Daur Ulang Styrofoam, Upaya Perpanjang Manfaat dan Cegah Limbah ke TPA

 


Jauh sebelum mengenal gaya hidup minim sampah, aku “akrab” dengan pemakaian styrofoam saat jajan di luar. Aku tidak tahu bahwa bahaya, terlebih jika makanan dalam kondisi panas, mengintaiku! 



Tentang Styrofoam dan Dampaknya Terhadap Lingkungan

Styrofoam adalah nama merek untuk polistirena yang diperluas (expanded polystyrene, EPS), bahan ringan yang sering digunakan untuk kemasan dan isolasi. Bahan ini terkenal karena sifatnya yang tahan air, insulatif, dan dapat mengapung, sehingga banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti:


  • Kemasan. Styrofoam sering digunakan untuk mengemas barang-barang yang mudah pecah karena kemampuannya menyerap guncangan.

  • Isolasi. Digunakan dalam bangunan untuk menjaga suhu, karena sifat insulatifnya yang baik.

  • Kerajinan dan dekorasi. Banyak digunakan dalam proyek kerajinan tangan dan dekorasi, seperti dalam pembuatan model.

Namun, styrofoam memiliki dampak lingkungan yang besar antara lain: 


1. Sampah Plastik

Styrofoam sulit terurai dan dapat bertahan di lingkungan selama ratusan tahun. Banyak styrofoam yang berakhir di tempat pembuangan sampah, mencemari tanah dan air.


2. Pencemaran Air

Potongan styrofoam yang terbuang bisa terbawa aliran air, mencemari sungai dan lautan. Ini berpotensi membahayakan kehidupan laut, karena hewan dapat menelan potongan styrofoam atau terjebak di dalamnya.


3. Produksi Energi Tinggi

Proses produksi styrofoam memerlukan energi yang tinggi dan melibatkan bahan kimia yang berpotensi berbahaya. Ini dapat berkontribusi pada emisi gas rumah kaca.


4. Kesulitan Didaur Ulang

Meskipun styrofoam dapat didaur ulang, hanya sedikit fasilitas yang mampu melakukannya secara efisien. Banyak tempat tidak memiliki infrastruktur untuk mendaur ulang styrofoam, sehingga lebih banyak yang terbuang.


5. Alternatif Berkelanjutan

Munculnya bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti karton atau bahan biodegradable, semakin mendorong perdebatan tentang penggunaan styrofoam.


Karena dampak-dampak ini, banyak negara dan kota telah menerapkan larangan atau pembatasan penggunaan styrofoam untuk mengurangi limbah plastik dan melindungi lingkungan.


Beberapa Solusi Daur Ulang Styrofoam

Daur ulang styrofoam (polistirena yang diperluas) adalah tantangan, tetapi ada beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi dampak lingkungan dan memanfaatkan kembali material ini:

1. Pengumpulan dan Pemisahan

Membentuk program pengumpulan styrofoam di tingkat komunitas. Ini dapat mencakup tempat pengumpulan khusus atau kerja sama dengan toko dan restoran yang menggunakan styrofoam.


2.Fasilitas Daur Ulang

Membangun atau memperluas fasilitas daur ulang yang dapat mengolah styrofoam. Beberapa teknologi modern dapat mengompres styrofoam menjadi blok yang lebih mudah diangkut dan didaur ulang.


3. Inovasi Produk

Menggunakan styrofoam daur ulang untuk membuat produk baru, seperti panel isolasi, bangunan, atau barang-barang kerajinan. Penelitian dan pengembangan dalam hal ini penting untuk menciptakan nilai tambah.


4. Pendidikan dan Kesadaran

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya daur ulang styrofoam dan cara melakukannya. Kampanye pendidikan dapat membantu masyarakat memahami dampak styrofoam dan cara mengelolanya dengan baik.

5. Alternatif Ramah Lingkungan

Mengganti penggunaan styrofoam dengan bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti karton atau bahan biodegradable, dalam kemasan dan produk lainnya.

6. Kerja Sama dengan Industri

 Mendorong produsen untuk mengambil kembali styrofoam bekas dan mendaur ulangnya sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan mereka.

Dengan kombinasi solusi ini, pengelolaan styrofoam dapat dilakukan dengan lebih efektif, membantu mengurangi limbah dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.


Inisiasi Budi Sugiarto Jadi Solusi Sampah Styrofoam

Kilas balik di tahun 2017, Budi Sugiarto bersama ayahnya mengumpulkan sampah styrofoam dari sungai hingga bibir pantai Pulau Rambut di Kepulauan Seribu. Hasilnya? Puluhan bahkan mungkin ratusan sampah styrofoam mereka dapatkan dalam karung-karung!  Tapi kebingungan melanda saat mereka akan membawa sampah styrofoam itu ke daratan. Solusinya, dia melelehkan styrofoam tersebut di lokasi. 

Tak berhenti sampai disitu. Setelahnya, Budi dan ayahnya berhasil memanfaatkan sampah styrofoam yang sudah dilelehkan tersebut menjadi pajangan, batako dan bahan lukisan timbul. Caranya, sampah styrofoam yang dilelehkan menggunakan bensin lalu tunggu hingga bensinnya menguap. Setelahnya, campur dengan warna dan bahan lain, seperti kertas koran, baru ditempelkan ke kanvas yang telah digariskan sketsa wajah atau objek lukis lainnya. Prosesnya tak bisa dibilang mudah karena perlu dilakukan berkali-kali. 


Surani, pelukis bermedia styrofoam 

sumber:koran jakarta / Peri Irawan


Banyak pelaku seni telah memanfaatkan bahan baku lukisan timbul yang dibuat oleh Budi. Sebagai juga digunakan untuk dekorasi kegiatan festival. Terhitung sudah ribuan karya lukis timbul dihasilkan yang rata-rata dijual dengan harga Rp5.000.000 hingga Rp20.000.000. Sebenarnya harga lukisan dasar ini hanya ratusan ribu saja. Namun, jika diinginkan menggunakan styrofoam harganya mencapai jutaan rupiah.


"Sudah 30 tahun ini, saya sudah mencoba 1001 cara mengolah styrofoam dengan berbagai campuran. Mulai kertas, kulit kelapa, beling, pasir dan lainnya. Sekarang, saya buat untuk lukisan. Sejak pak Joko Widodo masih Gubernur," kata ayah Budi, Surani, yang dikutip dalam suatu wawancara media. 

Budi dan ayahnya juga membangun Re-cycle Academy untuk memberikan pelatihan kepada mahasiswa atau warga yang ingin mendaur ulang sampah yang berlokasi di terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur. Terpajang beragam wajah tokoh kenamaan yang dilukisnya dengan styrofoam seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Jusuf Kalla, Imam Nahrowi, artis Krisna Murti, Sumarsono, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, dan lain sebagainya di dalam akademi tersebut.


Dalam proses pembuatan lukisan styrofoam itu, setiap objek yang akan dilukis, disketsa terlebih dahulu melalui aplikasi photoshop oleh Budi lalu objek itu dilukis dengan cat minyak sebagai dasarnya oleh sang ayah.

sumber: Linkedin Budi Sugiarto

Apa yang Budi lakukan mendapatkan apresiasi SATU Award dari PT. Astra International Tbk. kategori lingkungan di tahun 2017. Semoga proyek ini dapat terus berlanjut kedepannya juga menginspirasi pihak lainnya untuk turut berkontribusi menjaga bumi dengan bijak membuang (memilah) dan memanfaatkan kembali sampah. 


Referensi:

https://travel.kompas.com/read/2009/04/02/23161744/~Oase~Cakrawala


0 komentar: