Topik pembicaraan dengan remaja tentu berbeda dengan anak-anak. Topik-topik yang dapat Moms bahas bersama mereka antara lain ketertarikan, pubertas, perasaan seksual, peran gender, penyakit menular seksual, seks aman, dll.

Di akhir acara, narasumber meminta ilustrasi dua orang bunda mempraktikkan kasus. Bahkan jelang akhir materi, seorang ibu menceritakan perihal 'kedekata' dan 'kejauhan' nya dengan sang anak hingga ia menitikkan air mata.

"Ya Allah anak gue udah gede banget. Apa yang udah pernah gue lakukan padanya?"

Di akhir acara Mba Iim menambahkan
"Jika kita sudah tidak bisa melakukan apapun untuk mendidik anak kita, menegurnya. Hal terakhir yang dapat dilakukan adalah berdoa."

Indeed. Jika semua berangkat dari doa dan memohon pertolongan Allah, niscaya segalanya akan dimudahkan.. aamiin..


20 komentar:

  1. Jika pakai bahasa yang mudah dipahami, bicarakan pendidikan seks buat anak pasti mudah diserapnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mba. Nah tantangannya, mencari bahasa yg mudah dipahami itu :D

      Hapus
  2. Memang perlu yah bunda memberikan pendidikan seks sejak dini kepada anak2, apalagi jaman now yang Internet gk bisa dibendungi lagi

    BalasHapus
  3. Ini menarik banget mba, masa kecil saya gak asyik banget, bukan hanya ga boleh bahas sex, bahkan saya menstruasi pertama pun mama saya gak ngajarin hiks.
    Alhasil agar sulit mendidik anak apalagi anak saya laki dua2nya dan papinya jarang di rumah.
    Saya juga masih agak geli ngajarin bilang 'p**is'
    Untungnya pas SD di sekolah di ajarin namanya Qubul, masih agak gimanaaa gitu saya dengarnya, padahal artinya sama hahaha

    BalasHapus
  4. Jadi ingat pelajaran biologi pas jaman kelas 8 SMP. Kalau pas pelajaran biologi bahas alat reproduksi gitu kelas dibagi menjadi dua yaitu kelas perempuan dan kelas laki-laki.

    BalasHapus
  5. Aku baca baik-baik artikel ini, karena anak sulungku sudah akil baligh..

    Hmmm...masih belum selengkap ini sih yang aku lakukan...wah harus banyak belajar lagi nih..

    Maacih sharingnya Mbak Visya

    BalasHapus
  6. Bener banget soal komunikasi positif ini ya bund. Sy sendiri jg baru2 aj mau bnr2 melek seks education. Soalnya mmg pertama agak awkward ngajarinnya. Haha. Tmsk cara penyebutan itu. Anak ak type yg suka ngerumpi klo ngmg sm tmennya. Ak takutnya dia pake kata *agina pas ngomong n temennya cerita ke ortunya. Kan jd ak yg di todong. Haha

    BalasHapus
  7. Daku malah pas ngajar IPA kelas 6, anak-anaknya udah langsung malu-malu gitu, cuma yah dibawa tenang dan kasih pengertian dengan kalem, dan jadinya suasana jadi lebih adem, hehe

    BalasHapus
  8. aku kepengen banget ngajarin anak aku soal body part nya agar mengahrgai dan paham bahwa itu sangat privasi. tapi masih bingung mulai dari mana mom.

    BalasHapus
  9. Edukasi seks sedari dini itu bagus, dapat berguna untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Orang tua harus mulai mengenalkan seks dari kecil, biar mereka terbiasa dan gak penasaran dengan hal itu dan terpenting sih orang tua bisa filter langsung informasi seks bagi anak.

    BalasHapus
  10. Memang yaa mba, mengajarkan anak tentang seks sedini mungkin aga lebih hati2 memilih cara penyampaian nya yang pas agar anak pun mudah mengerti juga yaa

    BalasHapus
  11. Anak2ku usia dini mereka dah tahu beberapa istilah organ intim, sengaja aku kenalin nama aslinya jd mereka paham.

    BalasHapus
  12. Pendidikan seks menurut saya memang harus diajarkan ke anak sejak dini. Jadi anak pun nggak nyari info dari sumber yang salah

    BalasHapus
  13. Memberi pemahaman sederhana memang jadi urusan yang tidak mudah bagi ortu saat memberikan pendidikan seks sejak dini untuk si kecil. Saya setuju dengan membahasakan alat kelamin sesuai dengan nama sebenarnya, agar anak-anak merasa nyaman membicarakannya.

    BalasHapus
  14. Aku punya dua abege, cowok dan cewek. Sebisa mungkin saya ajak mereka ngobrol soal seks dan perubahan fisik mereka. Meskipun belum selengkap yang seharusnya. Thanks sharingnya Mbak, berguna banget.

    BalasHapus
  15. Sama, dulu aku suka jengah deh sama guru Biologi kalau bahas reproduksi, ternyata nggak perlu begitu yaa. Emang anak-anak tahu hal ini mestinya dari orangtua dulu ya, jadi pas di sekolah juga nggak kaget lagi..

    BalasHapus
  16. Nah seharusnya ngobrol tentang seks dengan anak harusnya menjadi hal yang tidak tabu. Karena ini termasuk edukasi

    BalasHapus
  17. Aku termasuk yang mendukung soal pendidikan sex ke anak harus kita sendiri yang lakukan terlebih dahulu. Biar ada dasar yang kuat daripada denger katanya katanya dari anak anak atau sumber lain.

    BalasHapus
  18. Aku juga setuju sih. Apalagi zaman sekarang gampang banget dapet info apapun. Menurutku emang pengenalan pertamanya harus dr kita. Jadi nggak salah kaprah. Cuma akupun msh galau gmn cara mulainya hahaha

    BalasHapus