Chilling & Healing Bagi Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)

 



Penyakit kusta. Jujur aku ngga terlalu paham dan aware soal penyakit tersebut sampai akhirnya di bulan Juni lalu mengikuti talkshow seputar orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Tahu kah kalian bahwa mereka para OYPMK ternyata saat dan pasca sembuh pun tak sedikit yang mengalami diskriminasi. 

Bertambah-tambah, beberapa hari lalu aku mengikuti talkshow seputar OYPMK kembali. Tahukah  kalian bahwa mereka para OYPMK perlu yang namanya healing

Apakah healing yang dimaksud adalah plesiran, staycation atau sejenisnya? 


Adalah  Donna Swita, Executive Director Institute of Women Empowerment (IWE) dan Ardiansyah, seorang OYPMK dan Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia, yang berbagi di sesi talkshow bertema "Healing Chilling Bagi OYMPK" melalui kanal YouTube KBR ID. Kegiatan ini merupakan kerjasama KBR dan NLR Indonesia.



Sebelum membahas seputar healing dan chilling, talkshow dibuka dengan cerita dari  Ardiansyah yang mengalami stigma negatif, bahkan dari keluarganya sendiri, saat dan setelah sembuh dari kusta. 

Sebetulnya pada awalnya Ardiansyah merahasiakan penyakitnya dari keluarga dan menjalani pengobatan secara sembunyi-sembunyi. Namun di masa pengobatan, ternyata tubuhnya mengalami reaksi sehingga tidak dapat ditutupi dari keluarga. Alih-alih memberi dukungan positif, keluarga Ardi bereaksi sebaliknya. Terlebih ketika selesai rehabilitasi di rumah sakit, tekanan ia dirasakan di rumah, juga di lingkungan rumahnya.



“Saat menjalani rehabilitasi di rumah sakit, saya berjuang untuk tetap percaya diri. Namun setelah keluar dari rumah sakit, saya merasakan tekanan yang sangat besar ketika kembali ke keluarga dan masyarakat”, ungkap Ardi menerawang masa-masa itu.


Padahal dukungan dari orang terdekat akan membantu OYPMK kembali percaya diri dan melakukan kegiatan sehari-hari tanpa rasa minder.

Tidak mau terlarut dalam tekanan dan kesedihan, Ardi mencoba bangkit. Gayung bersambut, Ardiansyah bertemu dengan komunitas penderita kusta. Itulah titik balik Ardi terutama untuk bersosialisasi untuk mengembalikan kepercayaan dirinya.


Chilling - Healing Bagi OYPMK

Healing bagi OYPMK ternyata SANGAT PENTING. Tekanan dan diskriminasi perlakuan yang didapatkan secara negatif dari berbagai pihak tentu menyisakan trauma. Itulah yang menjadi healing dibutuhkan para OYPMK. 

Kembali ke pertanyaan di awal, apakah healing yang dimaksud adalah plesiran, staycation atau sejenisnya?

Penting mencari informasi yang benar terhadap healing. Banyak yang mengaitkan bahwa healing itu piknik atau sekedar liburan saja, padahal kenyataannya lebih dari itu. 



"Healing merupakan penyembuhan terutama pada psikis dan emosi seseorang. ealing berlaku untuk semuanya termasuk disabilitas dan OYPMK." Donna menjelaskan. "Healing juga merupakan proses menemukan nilai yang akhirnya tidak ada lagi dikriminatif, menghakimi diri sendiri dan dapat melepaskan beban mental atau psikologis yang selama ini terpendam. 


Ada lima dimensi tentang pemulihan atau penerimaan diri, menurut Donna, antara lain:

Dimensi Fisik

Berkaitan tentang apa yang dialami oleh fisik kita seperti kelelahan, kurang tidur, dan sebagainya.

Dimensi Psikis

Berbeda dengan fisik yang dapat dilihat dan diketahui dengan mata, psikis menyangkut apa yang dirasakan oleh jiwa kita.

Dimensi Mental

Berbeda dengan psikis, mental merupakan kondisi keadaan pikiran seseorang. Mental ternyata juga berkaitan dengan intelektual seseorang.

Dimensi Relasi

Berkaitan dengan hubungan  antara seseorang dengan keluarga, sahabat, dan masyarakat.

Dimensi Spiritual

Dimensi spiritual tidak melulu tentang agama saja, tapi juga batin dalam diri.

Dari kelima dimensi, maka seseorang dapat mengidentifikasi, mana yang perlu diberikan pemulihan, meskipun kelimanya saling berkaitan

Mungkin, saat ini banyak yang beranggapan healing haruslah sesuatu berbayar, padahal bisa dilakukan tanpa keluar uang banyak dan dilakukan dimana saja serta kapan saja.

Institute of Women Empowerment (IWE) sendiri mendefinisikan healing bukan berarti liburan melainkan tidak diskriminatif, tidak menghakimi, lebih mengenal diri sendiri dan melepaskan beban yang ada di diri. Dengan konsep tersebut maka yang harus diperbaiki terlebih dahulu adalah konsep berpikir.



Bicara soal healing, menurut Ardiansyah, baginya menulis adalah cara baginya untuk healing. Menulis dapat membantu proses penyembuhan luka batin dengan menumpahkan apa yang ia rasakan bisa membantunya untuk berproses pada penyembuhan dan penerimaan diri.

Ardiansyah sebagai orang yang pernah menderita kusta berpesan, bahwa yang pertama kali mesti dilakukan OYPMK adalah menerima bahwa ini adalah rencana Tuhan. Selanjutnya, dengan berhasil menerima, pikiran positif akan membekali diri untuk berani melangkah dan yakin bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya.

Setelah "selesai" dengan konsep healing, barulah menerapkan metode healing seperti menulis, meditasi, jurnaling, dan lainnya. Sebaiknya pilihlah metode healing yang paling nyaman dilakukan. 

Sebagai penutup, ada dua kesimpulan yang kudapatkan dari pemaparan para narasumber. 

Pertama, edukasi kepada masyarakat tentang kusta masih sangat perlu dilakukan mulai dari apa itu kista, gejalanya dan bagaimana pengobatannya. 

Kedua, edukasi tentang bagaimana penanganannya bila orang terdekat mengalami hingga mendampingi mereka. Pada akhirnya penderita tidak akan mengalami diskriminasi dan merasa dikucilkan.

Yuk kita dukung proses penyembuhan dan healing mereka, untuk kembali menjadi pribadi positif dan percaya diri seperti sebelumnya! 



0 komentar: