Waste Solution Hub, Harapan di Balik Tumpukan Sampah Menjadi Solusi Sosial & Lingkungan Bersama Teknologi

 



Apa yang umumnya dipikirkan masyarakat tentang kehidupan pemulung?

Tidak berarturan, jorok, tidak bersih dan beragam stigma negatif lainnya. Itulah tanggapan yang sebagian besar disampaikan maayarakat. Padahal pemulung harus diberdayakan untuk mengubah stigma negatif dan menaikkan taraf hidup mereka yang terpinggirkan dan termarjinalkan. Setidaknya itulah visi awal Siti Salamah, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 Kategori Kelompok.

Memulai "karier" pada tahun 2015 dengan mendirikan Taman Maghrib Mengaji, yang kemudian menjadi Rumah Pohon, Siti membantu anak pemulung mendapatkan pendidikan non-formal sekaligus spiritual yang berdampak baik pada karakter mereka.

Bertahun-tahun lamanya perempuan berusia 34 tahun ini mendedikasikan diri bagi ribuan pemulung di Jurang Mangu Timur, mulai dari pendidikan hingga pemberdayaan ekonomi.


Waste Solution Hub, Ketika Sosial, Lingkungan dan Teknologi Menjadi Solusi
Menurut data dari website Waste Solution Hub, secara global, sebanyak 2 miliar orang tidak memiliki akses ke layanan pengumpulan sampah dan 3 miliar orang tidak memiliki akses ke fasilitas pembuangan limbah yang terkendali. Padahal dengan meningkatnya populasi perkotaan yang terus meningkat  membuat geliat ekonomi menjadi berorientasi pada konsumen. Dampak buruknya, diperkirakan total sampah yang dihasilkan di dunia akan berlipat ganda dari hampir 2 miliar ton pada tahun 2016 menjadi sekitar 4 miliar ton pada tahun 2050.

Indonesia diperkirakan menghasilkan lebih dari 190.000 ton sampah setiap harinya, yang sebagian besar merupakan sampah organik. Plastik berjumlah sekitar 25.000 ton per hari yang setidaknya 20 persennya diyakini berakhir di sungai dan perairan pesisir. Setiap 20 menit, setara dengan 10 ton muatan truk plastik dibuang ke perairan di seluruh Indonesia. Selain itu, jumlah pemulung yang berlebihan ada di seluruh negeri. Persatuan 3,7 juta pemulung Indonesia. Penghasilan mereka bervariasi antara US$ 50-100per bulan, yang dianggap rendah dibandingkan dengan tingkat nasional.

Di Jakarta, sejumlah 7800 ton sampah dihasilkan setiap hari di Jakarta dan banyak komunitas pemulung yang hidup dalam kesedihan yang luar biasa.
(sumber: wastehub.id)

Lalu apa kaitannya data di atas dengan "pengabdian" Siti Salamah bagi pemulung?

Pertemuan Siti Salamah dengan Ranitya Nurlita (Lita) di sebuah kegiatan bertema United in Diversity pada 2017 silam adalah sebuah takdir yang akhirnya melahurkan kolaborasi untuk jadi solusi. Siti aktif memberdayakan para pemulung, sedangkan Lita memiliki concern pada isu lingkungan dan sampah.

Di tahun 2018, tepat setelah Lita pulang dari Amerika untuk sebuah program perturakan pemuda, Lita yang memang bermimpi dapat membangun tempat pengolahan sampah yang bersih, akhirnya mengajak Siti dan rekannya yang lain, Yusuf, untuk mendirikan Waste Solution Hub  (WasteHub), sebuah bisnis sosial yang berfokus pada pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban, dengan pendekatan sistem teknologi yang terintegrasi dan melibatkan multi pihak.



Waste Solution Hub atau WasteHub juga  memberdayakan kaum marjinal terutama pemulung dalam program layanannya serta memberi kesempatan kepada para pemulung untuk mendapatkan binaan dan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik. Dua dalam satu, Waste Solution Hub membantu para pemulung meningkatkan taraf hidup serta mengatasi permasalahan lingkungan terutama dalam pengelolaan sampah.

Model pengelolaannya dengan memotong proses menjadi lebih singkat. Jika selama ini sampah dari rumah diambil pemulung untuk diberikan ke lapak kemudian dijual ke tempat besar melewati empat hingga lima pengepul besar. Harga sampah plastik biasanya berkisar Rp 2.000 per kg. Sedangkan di industri besar bisa sampai Rp 5.000. Dengan proses yang dipersingkat, margin sebesar dua kali lipat ini bisa langsung masuk ke kantong para pemulung.

Waste Hub juga menawarkan jasa untuk pihak besar seperti perusahaan. Beberapa jasa yang ditawarkan antara lain
  • Waste Management Event and Cluster
  • Waste Pickers Intensive Training
  • Sustainability Consultant
  • PlasticHub (Prototyping)


Dan yang akan datang yaitu WasteHub Products, Food and Organic Recycling & Integrated Waste Management Facility.

Jatuh Bangun Waste Solution Hub

Tim Waste Hub Solution bisa dibilang hadir untuk saling melengkapi. Ranitya Nurlita memiliki bekal yang kuat dalam berbagai kampanye dan aktivitas lingkungan serta hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan sejak 2011. Mohammad Yusuf adalah seorang profesional muda dalam bidang manajemen keberlanjutan. Siti Salamah (Chief Operating Officer) adalah seorang pegiat sosial & pendidikan non formal bagi para pemulung. M. Arsad Aji Susanto (Chief Technology Officer) adalah seorang lulusan teknik informatika dengan spesialisasi pengembangan aplikasi seluler & full stack.

Tim Waste Hub


Sebagaimana start up pada umumnya, di awal perjalananya, Waste Hub Solution menggunakan dana urunan pribadi tim. Perlahan tapi pasti, Waste Hub Solution mulai mendapatkan profit melalui berbagai lomba dan juga penjualan jasa waste management service event.

Tantangan demi tantangan dihadapi oleh tim. Salah satunya soal manajemen SDM. Sesungguhnya saat itu anggota tim masih bekerja dengan dasar sukarela. Terlebih keempat anggotanya memiliki pekerjaan tetap dan baru bisa menangani pekerjaan untuk Waste Hub ini di luar jam kerja formal. Tentu waktu yang diberikan bisa dibilang "terbatas".

Tantangan berikutnya soal profit yang didapat baru sebatas untuk memutar uang operasional, sehingga belum bisa menggaji karyawan tambahan. Saat itu, untuk memenuhi kebutuhan manpower Waste Hub menggunakan sistem perekrutan relawan dan bekerja sama dengan Bakrie Center Foundation.

Waste Hub & SATU Indonesia Awards
Tiga tahun berjalan, Wate Hub semakin "settle". Di tahun ketiga berdirinya juga, Siti Salamah yang mewakili Waste Solution Hub mendapatkan penghargaan SATU indonesia Awards dari Astra. Satu hal yang berarti dan memotivasi tim dan relawan lainnya. Ini juga yang memotivasi Siti dan rekan-rekannya di WasteHub untuk melegalkan WasteHub menjadi badan usaha agar semakin banyak & mudah aksi kebaikan yang dapat dijalankan.



Sejumlah program pengelolaan sampah juga kegiatan aktivitas sosial untuk turut memperhatikan kehidupan para pemulung menjadi nilai tambah dan pembeda Waste Solution Hub. Program-program tersebut antara lain pengelolaan sampah event dan cluster perumahan yang dilakukan lewat proses end-to-end untuk menambah nilai berkelanjutan. Program ini juga melakukan pelatihan intensif pemulung agar bisa memberikan peluang tambahan dan keterampilan serta program konsultan keberlanjutan.

Hingga kini, Waste Solution Hub telah mengedukasi lebih dari 23.000 pengunjung, menangani lebih dari 10 proyek, memiliki lebih dari 60 orang relawan, mengelola lebih dari 2.400 kg sampah, memberdayakan lebih dari 1.200 pemulung, dan mendistribusikan 3.066 paket sembako bagi pemulung. Jumlah dana nilai tersebut tentunya diharapkan akan bertambah ke depannya.



Pada akhirnya Waste Hub berharap WasteHub bisa memberikan dampak yang lebih banyak serta meluas bagi Indonesia khususnya untuk lingkungan dan pemulung.

Dari setumpuk sampah yang dianggap tak berguna, nyatanya sangat berharga bagi mereka para pemulung. Dari setumpuk sampah yang terbuang, nyatanya punya harapan untuk Indonesia yang lebih baik khususnya dari sisi lingkungan dan kehidupan bumi.

Referensi:
https://www.viva.co.id/amp/vstory/teknologi-vstory/1208733-anak-muda-ini-kenalkan-solusi-untuk-permasalahan-sampah-dengan-teknologi
https://obligasi.id/dari-sampah-jadi-berkah-waste-solution-hub-sediakan-solusi-pengolahan-sampah-terintegrasi-199910.html
https://www.bundatraveler.com/pemulung-waste-solution-hub/

0 komentar: