Tampilkan postingan dengan label zero waste. Tampilkan semua postingan

Serat Daun Nanas Inovasi Alan Sahroni, Solusi Persampahan Sekaligus Mendatangkan Cuan

 




Buah nanas ternyata mendatangkan cuan bukan hanya lewat budidaya dan olahan buahnya, namun juga dari daun nanas yang notabene dianggap limbah. Bagaimana bisa? Siapa yang melakukannya? 

KBA Warakas 02 dan Kiprahnya di Pilar Lingkungan, Kesehatan, Pendidikan dan Kewirausahaan



Sejak lahir tinggal di Jakarta, meski empat beberapa tahun menetap di Depok, hingga saat menikah baru pindah ke Bogor sampai detik ini. Dihitung-hitung kurang lebih 17 tahun aku tinggal di Jakarta tepatnya di Jakarta Selatan. 


Semasa kecil, wilayah jangkauanku hanya sekitar Jakarta Selatan. Biarlah saat kuliah di daerah Jakarta Timur aku mulai merambah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Bagaimana dengan Jakarta Utara? Jujur, baru dua kali aku ke daerah sana tepatnya ke rumah  salah seorang teman di daerah Warakas. 

Daur Ulang Styrofoam, Upaya Perpanjang Manfaat dan Cegah Limbah ke TPA

 


Jauh sebelum mengenal gaya hidup minim sampah, aku “akrab” dengan pemakaian styrofoam saat jajan di luar. Aku tidak tahu bahwa bahaya, terlebih jika makanan dalam kondisi panas, mengintaiku! 

Inisiasi Yayasan Dunia Anak Alam Jadi Solusi Masalah Pendidikan, Lingkungan dan Finansial di Lombok

 


Terletak di lokasi strategis Lombok Tengah-Nusa Tenggara Barat, sekolah inovatif kami menempatkan siswa sebagai jantung pembelajaran. Merangkul keunikan setiap anak, kami mendorong rasa ingin tahu melalui eksplorasi yang dipimpin oleh anak. Berakar pada aktivitas berbasis alam, kami membina warga global yang penuh kasih dan percaya diri.


Itulah sekilas tentang Yayasan Anak Alam yang dibangun oleh Baiq Dewi Yuningsih. Rasa prihatin dan kepedulian terhadap pendidikan anak-anak di lingkungan sekitarnya,  Lombok dan Sumbawa, membuatnya tergerak mengadakan kelas belajar di salah satu ruangan rumahnya. Mulanya hanya tiga anak yang diajarnya, kemudian berkembang menjadi 30 anak hingga seluruh area rumahnya dijadikan rumah belajar yang diberi nama Anak Alam. 

Dumask Indonesia Berikan Solusi Nyata & Ramah Lingkungan Sampah Masker Medis





Kilas balik awal pandemi tahun 2024 lalu memang sangat tak terlupakan. Manusia-manusia di bumi “dipaksa” untuk beradaptasi dengan segala perubahan, mulai dari kebiasaan kesehatan hingga ke pendapatan, salah satunya dengan memakai masker. 


Masker menjadi yang sangat dicari pada masanya bahkan sampai menyebabkan harganya melonjak tajam. Masker, khususnya masker medis, juga yang menjadi penyumbang sampah terbesar. 

Magi Farm: Dari Sampah Makanan Jadi Solusi Berkelanjutan



Coba lihat produksi sampah harian kita, di antara anorganik dan organik, manakah yang paling banyak? 


Jika pertanyaan itu ditujukan kepadaku, maka jawabannya adalah organik. Sebut saja, sisa potongan sayuran, kulit buah, biji buah, kulit bawang dan lain sebagainya, semua termasuk dalam sampah organik. 


Memang, dari data yang aku baca, sampah organik menempat posisi top of mind untuk kategori sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia. Eits meskipun begitu pastikan kita bijak membuang sampah-sampah kita ya. Mulai dengan memilah dan menyetorkan ke tempat yang seharusnya; anorganik ke bank sampah dan organik dikompos/dimasukkan ke lubang biopori atau diberikan ke larva black soldier fly alias larva BSF.  Apa itu larva BSF? Lalat kah? Kok lalat bisa makan sampah organik? 

Benar atau Tidak, Oven Listrik Lebih Ramah Lingkungan?




Tata Boga. Apakah di sekolah kalian dulu ada ekstrakurikuler tersebut? Di SMP tempat aku belajar belasan tahun silam, ada. Bahkan itu menjadi mata pelajaran wajib. Tak puasa sekadar belajar di ruang kelas (padahal disertai praktik juga), aku juga mengambil ekstrakurikuler (ekskul) Tata Boga! 

Pilah Sampah, Dapat Cuan Bareng Plastic Pay



Plastik adalah kawan, tapi juga bisa jadi lawan. Awal mula terciptanya plastik memang adalah untuk memudahkan kehidupan manusia. Namun mengapa pada akhirnya justru manusia bermudah-mudah menggunakannya? 

Karbon Biru, Misi Membirukan Bumi



Bumi tidak sedang baik baik saja. Ulah manusia menjadi faktor terbesar yang menjadi penyebabnya. Lho kok bisa? 


Perubahan Iklim, Gas Rumah Kaca & Jejak Karbon 

Jejak karbon. Sebagian dari kita mungkin sudah tidak asing dengan istilah tersebut. Jejak karbon atau carbon footprint merupakan ukuran jumlah total dari karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya. 

KEPUL Solusi Ubah Sampah Daur Ulang Jadi Rupiah





Perjalananku hidup minim sampah dimulai sejak 2020. Praktik pertama yang kulakukan saat itu dan hingga saat ini adalah memilah sampah dan berhenti membakarnya. Perjalanan memikah sampah keluarga kecilku ditemani bank sampah yang berbeda-beda. Di awal kami menyetorkan ke bank sampah kantor. Namun karena baru rintisan sehingga kategori sampah yang diterima terbatas, kami beralih ke lembaga daur ulang lain. Saat itu bertahan hingga awal 2022 lembaga tersebut tidak lagi mengkaver domisiliku. Sedih banget rasanya :(

Rubah Kertas Inovasi Bisnis Ramah Lingkungan Solusi Atasi Sampah Kertas

 



Sebagian mungkin menganggap kertas adalah sampah organik karena terbuat dari bahan alami. Namun kenyataannya kertas merupakan sampah anorganik karena membutuhkan waktu yang lama untuk dapat diurai secara alami, berbeda dengan sampah sisa sayuran, buah dan makanan. 

Inovasi Kurangi Kemasan Sekali Pakai Melalui Refill Station Mas ECO

 






Tiga tahun lalu duniaku berubah. Semua berawal ketika aku melihat gunungan sampah di TPA sekaligus membaca artikel tentang bahayanya membakar sampah. Ya, duniaku berubah karena semenjak saat itu aku berusaha mengurang produksi sampah, sesederhana membawa wadah ketika membeli makan minum di luar, alih-alih memakai kemasan sekali pakai dari penjual dan membawa minum saat ke luar rumah alih-alih membeli air mineral dalam kemasan. 


Mungkin sekilas terlihat sepele. 

"Ah hanya satu kantong plastik."

"Ah, hanya satu kantong plastik kecil."

Kisah Arky Gilang Wahab Pembudidaya Maggot Untuk Atasi Sampah Organik Tanpa Sisa

 





Jika kalian rutin mmbaca berita mungkin akan menyadari bahwa salah satu berita yang viral akhir-akhir ini adalah soal TPA yang ditutup akinat kepenuhan maupun kebakaran, khususnya di daerah Jogja dan Bandung. Warga merasa "kelimpungan" dengan semakin menumpuknya sampah di rumah. Apalagi sampah tersebur dicampur antara organik dan anorganik. Akibatnya muncul hewan dan bau tak sedap  


Ternyata dampak TPA ditutup membuat kesadaran warga terhadap mengompos dan membiat lubang biopori; solusi mudsh mengelola sampah organik. Konten-konten terkaot pegelolaan sampah organik pun senakij ramai dicari. Para pegiat zero waste boleh berbangga hati. 

Aku Pemuda dan Peduli Perubahan Iklim; Ini Harapan dan Upayaku

 




Selama datang bulan Oktober! Bulan dimana normalnya musim penghujan sudah tiba sejak bulan Agustus-September, namun kenyataannya? Ya, kemarau masih berkepanjangan. Tak hanya di Jabodetabek namun merata di seluruh Indonesia. Satu pertanyaan yang langsung muncul di otakku; bumiku kenapa?? 


Apakah kalian juga punya pertanyaan yang sama?

"Lho, lho apa hubungannya kondisi bumi dengan kekeringan?!"

Kiprah Si Ratu Sampah Sekolah

 





Amilia Agustin, atau akrab disapa Ami adalah seorang perempuan asal Bandung yang juga alumni salah satu universitas di Bali. Ada yang unik dari perempuan ini. Sejak SMA ia mendapatkan julukan 'Ratu'. Eits bukan ratu pads umumnya, tepatnya Ratu Sampah Sekolah. 


Ya, julukan "Ratu Sampah Sekolah" didapatnya karena kepeduliannya terhadap masalah sampah dan lingkungan sejak duduk di bangku SMA. 

KBA Rawajati Oase & Inspirasi Bijak Kelola Sampah `di Ibukota Jakarta

 



Kehadiran kampung asri dan berseri di tengah padatnya kota Jakarta bagaikan sebuah oase. Adalah Kampung Berseri Astra (KBA) Rawajati yang berlokasi di Pancoran, Jakarta Selatan. Apakah teman-teman ada yang pernah tahu atau bahkan mengunjunginya?

Griya Luhu: Inovasi Pengelolaan Sampah Secara Digital dari Bali

 



Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat dalam "menyingkirkan" sampah mereka. Sebagian melakukannya dengan bijak, sebagian lainnya tidak. Contoh pengelolaan bijak adalah dengan memilah, daur ulang dan sejenisnya. Sementara yang kurang atau bahkan tidak bijak adalah membuang ke tanah terbuka hingga membakarnya. 


Padahal pengelolaan sampah pada dasarnya bukanlah keputusan suka-suka individu!

#UbahPerilaku Untuk Atasi & Cegah Dampak Perubahan Iklim Bersama Climate Institute



Kapan terakhir kali hujan turun di tempat tinggal kalian? Kemarin, lusa, pekan lalu, dua minggu lalu atau bahkan sebulan lalu? 


Di daerah tempat tinggalku sendiri hiujan tersakhir turun beberapa hari lalu setelah "libur" selama berminggu-minggu lamanya. Itupun intensitasnya ringan.


Semua ini berdampak pada kekeringan. Warga di sekitar tempat tinggalku benar-benar mengalami apa yang disebut kekeringan; air menyala dengan aliran sangat kecil sehingga membuat mereka harus mmgambil air dari lokasi lain atau bahkan membeli air. Sungguh miris. 


"Ah ini mah musin kemarau biasa. Indonesia kan emang punya musim kemarau.. "


Namun.. sadarkah kalian bahwa musin kemarau kali ini tuh terasa jauh lebih lama dan menantang? 

Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan Mulai dari Rumah

 

Beberapa tahun lalu, setiap kali mendengar berita tentang kebakaran hutan dan lahan, aku cenderung "tidak peduli". Mungkin hal ini karena rasa empat iki yang kurang, dan juga wilayah tempat tinggal lu yang notabene jauh dari kawasan hutan. Apakah kalian juga begitu? 

Tapi semenjak menerapkan hidup lebih ramah lingkungan di tahun 2020, aku tak lagi menutup telinga. Setidaknya empatiku muncul, seperti yang terjadi beberapa hari lalu. 

Saat itu aku membaca sebuah berita kebakaran lahan. 

Tapi... Apakah ada yang bisa dilakukan oleh manusia yang hidup jauh dari kawasan hutan untuk mencegah Karhutla? 

Nyatanya ADA! 

Waste Solution Hub, Harapan di Balik Tumpukan Sampah Menjadi Solusi Sosial & Lingkungan Bersama Teknologi

 



Apa yang umumnya dipikirkan masyarakat tentang kehidupan pemulung?

Tidak berarturan, jorok, tidak bersih dan beragam stigma negatif lainnya. Itulah tanggapan yang sebagian besar disampaikan maayarakat. Padahal pemulung harus diberdayakan untuk mengubah stigma negatif dan menaikkan taraf hidup mereka yang terpinggirkan dan termarjinalkan. Setidaknya itulah visi awal Siti Salamah, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 Kategori Kelompok.

Memulai "karier" pada tahun 2015 dengan mendirikan Taman Maghrib Mengaji, yang kemudian menjadi Rumah Pohon, Siti membantu anak pemulung mendapatkan pendidikan non-formal sekaligus spiritual yang berdampak baik pada karakter mereka.

Bertahun-tahun lamanya perempuan berusia 34 tahun ini mendedikasikan diri bagi ribuan pemulung di Jurang Mangu Timur, mulai dari pendidikan hingga pemberdayaan ekonomi.