Serat Daun Nanas Inovasi Alan Sahroni, Solusi Persampahan Sekaligus Mendatangkan Cuan

 




Buah nanas ternyata mendatangkan cuan bukan hanya lewat budidaya dan olahan buahnya, namun juga dari daun nanas yang notabene dianggap limbah. Bagaimana bisa? Siapa yang melakukannya? 



Alan Sahroni, salah satu pengusaha asal Subang di klaster bisnis nanas, berhasil memanfaatkan limbah daun nanas menjadi serat alami yang menjadi cikal bakal serat pembuatan kain. 



Bisnis klaster nanas menjadi salah satu program Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS) di bawah binaan PPIU (Programme Provincial Project Implementation Unit) Jawa Barat. Ya, program kerja sama antara International Fund For Agricultural Development (IFAD) dengan Kementerian Pertanian (Kementan) mulai memberlakukan sistem klaster agribisnis untuk memajukan perekonomian dan mempermudah perputaran roda bisnis petani muda di wilayah binaan.



Sudah sejak tahun 2013,ia menggeluti bisnis tersebut. Dengan modal awal Rp21juta, ia membuat pabrik kecil-kecilan dan membeli bahan baku dari petani. 





sumber: Instagram @alan_seratalfiber


Saat itu Alan mengaku belum banyak orang yang memanfaatkan daun nanas sehingga kompetitor pun masih jarang. Padahal potensi bahan baku sangat besar, mengingat Subang sebagai penghasil buah nanas. 


Pada awalnya Alan memulai usahanya secara pribadi. Seiring berjalannya waktu, permintaan pasar meningkat, selain menambah karyawan, Alan juga memanfaatkan potensi tanaman nanas dari hulu hingga ke hilir. 


Proses Awal Pengolahan Serat Daun Nanas

Pada dasarnya, menurut Alan, proses pembuatan daun nanas menjadi serat sebetulnya tidak terlalu sulit. 

Pertama-tama ia membeli daun nanas yang masih segar seharga Rp1.000 per kilogram (kg) dari para petani. Daun nanas tersebut disortir berdasarkan kualitas fisik dan panjang daun; mana yang panjang, mana yang pendek, dan mana yang rejected. Di Subang biasanya yang dibudidaya adalah nanas jenis smooth cayenne yang memenuhi syarat sebagai bahan baku. Daun jenis nanas ini yang relatif tidak berduri atau hanya sedikit berduri di bagian ujung. Ukurannya juga panjang-panjang.




sumber: Instagram @alan_seratalfiber



Setelah disortir, daun nanas akan diekstraksi menjadi serat menggunakan mesin decorticator. Oh ya, syaratnya panjang daun minimal 60 cm. Di tahap ini, serat daun nanas dengan daging daun nanas dipisahkan. Daging daun nanas masih tetap bisa dimanfaatkan untuk pupuk daun organik. 



Dari alam, kembali ke alam. Itulah prinsip Akan Sahroni. 



Selesai melalui proses ekstraksi, serat masih berwarna hijau dan kotor. Sehingga tahapan selanjutnya adalah proses pengerokan menggunakan kape dan pencucian menggunakan air biasa untuk menghilangkan warna hijau daun atau klorofil. Ya, Alan Sahroni masih mempercayakan pada metode tangan - tangan manusia.



Warna serat daun nanas menjadi lebih putih setelah dikerok dan dicuci. Tahap selanjutnya adalah menjemur serat pada batang-batang bambu di bawah sinar matahari. Jika cuaca cerah, proses pengeringan membutuhkan waktu 2-3 hari. 



Serat yang sudah kering akan berubah menjadi warna putih sempurna. Agar kualitas dan tekstur serat lebih halus dan rapi, dilakukan proses penyisiran. Proses ini juga untuk memisahkan sisa daun yang masih menempel. 



Barulah serat yang sudah disisir tadi dipintal menjadi benang serat daun nanas yang kemudian ditenun. Prosesnya, setiap helainya disambung menggunakan teknik sambung-tenun secara manual untuk menjadi benang serat daun nanas menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) hingga akhirnya menjadi kain daun nanas.




Alat Tenun Bukan Mesin

sumber: Instagram @alan_seratalfiber



ATBM yang digunakan sudah dimodifikasi secara khusus dengan mobilitas yang tinggi dan portable. Dengan dilengkapi dengan 8 kamran, membuat ATBM ini dapat membuat motif kain yang beraneka ragam. 



Pada akhirnya, daun nanas yang semula dianggap limbah kini berubah menjadi rupiah. Setidaknya keuntungan Rp10 juta—Rp15 juta per bulan didapatnya dari mengolah limbah daun nanas ini. Bagi kita yang awam mungkin proses ini terlihat rumit dan panjang, begitulah, selalu ada perjuangan untuk menghasilkan produk berkualitas. 



Alan tak bekerja sendiri, ia memberdayakan warga sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan yang lumayan besar. Mereka bekerja mulai dari tahap pemintalan dan seterusnya. 



Perkembangan Usaha Limbah Serat Daun Nanas Menjadi Bahan Tekstil

Program YESS yang diikuti Alan, memfasilitasi daerah tempat tinggalnya until membentuk P4S Al-Fiber yang memberikan pelatihan kepada anggota agar keterampilan yang kuasai dapat kita tularkan kepada teman-teman penerima manfaat YESS yang lainnya. 



Tak hanya di Indonesia, serat daun nanas yang diproduksinya mampu menembus pasar mancanegara seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang. Setidaknya sebanyak 1,5 ton total serat daun nanas diekspor. 


Hingga kini, Alan telah memiliki sekitar 15 karyawan. Alan menjadi salah satu pelopor pemanfaatan serat daun nanas menjadi bahan tekstil di Indonesia. Ia pun semakin sering diundang untuk memberikan pelatihan tentang pemanfaatan serat daun nanas di daerah lain. 



Pada tahun 2017 masyarakat di Subang maupun di daerah lain mengikuti jejak Alan. Alan tak menganggapnya sebagai ancaman melainkan justru peluang untuk mengembangkan usaha dengan memproduksi mesin dekortikator atau mesin penggiling daun nanas. 


Mesin dekortikator mini

sumber: Instagram @alan_seratalfiber



Di tahun 2023, Alan Sahroni mendapatkan anugerah SATU Indonesia Awards dari PT Internasional atas inovasinya tersebut, yang tak hanya menghasilkan cuan tapi juga menjaga lingkungan. Tak berhenti sampai di situ, di bulan Juli 2024, ia mendapatkan penghargaan Gold Winner kategori Best Local Hero di CID Upstream Award 2024 dari Pertamina Hulu Energi.


sumber: Instagram @alan_seratalfiber



Apa yang Alan lakukan dampaknya seperti efek domino. Berawal dari keresahan melihat daun annasa terbuang begitu saja, akhirnya muncul inovasi bernilai jual sekaligus berdampak lingkungan, yang juga membangun perekonomian warga sekitarnya. Tak hanya itu, prestasinya pun mulai ke mancanegara, membawa nama baik Indonesia, khususnya daerah Subang. 


Referensi

https://trubus.id/alan-sahroni-ubah-limbah-jadi-rupiah/

https://sokoguru.id/pertanian/petani-milenial-asal-subang-jabar-sukses-ekspor-serat-daun-nanas

https://radarbogor.jawapos.com/nasional/2474586115/produktif-petani-muda-subang-sukses-ekspor-serat-daun-nanas-ke-mancanegara

https://mediaindonesia.com/nusantara/652124/petani-milenial-asal-subang-ekspor-serat-daun-nanas-ke-mancanegara#google_vignette


0 komentar: