Papua Future Project: Dari Pulau Mansinam Untuk Pendidikan Papua Barat



Papua. Apa yang terbesit dalam benak kalian jika mendengar nama pulau tersebut? 

Sumber daya alam? Keindahan alamnya? Suku-suku pedalamannya? 

Selain itu semua, tak jarang kita kerap mendengar banyak sekali keterbatasan akses pendidikan di tanah Papua. Hal itu salah aatunya dikarenakan topografi pegunungan yang mengelilingi sehingga menghambat akses transportasi khususnya ke pulau-pulau di sekitarnya. 


Pulau Mansinam adalah sebuah pulau kecil di ujung timur Indonesia yang terletak 6 kilometer dari kota Manokwari, ibu kota Propinsi Papua Barat. Dianugerahi dengan kekayaan alam dan bahari, sebagian besar masyarakatnya mengandalkan kekayaan alamnya untuk keberlangsungan hidup. 


Bhrisco Jordy Dudi Padatu, seorang pemuda asal Papua yang menginginkan masa depan yang lebih cerah untuk tanah kelahirannya, menyaksikan sendiri bagaimana kondisi pendidikan disana; sekolah yang hanya berjalan dua jam sehari, kurangnya tenaga pendidik, sulitnya akses yang ditempuh, hingga jaringan internet yang tidak memadai. 



Terlebih di tahun 2020 saat pandemi mulai terjadi. Ia menjadi salah satu saksi betapa memprihatinkan kondisi pendidikan anak-anak di Papua, di saat di daerah lain anak-anak sudah memulai pembelajaran daring. 


Sungguh menyayat hati seorang Jordy melihat kenyataan merdeka belajar dan jangkauan literasi masih jauh dari anak-anak di tanah kelahirannya. 




Tentang Papua Future Project 

Berawal dari hal-hal di atas, Jordy menggagas Papua Future Project (PFP), sebuah komunitas berbasis proyek untuk memberikan pendidikan yang lebih inklusif untuk anak-anak asli Papua (indigenous people) di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), termasuk Pulau Mansinam.


PFP tidak hanya fokus mengajar anak-anak saja, tapi juga melatih tenaga pendidik lokal terkait pembelajaran holistik. Dalam operasionalnya, Jordy mengajak beberapa anak muda lainnya.


Program utama dalam Papua Future Project antara lain:

  • Bimbingan belajar intensif
  • Literasi buku dan literasi keliling
  • Kolaborasi dengan UNICEF Indonesia dan Kementerian Kesehatan. 

 


Untuk mempermudah mengukur tercapainya program belajar, PFP membagi siswa ke dalam beberapa kelas sesuai kemampuan belajarnya, yaitu:

  1. Kelas kecil: untuk anak-anak yang belum bisa membaca, menulis, dan berhitung
  2. Kelas menengah: untuk anak-anak yang sudah bisa membaca dan menulis
  3. Kelas besar: pembelajaran yang difokuskan untuk persiapan masuk ke sekolah lanjutan (SMA). 


Lahir, besar dan tumbuh di Papua selama 22 tahun terakhir, Jordy mengakui bangak tantangan pendidikan di daerahnya. Mulai dari terbatasnya akses pendidikan, profesionalisme guru, dan akses pendidikan yang kurang baik. Ketika ia menempuh pendidikan di perguruan tinggi selama tiga tahun, dan kembali lagi ke Papua, masih belum ada perubahan signifikan di bidang pendidikan.

Ya, Jordy adalah satu dari sedikit pemuda Papua yang beruntung meraih pendidikan tinggi. Di bulan Maret 2022 lalu, Jordy meraih gelar Bachelor of Arts dari President University. 


Sebelum-sebelumnya, ia juga berkesempatan bergabung dalam organisasi dan avara internasional. Salah satunya adalah terpilih sebagai Honorary Youth Ambassador Indonesia for New Zealand pada tahun 2017.

Kini, ia menjadi partner potensial UNICEF (United Nations Children's Fund) untuk Indonesia. Jordyterlibat langsung dalam pengembangan program-program kesehatan dan pembangunan kualitas anak di wilayah Papua. 


Pada awal pembentukan PFP, Jordy bekerja di sebuah restoran selama 2 hingga 3 bulan demi mendapatkan modal tambahan mengembangkan PFP. Padahal, waktu itu ia juga sedang sibuk belajar menyelesaikan studinya.


Kendala dan Tantangan 

Kembali ke Papua Future Project, tak sedikit kendala yang dialaminya. Salah satunya adalah sulitnya mengajak anak muda untuk menjadi relawan. Menurutnya, masih sedikit anak muda yang mau "terjun" tanpa dibayar untuk memajukan pendidikan di wilayah pedalaman Papua.


Ya, program yang sudah berjalan sekitar 3 tahun ini terkadang juga masih sering kesulitan mendapatkan tenaga pengajar muda yang mau konsisten untuk mengajar di Papua. Akses dan waktu menjadi alasan utamanya. 







Selain itu hingga saat ini, PFP belum memiliki donatur tetap. Hanya donatur online yang didapatkan dari media sosial. Hal ini tak bisa dianggap enteng, mengingat transportasi di Papua sangat mahal. Sementara untuk menjalankan PFP, ia harus menjangkau daerah-daerah pelosok.


Semua tantangan yang ada tak sedikit pun membuat langkah Jordy dan kawan-kawan PFP terhenti. Sebaliknha, membuatnya semakin terasah untuk mencari solusi-solusi. Saat ini, mereka juga sedang fokus menyusun program-program baru untuk keberlangsungan PFP ke depannya. 



PFP Mendapatkan Penghargaan

Berkat kegigihan dan ketulusan Jordy dan teman-teman PFP, komunitas berbasis proyek ini mendapatkan penghargaan Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Award ke-13 di bidang pendidikan pada tahun 2022.






Setelahnya, PFP berhasil menjangkau 14 kampung di wilayah Papua Barat dan Papua Barat Daya. Total, ada sekitar 8 Kabupaten Kota dan juga ada sekitar 725 anak yang sudah mendapatkan hasil dari program-program yang diadakan Papua Future Project.



Papua Future Project berharap dapat memperluas target literasi hingga 100 kampung pada tahun 2025 nanti. Tak tanggung-tanggung, Jordy berupaya menjadikan komunitas literasi ini menjadi sebuah lembaga. Papua Future Project diharapkan dapat memberikan dampak yang baik demi masa depan yang lebih cerah di Papua Barat dan menjadi ladang bagi anak-anak muda untuk dapat berpartisipasi di bidang pendidikan & literasi. Bermula dari Pulau Mansinam, untuk Papua Barat dan Indonesia. 


Referensi:

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/08/29/wujudkan-masa-depan-yang-lebih-cerah-di-papua-barat-melalui-pendidikan

https://www.idntimes.com/life/inspiration/dwi-wahyu-intani/papua-future-project-membangun-negeri-c1c2

https://sohib.indonesiabaik.id/article/papua-future-project-asa-bagi-anak-papua-0kUth

0 komentar: