Mengenalkan Makna Syahadat sebagai Bekal Kehidupan Anak



Apa yang pertama kali membuat seseorang resmi memeluk agama Islam? Ya, syahadat.

Asyhadu Alaa ilahailallah WA asyhaduu anna muhamaddarrasulullah..

Tiada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad utusan Allah.

Pernahkah terbesit dalam benak Mom, mengapa seorang anak atau anak kita tidak pernah mengucapkan syahadat tapi ia sudah dinyatakan beragama Islam?


Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah sholallahu’alaihi wassalam bersabda:
“Tidaklah setiap naak yang lahir melainkan dalam kondisi fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” (HR Imam Malik)

Lantas, pernahkah Moms berpikir untuk mengenalkan Bacaan syahadat beserta maknanya pada anak? Aku, sejujurnya, baru-baru ini terpikirkan.

Moms, sekalipun anak (kita) sudah dinyatakan beragama Islam, namun penting untuk mengenalkannya pada bacaan syahadat serta maknanya. Bukankah itu adalah rukun Islam pertama dan jalan hidup seorang hamba hingga akhir hayatnNya? Ya, saat sakratul maut kelak, seseorang hendaknya mengucapkan bacaan syahadat.

Nah.. berikut aku rangkum hasil kuliah WhatsApp dari Lafamily dengan tema "Mengenalkan Makna Syahadat  sebagai Bekal Kehidupan Anak" yang kuikuti tempo hari dengan narasumber Nina Anggita, seorang praktisi parenting nabawiyah.

Tahap  Menanamkan Tauhid pada Anak
Syahadat merupakan bukti keimanan. Syahadat juga merupakan ilmu tauhid. Menurut Al-Ghazali, tahapan menanamkan tauhid pada anak adalah:
1. Al-Hifdz (dihafal)
Sebaiknya dimulai ketika anak masih
dalam kandungan hingga 2-3 tahun. Pada usia tersebut anak-anak
memang belum dapat memahami, namun secara tak langsung mampu menghafal. Pada tahap ini ada beberapa hal yang dapat
orang tua lakukan, yaitu:
a. Talqin, yaitu memperdengarkan bacaan syahadat pada anak sejak masih di kandungan dan dilanjutkan ketika baru lahir. Perdengarkan kalimat syahadat sesering mungkin di telinga anak agar anak terbiasa dengan kalimat tersebut.
b. Dibaca bersama-sama ketika anak sudah mulai dapat berbicara dan mengikuti suku kata- suku kata yang dicontohkan orang tua agar anak dapat menghafal dua kalimat syahadat dan
mengucapkannya.

2. Al-Fahm (dipahami)
Tahap ini bisa dimulai sejak anak berusia 4 tahun, saat pemikiran anak mulai berkembang.
Pada tahap ini orang tua mulai
bisa mengenalkan makna dari dua kalimat syahadat dengan beberapa cara yaitu:

a. Tafakur.
Yaitu mengenalkan Allah subhanahuwata’ala melalui ciptaanya baik makhluk hidup mauapun benda mati. Misalnya berjalan ke sekirat tempat tinggal, melihat pohon-pohon yang tinggi, menandakan bahwa Allah sang pencipta tentu lebih besar; memperhatikan daun-daun yang jatuh, dan lain-lain.

b. Tafsir dan Tadabbur Al-Qur’an
Dalam juz 30 banyak dibahas tentang keesaan Allah. Jika anak sedangkan menghafal surah-surah dalam juz 30 tersebut sampaikan juga artinya, sesuaikan dengan kemampuan pemahaman anak.

c. Berkisah
Dalam Al-Qur'an ada banyak kisah-kisah teladan  tauhid yang dapat dikisahkan kepada anak-anak kitas seperti kisah penciptaan manusia
pertama, yaitu nabi Adam alaihissalam, kisah bagaimana Allah mendinginkan api yang membakar nabi Ibrahim; kisah betapa besarnya
kekuasaan allah pada kehamilan ibunda Maryam, dan masih banyak kisah lainnya. Kisah-kisah tersebut memiliki ruh karena
benar-benar terjadi di dunia nyata umat manusia untuk dijadikan pembelajaran.

d. Keteladanan.
Memberikan pemahaman pada anak kita terkait makna syahadat berarti kita sebagai orangtua juga harus memberikan teladan. Banyak contoh keteladanan yang dapat orang tua tampilkan kepada anak seperti bagaimana orang tua melakukan penghambaan ketika shalat, bagaimana kita berharap hanya kepada Allah
melalui doa, bagaimana kita bersyukur kepada sang pemberi rizki, dan lain-lain.

e. Dialog Iman. 
Seperti apakah dialog yang bermuatan
iman itu? Mari lihat dialog iman yang dilakukan Rasulullah, sesuai dengan usianya, apakah untuk
anak dibawah 5 tahun, 10 tahun, usia baligh, atau dewasa. 
Misal, dialog dengan anak usia dibawah 5 tahun. Ketika rasulullah melihat cucunya, Hasan bin Ali yang sedang mengulum kurma sedekah dari Masjid nabawi, Rasulullah mengeluarkan kurma tersebut dari mulut Hasan dan berkata, “Buang, nak! Tidakkah kamu tahu bahwa keluarga Muhammad tidak memakan sedekah”. Pada usia ini Rasulullah mengajarkan untuk jujur dan tidak mengambil apa yang bukan haknya 

f. Memohon pertolongan Aah. 
Memohon selalu pertolongan kepada Allah adalah kunci dari semuanya. Karena Allah lah pemilik hati anak-anak kita, dan kita sebagai orang tua terutama para ibu telah diberikan
keistimewaan akan doa-doanya yang Insya Allah mustajab.

Tauhid ibarat akar dari sebuah pohon. Pohon yang akarnya kokoh akan tumbuh besar, rimbun, berbuah banyak, dan bermanfaat bagi sekitarnya. Begitu pula pada anak-anak kita. Keenam poin di atas adalah upaya kita dalam membentuk akar yang kokoh. Sehingga mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang baik (taat kepada allah), berbuah manis bagi kedua orang tuanya (qurrota a’yun), dan bermanfaat bagin like (khalifah di muka bumi) serta tentunya dapat mempertanggungjawabkan amalannya di akhirat kelak di hadapan Allah.


3. Al-I’tiqod (ikatan)
4. Al-Iqon (keyakinan)
5. At-Tashdiq (pembenaran)

Untuk tahap 3 sampai 5 tidak dibahas mendekati karenanya hanya fokus di usia balita (0-5 tahun).

Ada beberapa kemudahan yang narasumber rasakan setelah mengenalkan makna syahadat pada anak, antara lain:
1. Anak mudah diajak untuk melakukan kebaikan dan menghindari keburukan
2. Anak-anak cukup mudah menerima takdir. 
3. Anak mudah bersyukur atas apa yang dimiliki.
4. Anak mudah memahami aturan dan diajarkan 
5. Orang tua mudah menjawab pertanyaan anak. 

Sesi Tanya Jawab
Setelah sesi materi, selanjutnya ada tanya jawab sebagai berikut:

1) Bagaimana mengajarkan kepada anak2 untuk mengaplikasikan makna syahadat dalam kehidupan sehari2? Khususnya untuk anak yang berumur 3 tahun ke bawah?
Jawaban:
Ayah dan bunda yang dirahmati Allah, pada usia 0-3 tahun, tugas kita hanya sampai kepada memperkenalkan kalimat syahadat saja, belum sampai aplikasinya. Pengaplikasian makna syahadat sebenarnya dimulai pada usia 7 tahun yaitu perintah untuk shalat. Untuk usia sebelum 7 tahun lebih kepada contoh atau keteladanan saja. Jikapun kita mengajak, maka sifatnya bukan paksaan, seperti mengajak berdoa, memakai jilbab, itu boleh-boleh saja, hanya saja tidak boleh dipaksa ya. Jika anak tidak mau berarti kita harus menananmkan lagi tentang makna syahadat tadi. Dan kembali lagi, sesuai dengan perkembangan anaknya.

2) Anak saya sekarang umur 2y6m (laki-laki) Alhamdulillah sudah hafal beberapa do'a dan sedang process menghafal do'a2 yang lain termasuk syahadat, apakah seumuran anak saya ini sudah siap masuk ke tahap Al-Fahm melihat seumuran dia ini masih dengan imajinasinya sendiri walaupun dia sudah tahu kapan baca do'a dan kapan pengucapan tahmid dan istighfar, bagaimana cara saya memulai tahapan tsb?

Fase Al-Fahm  mulai dapat dilakukan pada usia 4-6 tahun. Untuk usia dibawah itu masih fase menghafal. Jika anak sudah dapat menghafal kalimat tauhid, doa, kalimat thayyibah dll pada usia dibawah itu maka itu sudah bagus sekali. Namun, jika pada usia dibawah 3 tahun anak sudah dapat meniru dengan baik maka berikanlah keteladanan pada anak dalam hal memaknai syahadat.

3) Sebaiknya kita menjawab apa saat anak kita bertanya tentang wujud Allah, mengapa dan bagimana Allah bisa ada? Terima kasih

Ketika anak bertanya bagaimana wujud Allah, kita dapat merujuk pada QS Asy Syura: 11 yang artinya “….. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang maha mendengar lagi maha melihat”. Katakanlah kepada anak bahwa Allah adalah Dzat yang tidak sama dengan apapun yang dapat kita lihat sekarang di dunia ini. Tidak seperti manusia, tidak seperti hewan, tidak seperti tumbuhan, tidak seperti gunung, tidak seperti sungai, dan lainnya. Kemudian beri motivasi kepada anak, jika mereka mau melihat Allah, maka kita harus masuk surga terlebih dahulu, baru kita dapat melihat Allah.

4) Saya punya 2 anak umur hampir 4 tahun dan 2,5 tahun..setelah melafazkan sama2 kalimat syahadat untuk dihafalkan, bagaimana ketika anak bertanya apa maksudnya dari syahadat, kenapa kita harus syahadat? Kenapa harus pada Allah kita bersyahadat? Bagaimana saya menjelaskan dengan cara yg mudah dipahami anak?

Untuk anak 2,5 dan 4 tahun, pemahamannya memang belum bisa sampai untuk memahami kenapa harus bersyahadat pada Allah. Hal yang harus kita lakukan sebagai orang tua adalah mengenalkan Allah terlebih dahulu. Perkenalkan Allah dari ciptaan-ciptaannya, kenalkan sifat-sifat Allah seperti pengasih, penyayang, pemurah dari nikmat-nikmat yang dimiliki. Dimulai dari yang sederhaana dan dekat dengan keseharian anak saja, missal bisa memakan buah yang enak, tidur dengan nyenyak, memiliki rumah, memiliki baju dll. Nanti dari sana, seiring perkembangan usia, baru anak diarahkan bahwa Allah adalah tuhan yang esa dan hanya Ia yang patut disembah (ini dapat dibantu dengan kisah-kisah, dialog iman, dan keteladanan pada mulai pada usia 4-6 tahun). Yang perlu menjadi catatan adalah, anak-anak kita dilahirkan pada kondisi fitrah termasuk fitrah ketuhanan. Insya allah mereka akan mudah menerima dan memahami konsep ketuhanan ini. Jadi jangan terlalu khawatir.

5) Anak saya 8 tahun, laki-laki. Bersekolah di multi ras internasional. Tidak mendapat ajaran islam namun tetap diajarkan prinsip ketuhanan. Baiknya selain kewajiban islam adakah yg harus saya tambahkan dalam usia tersebut? Mulai dari mana?

Saya kurang paham seberapa jauh dan seperti apa konsep ketuhanan yang diajarkan di sekolah multi ras nternasional. Mungkin ayah/bunda dapat mengajak anak berdialog  tentang syahadat dan maknanya, untuk mengetahui sejauh apa anak memahami makna dari syahadat itu. Jika memang masih belum kuat, ayah/bunda dapat memulainya dari fase Al-Fahm. Ayah/bunda dapat melakukan tafakur, tadabur, dialog iman, berkisah dll.

Pada usia 8 tahun, anak sudah memasuki usia tamyiz yaitu masa dimana akal anak sudah sempurna. Anak sudah mengetahui mana yang baik dan yang buruk, benar dan salah (tentu dalam syariat islam). Maka dari itu pada usia ini anak sudah diperintahkan untuk shalat. Selain pondasi keimanan, beberapa hal yang harus ayah/bunda ajarkan juga yaitu terkait ibadah terutama shalat. Dan shalat dimulai dari bersuci/thaharah, sehingga bab inipun harus diajarkan. Berbicara tentang shalat maka berbicara juga tentang aurat, tentang fiqih dasar ibadah, tentang perbedaan laki-laki dan perempuan, dll.


6) Apa sajakah referensi belajarnya parenting nabawiyah?

Mengenai referensi, saya mengikuti Akademi Keluarga Parenting Nabawiyyah asuhan ustadz Budi Ashari, Lc. Untuk buku-buku, bisa membaca buku karangan Syaikh Jamal Abdurrahman yang berjudul Cara Nabi menyiapkan Generasi, buku-buku Dr Khalid Ahmad Syantut, buku sirah nabawiyyah,. Untuk kajian saya mengikuti kelas siroh ustadz Ali Shodiqin, kajian tadabbur ustadz Herfi Ghulam Faizi, kajian parenting ustadz bendri jaisyurrahman, dll.

7) Untuk mengenal kan syahadat kepada anak kan baiknya disaat dia sdh berusia 2 tahun Ke atas baiknya agar ketempat tahapan yg disebutkan berjalan namun misalkan diusia umur itu Ada beberapa anak yg kurang dalam hal perkembangannya misalkan masih belum bisa berbicara qtau anak yg butuh penanganan khusus ,apa yang harus dilakukan orang tuanya Dan bagaimana lingkungan yang harus bangun oleh orangnya mohon infonya?

Usia yang saya tuliskan hanya range patokan saja sebagai gambaran perkembangan anak pada umumnya. Kecuali usia 7 tahun yang memang tertulis didalam al-quran untuk muali diperintahkan shalat dan usia 10 tahun boleh dipukul ketika anak tidak mau shalat. Jadi, selebihnya akan disesuaikan lagi dengan perkembangan masing-masing anak. Untuk lingkungan terutama rumah yang paling penting untuk dikondusifkan adalah ketika anak memasuki masa meniru, maka berikanllah keteladanan yang baik terkait hal ini.

9) Sejak hamil, amalan apa yg bs dilakukan agar saat anak lahir, mudah utk diajarkan ttg makna syahadat? Bagaimana cara menjelaskan makna syahadat ke balita, yg kebanyakan butuh contoh nyata? Sementara kita sbg org tua tentu ilmu agama jg masih terbatas. Dan bagaimana bila anak sdh diajarkan agama dg baik, namun saat besar berteman dg teman non muslim shg ada ketertarikan utk tau agama diluar islam? Bagaimana menariknya agar tdk jatuh trllu dalam utk pgn tau agama lain?

Jawaban:
Pada fase kehamilan, kita dapat mengambil pelajaran dari kisah sebuah keluarga yang nama keluarganya merupakan satu-satunya nama keluarga yang disebutkan dalam Al-qur’an yaitu keluarga Imron. Bagaimana dari rahim istri imron, lahir seorang anak perempuan yang tumbuh menjadi wanita yang suci, yaitu Maryam. Dan dari rahim Maryam, lahir seorang nabi yang mulia, nabi Isa AS. Istri Imron berdo’a dan bernadzar keada Allah agar janin yang dikandungnya menjadi hamba-Nya yang salih dan berkhidmad di Baitul Maqdis (QS Al-Imron: 35). Maka, pelajaran yang dapat kita ambil adalah dengan medoakan janin yang dikandung agar mennjadi orang yang salih. Kemudian seperti yang sudah saya sampaikan pada materi, pengenalan kalimat tauhid atau dua kalimat syahadat sudah dapat diperdengarkan kepada janin.

Cara menjelaskan makna syahadat sebenarnya sudah saya sampaikan pada materi. Untuk anak usia 0-3 tahun ajarkan dengan konsep menghafal. Usia 4-6 tahun mulai tanamkan pemahaman dengan tafakur, tadabbur, berkisah, dialog iman, dll. Untuk cara penyampaiannya agar mudah dimengerti dapat menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat mulai membahas dari hal-hal yang paling dekat dengan anak. Sebenarnya pada usia balita, anak-anak lebih berkembang imajinasinya, sehingga masa-masa balita adalah masa yang sangat tepat untuk  mengenalkan Allah. Ketika anak-anak meminta contoh konkrit, kita dapat memperkenalkan Allah dari ciptaannya. Selain itu, anak usia 4-6 tahun adalah masa anak pandai meniru, maka berikanlah keteladanan yang baik seperti contohnya beribadah pada Allah, berdoa, dll.

Proses menanamkan keimanan pada anak memang merupakan proses yang sangat panjang. Yang harus kita perhatikan dan kita pastikan sebagai orang tua adalah membentuk akar/pondasi keimanan yang kokoh terlebih dahulu terutama pada usia 0-15 tahun (sampai masa baligh). Jika pondasi keimanan pada usia tersebut sudah kokoh, maka penjagaan pada usia selanjutnya akan lebih mudah. Menurut Dr Khalid Ahmad Syantut (pakar pendidikan islam), rumah memiliki porsi 60% dalam pembentukan pribadi anak, sisanya sekolah 20%, dan lingkungan 20%. Jika anak mulai terpengaruh dengan pemikiran yang tidak sesuai dengan syari’at islam, sebenarnya rumah/orang tua memiliki porsi yang sangat besar untuk ‘mencuci’ dan meluruskan kembali pemahaman dan pemikiran anak tersebut. Namun masalahnya yang terjadi pada saat ini adalah rumah/orang tua tidak mengambil peran/porsinya secara penuh sehingga anak-anak lebih terpengaruh dengan pemikiran atau pemahamaan yang ada di luar sana. Maka dari itu, ayah dan bunda yang dirahmati Allah, ambillah peran orang tua di rumah secara penuh, dalam artinyan berikanlah perhatian kita sebagai orang tua secara penuh kepada anak.

10) Tips dan trik menjaga tauhid anak yang hidup di 2 agama?
Untuk menjaga tauhid anak yang hidup di 2 agama memang mungkin tantangannya lebih besar karena pasti anak akan merasakan kebingungan yang disebabkan perbedaan keyakinan tersebut. Jika anak masih dibawah 7 tahun bisa dididik al-hifz dan al-fahmnya. Namun, jika anak sudah diatas usia 7 tahun, anak dapat diajak berdialog dengan lebih mendalam. Dan tentunya dengan terus mendoakan anak agar dipertebal dan dikokohkan keimanannya. karena hati anak2 kita adalah milik Allah swt.


11) Bagaimana bahasa yang tepat menjelaskan tentang setan pada anak dibawah 5 tahun ya? 

Kita dapat memperkenalkan jin dan sifat setan idealnya pada anak usia 7 tahun karena disana akal mereka sudah berkembang. Mereka juga sudah belajar mana baik dan buruk, benar dan salah. Sehingga Jin dan sifat setan dapat diperkenalkkan sebagaimana Allah memperkenalkan setan pada QS 35:6, yaitu setan sebagai musuh.

Pada Usia ini juga anak sudah bisa dikisahkan tenttang kisah nabi adam AS yag didalamnya sudah ada sosok Jin dan sifat setan. Namun jika anak sudah pernah mengenal kata setan/jin sebelum usia tersebut maka kita harus mengarahkannya sebagai sifat yang sangat tidak disukai oleh Allah, bukan sebagai makhluk yang harus ditakuti. Ajak anak untuk berdoa, berdzikir pagi dan petang, menutup pintu dan jendela ketika maghrib, dll untuk membentengi diri dari godaan sean tersebut. Dan arahkan juga anak untuk lebih focus mengenal Allah ketimbang membahas tentang setan/jin tersebut.


12) Bagaimana caranya agar anak kita yg remaja tetap istiqomah dlm syahadat,  karena diluar rumah sulit kita mengawasinya?

Terkait pengaruh teman atau lingkungan pada anak. intinya rumah memiliki peran yang sangat besr dalam mempengaruhi pemikiran dan pemahaman anak. memang ketika beranjak dewasan anak akan semakin sedikit waktunya dengan orang tua, tetapi kita masih memiliki Allah sang sebaik-baik penjaga. jadi jangan lupa untuk selalu menjaga hubungan dengan Allah ya Bunda.. Semoga Allah selalu memberikan penjagaan dan perlindungan kepada anak-anak kita semua.


Disclaimer:
Materi & Tanya Jawab Kuliah WhatsApp oleh Nina Anggita yang diadakan oleh La Family, dengan editan penyesuaian oleh evi Syahida

11 komentar:

  1. terima kasih mba pencerahannya, anakku yg no 1 usianya 8 tahun, udah mulai kritis masalah tuhan dan agama, bahkan dia juga bertanya ttg agama lain, bagaimana tuhannya dan ibadahnya

    BalasHapus
  2. Pemantapan tauhid dengan memberikan pemahaman yang mendalam diperlukan semenjak dini. Sangat perlu.

    Btw ini template baru ya mbak Visya, jadi ada biru birunya hihi

    BalasHapus
  3. MasyaaAllah sangat bermanfaat sekali Bunda. Saya jadi paham mau mengajarkan anak saya mulai dari mana. Memang 2 tahun masih fase menghafal ya, semoga saya san suami bisa mengajarkan dengan baik

    BalasHapus
  4. Masya Allah... Aku pun sedang belajar untuk mengenalkan ke anakku di rumah, yang penting dia tau dasarnya dulu. Jadi biasanya aku bikin cerita agar dia lebih menerima dan gampang mengingat.

    BalasHapus
  5. yaAllah makasi mba, aku baca ini seperti langsung dikejar2 deadline. memang anak masih 2 tahun cuma ga boleh terlena, musti ngajarin pendidikan agama dr kecil

    BalasHapus
  6. mashaa Allah makasih udah nulis ini, menarik banget dan bisa jadi bahan muhasabah buat mempersiapkan generasi yang soleh solehah

    BalasHapus
  7. Wuih keren banget Mom, bikin reminder buat aku deh tulisannya. Aku save ya tulisannya. Kepengen banget bisa mengenalkan hal ini ke bocah-bocah. :')

    BalasHapus
  8. Masyaallah barakallah mba Visya sudah share. Bermanaat sekali. Jadi diawali dengan sering mendengar syahadat kemudian melafalkannya (belum pada tahap memahami) dan berlanjut lebih dalam lagi sesuai tingkatan usia anak ya mba. Noted.

    BalasHapus
  9. Bisa lebih mengerti ucapan sahadat untuk anak2, sebelum baca ini kadang banyak salah kaprah, dibilang islam keturunan karna belum mengucap sahadat, sekarang baru mengerti.

    BalasHapus
  10. Baca tulisan ini kembali refresh bahwa beruntungnya kita yang terlahir dari keluarga muslim dan punya lingkungan keluarga muslim, karena jika orangtua kita tidak membekali diri kita dengan nilai nilai agama, maka apa yang bisa turunkan kepada generasi kita ya.. jadi orang tua harus terus belajar dan memperbaiki diri khususnya belajar tentang agama

    BalasHapus
  11. Ini tuh kayak dasaran banget ya mbak, hukumnya wajib dan harus ngajarin hal ini ke anak. Insyaallah anak bisa jadi anak yang shalih dan shalihah

    BalasHapus