Berbagi Cerita, Ilmu Hingga Art Therapy di Grand Launching Buku Pulih

 

Pulih

Tahun beranjak tahun, kesehatan mental menjadi issue yang semakin naik di permukaan. Meskipun apa yang tampak adalah perumpaannya gunung es, hanya sebagian kecilnya saja.

Tak hanya itu, mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental pun tak sedikit yang memilih menutup mulut alih-alih meminta bantuan, dengan dalih khawatir dicap buruk atau bahkan gila! Ini sebuah kenyataan, bukan rangkaian fiksi belaka.


Ada pula yang merasa memiliki gangguan tapi memilih denial, menampik dengan beragam alasan. Padahal sekecil apapun gangguan kesehatan mental yang dialami, mencari bantuan adalah solusi yang tepat.

Sebelum melangkah lebih lanjut, aku mau me-rewind sebuah kisah viral yang terjadi beberapa tahun silam dimana seorang ibu membunuh ke-empat.

Setelah ditelusuri, diketahui bahwa sang ibu telah menderita mental illness sejak remaja. Dan ternyata motif utamanya adalah "saya bukan ibu yang baik", sebuah perasaan yang menekannya, menyesakkan hingga berhasil menghilangkan kesadarannya. Baru-baru ini juga diberitakan kasus seorang ibu membunuh kelima anaknya di sebuah flat di Ottawa Canada. Setelah membunuh anak-anaknya, sang ibupun melakukan upaya bunuh diri. 

Tidak, aku sedang tidak menakuti kalian semua bahkan diriku sendiri. Ini adalah sebuah refleksi bahwa  sungguh sebuah peristiwa nyata yang bisa menyerang siapa saja.

Pulih, Di Balik Layar
Beberapa bulan lalu, salah satu komunitas menulis yang kuikuti, ibu-Ibu Doyan membuka penerimaan kontributor proyek menulis buku bertema healing atau mental health di grup Facebook IIDN. Beragam komentar membanjiri postingan tersebut. Biasanya aku akan begitu bersemangat membaca postingan sejenis itu, tapi kali imi berbeda.

Aku passed.

Yang kupikirkan saat itu adalah aku tidak punya cerita berkaitan dengan kesehatan mental yang serius. Tapi kalau sekedar letupan emosi negatif mah tentu pernah :D

Hingga akhirnya, singkat cerita lahirlaj antologi terkait tema kesehatan mental tersebut. Berjudul PULIH. Bagaimana proses muncul ide membuat antologi ini?

"Berawal dari kebiasaan mengamati tulisan banyak orang dan mengisi kelas menulis. Kutemukan pada kita ada masalah terkait kesehatan mental, kadar sajalah yang berbeda." demikian cerita Mbak Widya, Ketua Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis.

Bicara soal isu mental health memang harus punya ilmunya. Tak hanya sarana menumpahkan cerita, lebih dari itu, para kontributor harus mendapatkan "sesuatu lebih".

Akhirnya IIDN menggandeng Ruang Pulih dan dr. Maria selaku psikiater sebagai konselor sekaligus pemberi masukan. Ruang Pulih sendiri merupakan ruang belajar dan konsultasi psikologi, khususnya bagi wanita dan anak. Ruang Pulih memfasilitasi individu untuk saling belajar, memberikan informasi, berbagi bersama serta meraih sukses bersama.

mental illness
(sumber: Ruang Pulih)


Mbak Widya mengaku, butuh kerja keras, waktu bahkan hingga emosi yang terkorbankan ketika menjalani proyek ini. Yang paling berat adalah ketika menyeleksi naskah para peserta dan mengkurasinya hingga terpilih para kontributor.  Jangan sampai buku Pulih ini hadir untuk memberikan bayang-bayang negatif terkait luka batin, innerchild, gangguan kesehatan mental dan lain sebagainya. Buku ini harus hadir sebagai oase bagi mereka yang membaca, khususnya sebagai sarana healing bagi mereka yang menulisnya.

Dalam perjalanan menysuun buku ini, para kontributor pun diberikan pendampingan dalam menyembuhkan luka batin melalui art therapy dan jurnal syukur. Menurut pengakuan salah satu kontributor, metode healing tersebut sangat berpengaruh pada dirinya, membuat dia lebih bisa mengendalikan diri.

Grand Launching Buku Pulih
Setelah beberapa pekan pasca pengumuman kontributor terpilih diadakanlah soft launching buku Pulih di grup Facebook IIDN sekaligus memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Sayang sekali aku melewatkan sesi ini padahal aku begitu tertarik dengan kisah di balik buku ini.
(sumber: Grup Facebook Ibu-ibu Doyan Nulis)


Tapi rupanya rezeki emang ngga kemana! Beberapa waktu setelah soft launching, IIDN menggelar Grand Launching Buku Pulih. Ya, pandemi tak menghalangi diadakannya Grand Launching, justru semakin ramai lantaran peserta berasal dari berbagai daerah.
Mental illness
(sumber: Grup Facebook IIDN)


Tak ingin sekadar grand launching, panitia benar-benar mampu melihat peluang. Beberapa rangkaian kegiatan dalam Grand Launching yang digelar pada hari Sabtu 17 Oktober 2020 lalu antara lain:
  • berbagi cerita di balik buku Pulih
  • gelar wicara dengan para ekspert
  • sesi art therapy

Wah, kelihatan seru, bukan?

By the way, sebenarnya grand launching ini dikhususkan bagi para kontributor dan pembeli buku Pulih. Namun alhamdulillah aku mendapatkan kesempatan mengikuti grand launching ini sebagai rekan blogger.

Narasumber yang hadir antara lain dr Maria Rini Indriati (Dokter Spesialisas Kesehatan Jiwa), Intan Maria Hakim S.Psi CH (Founder Ruang Pulih)  dan Widyanti Yuliandari MT (Blogger & Ketua Umum Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis).

Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itupun menuai banyak ilmu, inspirasi serta motivasi.

Berbagi Ilmu dengan Ahli
Manusia adalah makhluk sosial, yang sesuai kodratnya memerlukan orang lain untuk memberikan dan mendapatkan cinta dan perhatian, agar kesehatan jiwa tetap terjaga. Demikian dr Maria mengawali sesinya. dr Maria juga menyampaikan betapa pentingnya peran komunitas dalam kesehatan jiwa/mental. Dalam hal ini, komunitas bisa mengambil peran dalam hal ini, berkontribusi untuk mendukung kesehatan mental anggota-anggotanya. 

"Setiap orang berhak atas kesehatan jiwa dan raga, tanpa terkecuali." dr. Maria menekankan.

dr Maria memberikan pemaparan
(sumber: dokumen pribadi)


Sementara itu di sesi Mbak Intan, beliau mengungkapkan bahwa segala trauma bukanlah karena kesalahan diri kita, tetapi usaha untuk pulih dan bangkit kembali adalah tanggung jawab masing-masing. 

"Pada dasarnya penyelesaian dari setiap masalah sudah ada pada diri masing-masing, hanya seringkali hal itu 'kabur'. Di sinilah peran konselor atau pakar di bidangnya diperlukan untuk membantu meruntuhkan tabir yang selama ini dibangun dan menemukan solusi atas permasalahan kita." Mbak Intan memaparkan.

Tak sedikit orang memilih menutup diri dan menganggap semuanya baik-baik saja. Padahal kenyataannya emosi negatif kerap muncul dan tidak stabil. Itu merupakan bagian dari rasa traumanya. 

Sesi Art Therapy dengan Mewarnai Mandala
Oh ya sebelum sesi webinar berlangsung, para peserta diberikan lembar elektronik berisi gambar Mandala self love untuk diwarnai.
Ilustrasi Mandala Self Love
(sumber: Pinterest)


Kenapa harus Mandala? Kenapa harus diwarnai?

Pertanyaannya itu terjawab dalam sesi webinar, disampaikan oleh Mbak Intan bahwa mewarnai Mandala self-love ini bisa melatih kita untuk memiliki karakter mindfulness; hadir penuh dan sadar utuh. Mewarnai mandala self love juga membantu kita menciptakan jeda dari segala kesibukan yang ada serta mengekspresikan emosi kita dengan warna.

Mewarnai Mandala self love adalah salah satu bentuk art therapy, sebuah istilah yang mungkin masih asing di telinga sebagian besar orang. Art therapy adalah salah satu jenis terapi dari luka batin dengan membuat seni baik mewarnai, melukis atau sejenisnya. Awalnya terapi ini diperuntukkan bagi anak-anak, namun seiring berjalannya waktu diperuntukkan pula bagi orang dewasa dan manfaatnya begitu terasa.

Berbagi Cerita dengan Kontributor
Di kesempatan berbeda, Mbak Widya berbagi salah satu tulisan kontributor yang disadur dari pengalamannya sendiri. Tulisan itu berjudul My Children My Moodboosters. Yuk kita baca bersama!

Kenangan tentang suami..

Dey selamat ya, bukumu terbit lagi. Coba kalau kamu punya banyak waktu luang, pasti kamu sudah menjadi penulis terkenal.

Dey, terimakasih ya sudah menjadi ibu yang hebat. Kamu sabar sekali menghadapi anak-anak.

De, maafkan aku selalu merepotkanmu. Aku ingin sembuh, ngga mau sakit lagi.

De, terimakasih sudah sabar merawatku. Nanti kalau aku sudah sembuh, aku mau menemanimu jalan-jalan kemanapun lagi.

De, kenapa ngga jadi ambil S3-mu? Uangnya habis untuk terapiku ya?

De, terimakasih ya, sudah rajin memasak. Tetapi kalau kamu capek, beli saja, tidak usah masak lagi biar bisa istirahat.

Suara suamiku itu seolah-olah berbisik di telinga setiap malam selalu terngingang. Seringkali malam sudah larut, ttapi aku belum bisa memejamkan mataku. Terbayang tatapan matanya yang teduh dan semangatnya untuk segera sembuh.

Lalu rasa bersalah itu menghantam-hantam kepalaku, menyesakkan dadaku.

Aku tidak apa-apa capek, Mas. Aku tidak apa-apa kurus kering. Aku tidak apa-apa ngga nerbitin buku lagi. Aku ngga papa ngga jadi penulis terkenal. Aku ngga papa ngga sekolah S3. Aku ngga papa merawatmu sepanjang waktu, menemanimu berobat seumur hidupku. Aku ngga papa tetapi Mas jangan pergi.

Gimana? Tulisan di atas mengandung bawang ya? :')

Sebuah kisah nyata dari seorang ibu tunggal beranak empat yang ditinggal wafat suaminya beberapa tahun silam. Sebuah peristiwa yang menyayat jiwa dan mengganggu kesehatan mentalnya.

Setelah sekian lama terlarut, akhirnya beliau memilih bangkit dengan healing dan bergabung dalam komunitas. Syukurlah, perlahan jiwanya membaik.

Tentang Buku Pulih 
Buku Pulih bukan buku ratapan jiwa, mengutuk nasib. Buku Pulih bukan sekadar buku berkisah tentang usaha untuk dan ketika sudah pulih.

Ya, pulih dalam buku ini dimaknai sebagai pulih dari luka batin yang menganga jiwa.

Beberapa keunggulan buku Pulih antara lain:
  1. Diberikan pendampingan bagi kontributor yang masih dalam tahap pulih
  2. Bekerjasama dengan Ruang Pulih dan psikiater sebagai pendamping
  3. Ditulis dengan format tulisan pembelajaran dan inspiratif, bukan memberikan energi negatif

Terdapat 25 kontributor di dalamnya, dimana setiap kontributor menuliskan satu kisah, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Para kontributor juga dibagi dalam 2 kelompok; mereka yang sudah pulih dan yang belum. Bagi mereka yang belum pulih ini diberikan pendampingan oleh dr. Maria selaku (psikiater) dan Mbak Intan (konselor Ruang Pulih).

Oh ya, kesemua kontributor adalah perempuan. Selain karena alasan utamanya, ditujukan untuk komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, juga karena sebagainana yang kita ketahui bahwa umumnya perempuan lebih rentan terserang gangguan kesehatan mental dan lebih membutuhkan waktu lama untuk pulih.

mental illness
Testimoni Buku Pulih (1)
(sumber: dokumen pribadi)


Testimoni Buku Pulih (2)
(sumber: dokumen pribadi)


Berikut spesifikasi buku Pulih.

Judul: Pulih, Perjalanan Bangkit dari Masalah Kesehatan

Penulis: Ibu-ibu Doyan Nulis

Penerbit: Wonderland Publisher

Tahun Terbit: 2020

Pra pesan buku Pulih sudah ditutup beberapa pekan lalu. Eits, tapi jangan khawatir. Apabila kamu ketinggalan pra pesan tahap 1 dan ingin memiliki buku ini, kamu bisa mengikuti pra pesan tahap 2 yang berlangsung hingga 5 November 2020 mendatang.

Bagaimana caranya?

Silakan menghubungi kontak di poster berikut.

(sumber: Grup Facebook IIDN)

Tak hanya fiisik, mental pun harus dijaga. Sekalipun ia kasat mata. Tapi sekali ia terganggu, efeknya begitu terasa. Ketika hal itu terjadi, jangan ragu mencari bantuan.

Informasi selengkapnya seputar IIDN & Ruang Pulih:

Instagram IIDN : @ibuibudoyannulis

Instagram Ruang Pulih: @ruangpulih

Facebook IIDN: Ibu-ibu Doyan Nulis - Interaktif






34 komentar:

  1. Self healing ini cukup susah dilakukan sendiri. Ketika seseorang sedang terluka dan berada di titik terendah, ia butuh seseorang untuk memberinya bantuan tanpa disadari bahwa penolong terbesarnya adalah dirinya sendiri. Self-talk dan self love yang sering terabaikan, tertutup oleh kesedihan.

    BalasHapus
  2. Menulis memang bisa jadi sebuah terapi ya bagi yang memiliki tekanan yg tidak mudah dicurahkan kepada orang tertentu. dengan menulis sebagai self healing ternyata bukan cuma menyembuhkan diri sendiri, tetapi juga orang lain sebagai pembacanya

    BalasHapus
  3. Kereenn banget sih buku nya, klo tentang kesehatan mental gini suka penasaran deh. Jujur udh lama bnget ga baca buku jd ingin beli&baca" lagi deh

    BalasHapus
  4. Senang deh sekarang mulai banyak yang aware dengan kesehatan mental. Penasaran dengan kisah para kontributor dalam tahap pemulihan deh

    BalasHapus
  5. Keren banget konsepnya. Menulis sambil mengobati. Memang luka batin itu harus di sembuhkan ya kalau ngga bisa terbawa terus sampai kita dewasa pun.

    BalasHapus
  6. Keren banget konsepnya. Menulis sambil mengobati. Memang luka batin itu harus di sembuhkan ya kalau ngga bisa terbawa terus sampai kita dewasa pun.

    BalasHapus
  7. Aku semakin penasaran dengan buku Pulih ini. Hmm benar banget mbak, nggak hanya fisik tapi mental juga perlu di jaga. Apalagi kondisi seperti ini sangat rentan sekali.

    BalasHapus
  8. Sepakat dengan apa yang disampaikan Dr. Maria, "Setiap orang berhak atas kesehatan jiwa dan raga, tanpa terkecuali."
    Btw semoga buku ini bisa memberi manfaat luar biasa bagi pembacanya aamiin

    BalasHapus
  9. Mau bukunya mba, aku suka nih cerita tentang kesehatan mental gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi silakan order ke nomor d flyer ya Mbak. Aku ngga jualan.

      Hapus
  10. wah kesehatan mental, aku jg lg tertarik dg tema seperti ini mbak :) sedang besar-besarnya di eskplor ya :)

    BalasHapus
  11. Aku nggak sabar nunggu bukunya ada di tangan. Ikut grand launchingnya aja udah banyak pelajaran tentang kesehatan mental yang kudapat. Pasti isi bukunya juga inspirati nih.

    BalasHapus
  12. Ternyata kita di grup yang sama, Mbak :) sempet mau gabung nulis antologi ini. Tapi maju-mundur. Kayaknya mentalku mah masih bisa dikendalikan.

    BalasHapus
  13. Kita ada di grup yang sama ternyata. Bergabung di komunitas dan menulis adalah healing yang saya jalani sampai sekarang. Nggak berasa udah tiga tahun aja.

    BalasHapus
  14. Menarik banget nih bukunya mba , aku harus punya , thank you informasinya ya mba .

    BalasHapus
  15. Menulis jadi salah satu terapi, dan tulisannya dibukukan. Program yang sangat inspiratif.

    BalasHapus
  16. keren banget ya buku pulih ini. ternyata semakin banyak yg terbuka dan aware sama mental health ya

    BalasHapus
  17. Baru - baru ini saya nonton serial thriller YOU di Netflix. Inti ceritanya tentang psikopat yg punya trauma parah di masa kecil. Sayangnya kondisi mental yg hancur itu tidak dipulihkan semasa kanak2 hingga remaja. Saat dewasa, ia menghalalkan segala cara demi menjaga org yg dicintainya.
    Buku Pulih ini kurang lebih punya bahasan yang sama : kesehatan mental dan terapi memulihkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah.. di dunia nyata pun beneran ada ya Mbak.

      Hapus
  18. wah buku putih jd penasaran, makasih sharingnya sangat inspiratif

    BalasHapus