Kilas balik awal pandemi tahun 2024 lalu memang sangat tak terlupakan. Manusia-manusia di bumi “dipaksa” untuk beradaptasi dengan segala perubahan, mulai dari kebiasaan kesehatan hingga ke pendapatan, salah satunya dengan memakai masker.
Masker menjadi yang sangat dicari pada masanya bahkan sampai menyebabkan harganya melonjak tajam. Masker, khususnya masker medis, juga yang menjadi penyumbang sampah terbesar.
Masker medis sendiri terbuat dari bahan non-woven (serat polipropilena), yang tidak mudah terurai di lingkungan. Data dari situs BBC menyatakan banyak penduduk dunia memakai 129 miliar masker dan 65 miliar sarung tangan plastik sekali pakai setiap bulannya selama pandemi Covid-19. Sampah masker dan sarung tangan menjadi kategori terbesar setelah sampah plastik.
Beberapa masalah terkait sampah masker medis meliputi:
1. Pencemaran Lingkungan
Masker medis yang dibuang sembarangan bisa mencemari lingkungan karena butuh waktu lama untuk terurai. Mereka juga dapat memasuki lautan, mengancam ekosistem laut.
2. Penyebaran Infeksi
Masker bekas pakai dapat mengandung virus atau bakteri berbahaya. Jika tidak dibuang atau diolah dengan benar, ada resiko penyebaran penyakit.
3. Membahayakan Ekosistem dan Fauna
Banyak kasus di lapangan bila masker bekas yang dibuang sembarangan dan tidak secara bijak bisa menjerat hewan-hewan seperti burung dan penyu yang berujung pada kematian.
Ya, masker medis tergolong limbah medis yang harus dikelola dengan cara khusus, seperti menggunakan fasilitas pembakaran limbah atau daur ulang yang aman. Maka dari itu diperlukan peran dari masyarakat selalu konsumen untuk bijak membuangnya.
Sejak awal pandemi, dibarengi juga dengan “hijrahnya” aku ke gaya hidup ramah lingkungan. Tidak hanya soal mengurangi konsumsi atau mencegah sampah tapi juga memikirkan bagaimana cara bijak membuangnya; memilah dan menyalurkan ke lembaga daur ulang.
Jika sampah-sampah lain bisa diterima di bank sampah, lain haknya dengan sampah masker medis. Setiap harinya aku mencuci sampah-sampah masker medis keluarga. Setelah dikeringkan lalu disimpan di wadah tertutup.
Lantas.. Kemana harus bijak membuangnya?
Hingga akhirnya di tahun 2021, saat sedang berselancar di Instagram, aku menemukan dropbox penerima sampah masker medis bernama Dumask. Lokasinya ada di Yogyakarta tapi menerima kiriman dari luar. Tanpa babibu aku langsung mengirimkan sampah masker medis secara berkala kesana.
Dumask.id® Proyek Daur Ulang Sampah Masker Medis
Berangkat dari keprihatinan terhadap permasalahan sampah masker dan sarung tangan medis, Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Sebelas Maret pada akhirnya membuat program berupa sistem pengelolaan yang diberi nama Dumask (Dropbox-Used Mask).
Gambar . Logo Dumask
sumber: Dumask
Dumask hadir dengan tujuan khusus untuk menyediakan jalur pembuangan masker dan sarung tangan bekas dari masyarakat umum yang aman dan ramah lingkungan. Ya, boks Dumas bukan untuk limbah medis dari fasilitas kesehatan, melainkan masyarakat umum. Proyek Dumask didanai oleh Program Penelitian Kolaborasi Indonesia (PPKI). Proyek ini dipegang oleh Prof. Chandra Wahyu Purnomo, S.T., M.E., M.Eng., D.Eng. selaku dosen Teknik Kimia UGM yang juga pimpinan proyek, Prof. Dr. Prabang Setyono S. Si. , M. Si. selaku dosen UNS yang bertugas membuat website dumask, menentukan titik lokasi, dan melakukan pengenalan, Dr. Eng. Pandji Prawisudha, ST., MT selaku dosen ITB yang bertugas membuat mesin pirolisis serta Ilham Zulfa sebagai asisten Pak Chandra untuk melakukan riset tentang proyek Dumask.
Proyek dimulai pada April 2021 dengan pengumpulan, limbah masker dan sarung tangan menggunakan boks, serta pembuatan aplikasi untuk memantau dropbox dan alat pembakarnya.
Dropbox diletakkan di beberapa lokasi pertama kali pada April 2021. Pada awalnya ada 16 titik dropbox di Yogyakarta dan dua titik di Solo. Peletakkan boks bekerjasama dengan beberapa pihak yaitu Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Janabadra, Politeknik ATK, Balaikota Yogyakarta, Bank Mandiri UGM, Teknik Kimia UGM, Gedung Pusat UGM dan Universitas Proklamasi 45.
Gambar 2. Penempatan Dropbox di area peemrintahan
.
Gambar 3. Penempatan dropbox di lobi kampus
Gambar 4, 5 &6. Penempatan dropbox di berbagai lokasi
Sistem Kerja Dumask
Satu boks volume 30 liter dapat menampung 2,5 kg masker atau sekitar 750 buah masker. Jika boks sudah penuh, akan muncul notifikasi di aplikasi dan website. Pengecekan juga dilakukan setiap dua minggu di titik titik lokasi
Gambar 7. Sampah masker yang terkumpul
Selanjutnya, petugas akan datang dan mengambil boks tersebut. Boks akan disegel dan dihancurkan dengan teknologi termal yaitu pirolisis dan insinerator hingga menghasilkan residu arang. Rumah Inovasi Daur Ulang (RINDU) di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM menjadi pusat pengolahan dan pengembangan teknologi sampah dan limbah.
Gambar 8. Alat pirolisis untuk menghancurkan masker bekas
Setiap bulannya, berat sampah masker yang terkumpul di-update di website.
Gambar 9. Website Dumask Indonesia
Dropbox terdiri dari boks yang terbuat dari karton dan dudukan box yang terbuat dari stainless steel dilengkapi dengan alkohol hand sanitizer untuk mensterilkan tangan.
harga box = Rp 85.000 / pcs
Bahan untuk membuat boks Dumask adalah boks karton dan tempat stainles steel. Biaya per boks karton karena masih skala kecil menghabiskan biaya 50 ribu rupiah. Harga ini tentu akan berbeda jika diproduksi secara massal dan harga akan jauh lebih murah.
Kendala yang dihadapi saat itu adalah sulitnya mencari industri pembuat boks customized karton berkapasitas besar yang custom kapasitas besar di Yogya. Kesulitan lainnya yaitu mengajak masyarakat untuk membuang sampah, utamanya masker dan sarung tangan ke ke dropboks yang telah disediakan.
Antusiasme Netizen & Masyarakat Luar Jogja
Sejak awal kehadirannya, Dumask juga melakukan sosialisasi lewat Instagram. Tak disangka, sosialisasi lewat Instagram “pecah telur” yang membuat jumlah pengikutnya meningkat tajam.i
wwddg
Gambar 10. Instagram Dumask Indonesia
Sejak saat itu, Dumask tak hanya menerima sampah masker dari Jogja dan Solo namun juga dari luar kota, seperti Kalimantan, Sulawesi, Medan, dan lain sebagainya.
Gambar 11. Sampah masker yang dikirim dari luar kota Yogyakarta
“Saya ingat betul, ada yang mengirim dari Sumatera yang ketika saya cek di resinya ongkirnya itu 200 ribu padahal beliau hanya kirim 1 kg.” ujar Ilham.
Hal ini membuktikan kepedulian netizen terhadap sampah masker yang memang jadi kecemasan masyarakat.
Akhir Proyek & Perubahan Model Bisnis
Sebenarnya proyek Dumask sendiri memiliki masa akhir pendanaan pada Desember 2021. Hal ini juga lantaran jurnal penelitian tidak tercapai jadi project berakhir, namun tak disangka animo masyarakat terhadap pengelolaan sampah masker lewat Dumask terus berlanjut.
Akhirnya tim Dumask Indonesia yang saat itu dilanjutkan sendiri oleh Ilham Zulfa mengubah konsep menjadi model bisnis. Yang semula tidak dikenakan biaya pengelolaan, karena memang ditanggung oleh pendanaan PPKI, akhirnya mulai dikenakan biaya. Model bisnisnya dengan pembelian dropboks, berupa kotak karton atau trash bag dengan harga Rp32.000 - Rp85.000 dapat memuat hingga 500 masker. Harga yang dikenakan sudah termasuk biaya olahnya. Jika Dropbox sudah terisi penuh, masyarakat dipersilahkan mengirimkan ke tim Dumask melalui ekspedisi ataupun langsung.
Gambar 12. Trash bag dumask untuk menampung sampah masker
Di tahun 2022, Ilham melakukan riset mandiri untuk pengembangan hasil olahan sampah masker. Dari riset tersebut, Ilham berhasil menjadikan sampah masker menjadi papan partikel. Caranya dengan sterilisasi masker, dikeringkan, dicacah, kemudian dilelehkan untuk dicetak menjadi papan. Papan tersebut akan dibuat menjadi bangku.
Gambar 13. Papan hasil cacahan, lelehan dan pembekuan dari masker
Jogja Life Cycle adalah nama “brand” yang menghasilkan dan mendistribusikan penjualannya. Namun Ilham tak sendiri, ia mulai merekrut beberapa pegawai, meski dirinya juga ikut turun lapangan.
Sejak saat itu konsep pengelolaan sampah masker yang semula berupa waste-to-energy, bertambah opsi menjadi waste-to-material. Karena keterbatasan SDM, produk yang dihasilkan pun dijual dengan jumlah terbatas dan hanya bisa dipesan melalui Instagram dan Whatsapp.
Gambar 14. Kursi yang terbuat dari sampah masker medis
Penyesuaian Dumask Indonesia
Di tahun 2023 pemakai sampah masker menurun, beriringan dengan status pandemi yang perlahan berakhir. Melihat kondisi ini, Ilham dan tim memutuskan untuk akhirnya juga menerima sampah plastik residu, kategori sampah yang rasa-rasanya banyak ditolak bank sampaSeiring berjalannya waktu, Ilham menyadari bahwa pengelolaan sampah dengan sistem waste to material tidak efektif karena keterbatasan jumlah sampah yang diterima jauh dari yang dibutuhkan. Akhirnya Ilham mengganti bahan baku sampah masker menjadi menjadi tutup botol sampo simbol HDPE. Dari bahannya pun, sampah ini lebih kokoh dibandingkan masker yang lebih rapuh dan tidak efisien. Hal ini karena sampah 1 kg masker dan sampah 1 kg tutup botol sampo densitasnya berbeda sehingga papan yang dihasilkan dari bahan masker membutuhkan waktu dua kali lipat daripada waktu proses produksi dengan papan yang di produksi dari tutup botol (HDPE).Sejak saat itu dan hingga detik ini, penerimaan sampah masker diberhentikan sementara karena fokus mengembangkan waste to material dari bahan yang lebih kokoh. Sampah tutup botol yang menjadi bahan baku didapat dari hasil kerjasama dengan beberapa bank sampah. Ha, Ilham dan tim membeli sampah tersebut namun Ilham mengaku sangat membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berdonasi sampah tersebut. “Kemungkinan kami masih akan menerima sampah masker dan sampah residu jika nanti sudah ketemu tempat baru.” ungkap Ilham Zulfa.
Apa yang dilakukan oleh tim dosen dan Ilham Zulfa lewat Dumask Indonesia & Jogja Life Cycle penting untuk didukung. Meningkatkan kesadaran bijak membuang salah masker perlu terus diupayakan, dijaga dan ditularkan. Karena sampah tak menghilang sendiri. Karena samoah kita adalah tanggung jawab kita.
Di tahun 2023, Dumask Indonesia mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional.
Referensi:
https://dumask.id/
https://ugm.ac.id/id/berita/21081-dumask-solusi-sampah-masker-dan-sarung-tangan-di-tengah-pandemi/
Wawancara dengan Ilham Zulfa
Sumber Gambar:
Dumask (Ilham Zulfa)
0 komentar: