A to Z Tentang Imunisasi Anak dan Cara Melakukannya di Tengah Pandemi

A to Z Imunisasi Anak

Bicara soal imunisasi, sejak awal kelahiran Abrisham aku dan suami sudah selamat pro-vaksin. Sayangnya saat itu kami kurang paham soal imunisasi tambahan. Aku sendiri sebenarnya sempat mendapat info sedikit-sedikit dari teman sesama ibu dengan usia anak yang sama tapi saat itu pikiranku masih,
"Ah yang penting yang wajib sudah."

Nyatanya waktu demi waktu baru kusadari bahwa imunisasi tambahan, jika tidak ada halangan, sebaiknya dilakukan. Keyakinan ini bertambah setelah aku mengikuti Kelas WhatsApp bertema Imunisasi Anak. Benar-benar dikupas habis.


Imunisasi adalah suatu tindakan pemberian kekebalan baik aktif maupun pasif. Kekebalan aktif bisa berasal dari air susu ibu (kekebalan aktif alami) dan pemberian antibodi ke dalam tubuh (kekebalan aktif buatan). Sedangkan kekebalan pasif  berasal dari rangsang tubuh anak membentuk antibodi ketika sakit (kekebalan pasif alami) dan pemberian vaksinnya (kekebalan pasif buatan).

Imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah hepatitis B, polio, BCG, Hib, DPT dan campak. Semuanya sudah tercover dalam program nasional sehingga GRATIS. Imunisasi dasar diberikan sampai usia bayi 18 bulan untuk menimbulkan kekebalan terhadap antigen penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3i). 
Jadwal Imunisasi Anak
sumber: Klinik Laktasi Surabaya

Imunisasi harus dilanjutkan dengan pemberian booster (ulangan) untuk mendapatkan kadar proteksi yang optimal. Jadi kalau tidak diberikan anak tersebut tidak memiliki kadar proteksi yang sama dibandingkan anak yang mendapatkan imunisasi. Imunisasi juga adalah bentuk ikhtiar "menjaga" anak.

Selain imunisasi dasar, ada juga anjuran pemberian PCV dan influenza, khususnya dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Vaksin influenza diberikan untuk pencegahan infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus influenza dan mencegah coinfeksi covid-19 dengan influenza yang bisa menjadi berat. Tetapi mengingat tidak semua bayi bisa mendapatkannya (kedua vaksin tersebut berbayar) sehingga hanya dianjurkan, tidak diwajibkan. 

Semua vaksin pada dasarnya PENTING. Akan tetapi belum semua vaksin diwajibkan pemerintah karena harganya cukup mahal sehingga belum bisa tercover semua oleh pemerintah. Tetapi jika memungkinkan sebaiknya diberikan. Untuk saat ini vaksin influenza dan PCV dianjurkan bila mampu dan tersedia.

Cara Melakukan Imunisasi di Tengah Pandemi
Di tengah pandemi seperti ini, sudah jadwalnya anak imunisasi, bagaimana sebaiknya?
1. Sebaiknya anak tetap dibawa untuk mendapatkan imunisasi, tapi tetap dengan prinsip social distancing, jaga jarak 1-2 meter antar pasien dan jauhi orang yang batik & pilek.
2. Pakai masker sepanjang berada di luar rumah.
2. Jika memungkinkan, buat janji terlebih dahulu sehingga tidak perlu menunggu lama (untum rumah sakit/klinik). Beberapa rumah sakit bahkan sudah memisahkan antara pasien sakit dan pasien sehat.
3. Orangtua (jika memungkinkan mengajak anak/bayi) melakukan self precaution dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun.
4. Jujurlah kepada petugas medis jika orangtua/anak memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid19 akan mendapatkan pelayanan sesuai prosedur dari Kemenkes.
5. Bagi anak yang sudah bisa berjalan harus dijaga agar tidak berjalan mondar-mandir di fasilitas kesehatan.


Bagaimana bila jadwal imunisasi mundur?

Apabila imunisasi terlambat dilakukan, efeknya kekebalan terhadap penyakit tidak optimal. Jadi sesegera mungkin harus dilakukan. Bagi yang terlambat imunisasi, bisa dimulai dengan imunisasi dasar bisa secara berurutan. Hanya untuk BCG akan dilakukan pemeriksaan tuberkulin tes terlebih dahulu.

Toleransi keterlambatan sampai 1 bulan. Sebenarnya dilihat kembali jenis vaksinnya sebab pada pemberian vaksin DPT yang hexavalen itu bisa sampai 2 bulan. Sebelum diberikan coba dikonsultasikan dengan DSA terlebih dahulu ya.

Beberapa imunisasi bisa diberikan meski terlambat, tergantung usia anak saat itu mana yang lebih diperlukan. Untuk saat ini sangat dianjurkan pemberian PCV dan influenza jika memungkinkan.

Contoh kasus:

Untuk kasus di atas, vaksin Rotarix tetap bisa diberikan kapan saja sebanyak 2x dengan interval 4 minggu, sebelum usia 6 bulan. Untuk PCV jika diberikan usia 3 bulan untuk jadwal selanjutnya juga akan disesuaikan dengan interval 4-8 minggu. 

Tidak masalah untuk tempat imunisasi berbeda, tetapi sebaiknya jenis/produk/nama vaksin yang diberikan harus dipastikan sama karena vaksin pentavalen (umumnya puskesmas memakai ini) dengan hexavalen berbeda isinya.


Tanya Jawab
1. Kapan maksimal pemberian vaksin IPV (imunisasi polio) ? Apa dampaknya ketika vaksin IPV telat diberikan? 
Jawab:
Sesegera mungkin minimal 1 kali pemberian IPV. Vaksin polio IPV diharapkan dapat memberikan kekebalan terhadap virus polio yang tidak ada dalam vaksin polio oral / tetes, pemberian diberikan bersamaan dengan DPT3. Jika terburuk, sampai usia 9 bulan belum mendapat IPV, tetap boleh tetap melakukan vaksin campak. Jika pada usia 9 bulan, sudah ready lagi vaksin IPVnya, boleh digabung pemberian IPV dan campak. Tidak ada kontraindikasi pemberian berbarengan di usia 9 bulan. Jika khawatir, bisa diberikan dengan selang dua minggu-an ya.


2. Apa benar jika bayi laki-laki disarankan utk vaksin MMR bukan MR?
Jawab: Ya lebih baik tapi sediaannya yang sekarang sudah sangat terbatas. Jika vaksin MMR tidak tersedia, bisa dibelikan vaksin MR.


3. Apakah aman memberikan vaksin bagi anak alergi telur?
Jawab: Pasien dengan alergi telur memang harus lebih hati-hati. Khusus yang mempunyai alergi berat terhadap telur dianjurkan tidak diberikan karena dikhawatirkan muncul reaksi anafilaksis setelah pemberian vaksin.



4. Jika anak tidak diberikan vaksin campak 2 diusia 18 bulan, apa dampaknya? 
Jawab: Booster (pengulangan) diperlukan untuk mencapai kadar optimal pencegahan penyakitnya, jadi sebaiknya diberikan. 


 5. Apa perbedaan imunisasi di posyandu dengan imunisasi di DSA?
Jawab: Beda variasi vaksinnya. Di posyandu merupakan program dari puskesmas milik pemerintah jadi yang tersedia hanya vaksin yang wajib saja dan bila ada kondisi permasalahan kesehatan pasien mereka pasti tetap merujuk ke DSA. Kalau di DSA (biasanya di rumah sakit) jenis vaksin lebih bervariasi dan beberapa kondisi pasien yang khusus harus ditangani oleh DSA ibu jadi lebih mudah konsultasinya.  


6. Mengenai vaksin palsu. Apakah dijamin keasliannya vaksin di faskes dari pemerintah?
Apakah imunisasi bisa gagal? Jika iya, bagaimana cirinya?
Jawab: Beberapa waktu lalu pemerintah sudah menetapkan daftar RS yang mendapatkan vaksin palsu. Sampai saat ini pendistribusian vaksin juga sudah dalam pengawasan sehingga tidak bisa dilakukan vaksinasi ditempat2 yang tidak direkomendasikan. Jika masih meragukan, bisa menanyakan secara langsung ke faskes yang dituju mengenai keaslian dari vaksin tersebut. Informasi tersebut adalah hak dari pasien/ keluarga pasien, jadi tidak masalah jina bertanya.

Imunisasi gagal bisa terjadi apabila target cakupan imunisasi tidak tercapai, tidak diberikan sesuai rekomendasi termasuk diantaranya jadwal, tidak lengkap. Hal ini bisa beresiko terhadap kegagalan terbentuknya kekebalan imunitas (dilihat masih tingginya angka infeksi).


7. Jikalau saya ingin menambahkan vaksin tambahan di usia anak 25 bulan, dimulai dr mana ya? 
Jawab: Imunisasi tambahan pcv, influenza, varicella, hepatitis A, typhoid bisa diberikan.


8. Apakah benar  vaksin MR bisa menyebabkan autis pada anak? 
Jawab: Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung pernyataan tersebut dan oleh WHO dan kemenkes tetap merekomendasikan pemberian MR


9. Apakah tidak apa vaksin dapat berbeda-beda produknya? Apakah anak masih perlu imunisasi IPV? Mengingat saat DPT3 sudah dapat imunisasi polio injeksi
Jawab:  Tidak masalah berbeda produk karena kondisi tertentu, tetapi sebaiknya memang pemberian produk yang sama. Untuk imunisasi IPV sudah diberikan dengan hexaxim tadi. Jangan lupa ya untuk pemberian imunisasi boosternya di usia 18 bulan.


10. Anak saya terlahir BBLR, apakah harus di imunisasi juga?
Jawab: Semua bayi tetap dianjurkan diimunisasi. BBLR bukan kontraindikasi sehingga tidak diberikan imunisasi. Untuk vaksin yang paling sering bikin demam seperti DPT baru diberikan saat usia 2 bulan, jadi tidak perlu kuatir. Sambil menaikkan bb juga sambil diberikan imunisasi supaya sehatnya optimal.


Disclaimer:
Postingan ini disarikan dari Kelas WhatsApp Imunisasi Anak yang diselenggarakan oleh Klinik Laktasi Surabaya dengan narasumber dr. Hapsari 


15 komentar:

  1. Nice tips mba, mau tidak mau anak tetap harus dibawa pergi vaksin ya dengan segala upaya mitigasi dari covid.

    BalasHapus
  2. Kalau di daerah rumah mpo. Posyandu dimanfaatkan untuk timbang badan dan vitamin A .Kalau suntik vaksin mereka lebih suka ke dokter Rumah sakit

    BalasHapus
  3. Nah ini sy lg bingung mba. Terakhir udah vaksin campak. Sama DSA dijadwalkan vaksin influenza di usia 1 th tp keburu karantina mandiri mau ke RS takut sayanya. Mksh buat pencerahan nya

    BalasHapus
  4. Saya saved kapan kapan bisa dibaca ulang. Selama ini kalau mau vaksin atau imunisasi cuma nunggu pengumuman informasi dari kader di desa saja.

    BalasHapus
  5. Ngomongin soal vaksin, yang saya tunggu-tunggu adalah vaksin covid19. Kapan ya ada vaksin virus ini?
    memang membawa anak untuk vaksinasi disaat pandemi sangat berisiko apalagi anak-anak yang sudah bisa berlarian kesana kemari.

    BalasHapus
  6. Tulisan yg bermanfaat mbak
    Jadi tahu bagaimana langkah imunisasi di era pandemi seperti ini...
    Tetap hrs imunisasi ya, namun memperhatikan protokol juga

    BalasHapus
  7. Penuh perjuangan nih ya, kalau punya bayi di zaman pandemi ini, bawaannya parno kalau mau imunisasi.
    Di hari biasa saja, saya kalau imunisasi di puskesmas, bawaannya suka parno karena banyak orang sakit, apalagi sekarang :(

    Tapi tetep semangat buat imunisasi :)

    BalasHapus
  8. Bisa juga janjian sama tenaga medisnya mbak. Usahakan gak vaksin ke RS sih kalau aku mungkin bisa ke bidan atau ke klinik semacam Rumah Vaksinasi gtu.
    Eh tapi ini bbrp RS deket rumah udah ada g melayani vaksinasi Drive thru mbak.

    BalasHapus
  9. Pada saat pandemi begini serba susah apalagi ada bayi mau ngontrol ini Dan itu yah

    BalasHapus
  10. Menurutku anak wajib banget di vaksin karna itu hak anak. Apalagi dalam keadaan seperti ini ya

    BalasHapus
  11. Beberapa hari lalu anakku abis vaksin DPT Polio dan HIB. Memang agak mengkhawatirkan tapi syukurlah runah sakit langganan kami sangat tanggap dan insya Allah menjamin keamanan untuk melaksanakan vaksin. Protokolnya lengkap banget, jadi gak was2 mau ngevaksin anak.

    BalasHapus
  12. yap beda variasi vaksin di posyandu dan di dokter. tapi walau di.posyandu saya, sudah cukup. untuk yg ulangan, kebetulan dulu gak ada stok di posyandu jadi saya ke puskesmas deh

    BalasHapus
  13. ke rumah sakit jaaman wabah gini memang ajdi ketakutan sendiri ya

    BalasHapus
  14. Walaupun sedang pandemi jangan sampai lupa sama jadwal imunisasi anak. Biar kesehatan anak tetap terjaga.

    BalasHapus