Griya Luhu: Inovasi Pengelolaan Sampah Secara Digital dari Bali

 



Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat dalam "menyingkirkan" sampah mereka. Sebagian melakukannya dengan bijak, sebagian lainnya tidak. Contoh pengelolaan bijak adalah dengan memilah, daur ulang dan sejenisnya. Sementara yang kurang atau bahkan tidak bijak adalah membuang ke tanah terbuka hingga membakarnya. 


Padahal pengelolaan sampah pada dasarnya bukanlah keputusan suka-suka individu!

Pemerintah telah mengatur sedemikian rupa dalam Undang-undang tentang langkah bijak mengelola sampah seperti pada  UU Nomor 18 Tahun 2008. Salah satu ayatnya berbunyi pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. 


Produksi sampah di Indonesia cukup mencengangkan dengan junlah rata-rata per hari adalah 0,76kg dan per tahun lebih dari 70 juta ton. Sayangnya sebagian besar sampah tersebut belum terkelola dengan baik; dibuang di TPA, dibuang di semnarang tempat, ditimbun dalam tanah (sampah anorganik) atau bahkan dibakar. 


Memilah sampah jadi hal yang seharusnya dilakukan setiap rumah tangga. Kehadiran bank sampah sangat dibutuhkan untuk mendkung proses pemilahan ini. Bank sampah adalah suatu sistem manajemen sampah kerung (anorganik) yang melibatkan penampungan, pemilahan, dan penyaluran oleh masyarakat serta memiliki buku rekening layaknya perbankan. Tercatat hingga tahun 2021, terdapat 11.556 unit bank sampah yang tersebar di seluruh Indonesia. 


Bank Sampah Induk Griya Luhu dari Bali

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu daerah di Provinsi Bali yang memiliki banyak bank sampah. Tercatat, terdapat lebih dari 100 bank sampah unit yang aktif beroperasi di setiap dusun. Salah satu pemeran utama dalam persebaran bank sampah di Kabupaten Gianyar adalah Bank Sampah Digital Griya Luhu. 




Adalah Ida Bagus Mandhara Brasika, pendiri Bank Sampah Induk (BSI) Griya Luhu. Inisiatif ini muncul begitu dirinya mengantongi gelar Master Teknologi Lingkungan dari Imperial College London, Inggria. 


Pada tahun 2017, kegelisahaan Gus Nara muncul saat melihat sampah tidak dikelola profesional dan bijak. Dari catatannya saat itu, sekitar 29% sampah di Bali yang belum terkelola berasal dari Gianyar. Ditambah semakin banyak orang mengklaim dan menjual isu sampah di destinasi wisata dunia ini hanya untuk sekedar mendapatkan popularitas dan pendanaan dari luar negeri.




Beliau merasa bahwa isu-isu sampah yang digaungkan hanya menyentuh daerah-daerah pariwisata seperti Kuta, Sanur, Ubud dan Nusa Dua. Daerah-daerah di luar kawasan wisata seperti diabaikan. Bahkan di kelurahannya yang masih dekat dengan Ubud. Jangankan memilah, untuk untuk membuang sampah masih kesulitan. 


Ia bermimpi membangun kesadaran pengelolaan sampah dengan teknologi digital. 


Awal mulanya didirikannya Griya Luhu atas dasar semangat komunitas dengan hanya digawangi oleh sekitar 10 orang lokal yang sebagian besar merupakan teman sekolahnya. 





Griya Luhu adalah sebuah ecopreneur yang memanfaatkan teknologi digital untuk mengubah perilaku dan kesadaran masyarakat untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Masyarakat tidak lagi dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek pendorong sistem pengelolaan sampah yang lebih baik.


Beberapa program Griya Luhu antara lain:


  • Edukasi Masyarakat 
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Pengelolaan Sampah Waste 
  • Pengumpulan Sampah
  • Magang (Internship) 
  • Sistem Digital 



Aplikasi Bank Sampah Digital Griya Luhu

Menyongsong era digitalisasi, Griya Luhu meluncurkan Griya Luhu App. Aplikasi ini sendiri merupakan aplikasi yang mempermudah pengelolaan sampah secara digital. Terdapat dua kategori Griya Luhu App sesuai penggunanya yaitu Griya Luhu Nasabah dsn Griya Luhu Kader. 


“Jadi ini adalah new normal of waste management. Jadi yang dulunya kita berpikiran mengurus sampah itu kotor, bau, jijik, orang yang miskin. Sekarang itu waktunya mengurus sampah itu sangat menyenangkan, modern dan maju,” ungkap Gus Nara di sebuah wawancara. 



Pada bank sampah digital, pencatatan dilakukan menggunakan aplikasi Griya Luhu. Total pemasukan nasabah otomatis terhitung oleh sistem sehingga pengurus bank sampah hanya perlu menimbang sampah. 




Dalam mempermudah pengelolaan data, terdapat beberapa fitur yang ditawarkan dalam Griya Luhu App di antaranya; 

  • Waste Identification dalam bentuk barcode. Sistem barcode memudahkan pengelola bank sampah untuk memasukkan data tabungan ke setiap akun nasabah. 
  • Waste Quality Control yang memiliki sistem rating bintang lima. Fitur ini sesuai dengan tujuan utama yaitu untuk melatih kemampuan memilah sampah, sehingga jika sampah dipilah dengan baik, maka akan mendapatkan bintang lima.
  • Waste Quantification, yang secara digital menghitung jumlah sampah yang masuk hingga dikalkulasikan dalam bentuk rupiah.
  • Waste Education, fitur ini menyediakan akses link ke website atau YouTube yang dirasa bisa memberi informasi tambahan mengenai pengelolaan sampah. 


Kehadiran Griya Luhu App ini memberikan banyak kemudahan dan manfaat antara lain: 

  • mempermudah proses rekap data sampah nasabah sehingga waktu, tensga dan biaya yang dikeluarkan lebih efisien
  • membantu pengolahan data sehingga data yang diterima bersifat reliable, akuntabel dan transparan. Transparansi ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya masyarakat terhadap Griya Luhu. 
  • meningkatkan tanggung jawab masyarakat terhadap sampah rumah tangga. 


Indikator kesuksesan program bank sampah digital Griya Luhu dapat diukur dari peningkatan jumlah sampah yang terkelola di masyarakat. Pada akhirnya akan terbentuk suatu siklus yang disebut circular economy;

  • Dari segi ekonomi, bank sampah digital menawarkan kemudahan dalam hal penyimpanan dan transparansi tabungan sampah nasabah. 
  • Dari segi sosial, masyarakat menjadi terbantu dengan kemajuan teknologi dan memiliki tekad untuk belajar lebih. Selain itu, keberadaan bank sampah juga membuka lapangan kerja baru. 
  • Dari segi lingkungan, bank sampah digital bisa menyediakan data produksi sampah hingga kemungkinan kebocoran sampah yang terjadi di masyarakat. Lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat. Selanjutnya, data sampah yang diperoleh bisa dijadikan rekomendasi dalam pembuatan kebijakan-kebijakan baru.




Tantangan yang Dihadapi

Griya Luhu mengalami beberapa tantangan khususnya sebelum aplikasi dibuat, yang dirasakan Gus Nara. Tiga bank sampah yang didampingi beliau di awal-awal, harus tutup karena dampak pandemi, sementara volume sampah terus meningkat.


Beliau juga mendapat penolakan saat membuat gudang pengelolaan sampah di Tulikup, Gianyar, karena dikira membuat lingkungan jadi tempat pembuangan akhir yang bau dan kotor. Tak menyerah begitu saja, ia mengontak temannya seorang programmer Gede Wiguna, untuk jadi tim teknologi informasi serta pengembang aplikasi Griya Luhu. Aplikasi Griya Luhu pun didaftarkan di Play Store pada Juni 2020.


Antusiasme Masyarakat Terhadap Griya Luhu & Prestasinya

Sepanjang tahun 2020, bank sampah digital Griya Luhu telah mengelola 4 ton sampah setiap bulannya. Di tahun 2021, peningkatan jumlah sampah terkelola menjadi 12 ton setiap bulannya. Hal ini sebenarnga bisa berarti dus hal; konsumsi masyarakat membesar atau kesadaran masyarakat memilah sampah semain tinggi. Griya Luhu mencoba mengambil asumsi kedua dengan terus memberikan edukasi mengurangi sampah. 


Keberadaan bank sampah membentuk pola pikir baru di masyarakat bahwa sampah memiliki kehidupan kedua yang bahkan bisa bermanfaat juga untuk masyarakat sendiri. Ide dan inivasi individu, peran aktif masyarakat harus ditunjang juga dengan komitment pelaksanaan regulasi dari pemerintah yang ada untuk mengatasi permasalahan sampah.


Di tahun 2021 mendapatkan penghargaan dari SATU Indonesia Award sebagai pemenang provinsi di bidang lingkungan. Yang terbaru di tahun 2023, Griya Luhu dinobatkan sebagai Bank Sampah Terbaik 3 tingkat Nasional.



 

Belum banyak bank sampah ataupun bank sampah induk yang menerapkan sistem digital ini. Saat ini jangkauan Griya Luhu di kawasan Gianyar terutama di sekitar gudang yang terletak di Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar, Gianyar. Semoga semakian berjalannya waktu, covered area Griya Luhu bertambah, juga bank sampah yang menerapkan aistem difitak turut bertambah. 




Bank Sampah Induk Griya Luhu

Jalan Merak, Beng, Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali 80513

 

Referensi: 

https://griyaluhu.org/home/

https://berandainspirasi.id/griya-luhu-rumah-digital-pengelolaan-sampah/

https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2022/02/06/aplikasi-bank-sampah-digital-ini-jadi-basis-data-lebih-15-ribu-warga-bali/amp/

https://www.nusabali.com/berita/84138/komunitas-griya-luhu-kelola-sampah-dalam-sistem-digital


Sumber Gambar:

Mongabay.com

Instgram @griyaluhu


0 komentar: