Semasa mahasiswa dulu, menjelajahi pelosok negeri adalah hal yang suka dan tak jarang kulakukan. Mulai dari Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur hingga Sulawesi aku datangi walau masih berstatus mahasiswa, untuk mengabdi, walau hanya 3-14 hari. Dari kegiatan tersebut, wawasan kita tentang kondisi pendidikan dan suku-suku di pedalaman semakin meluas.
Jika pengabdianku hanya hitungan hari, lain halnya dengan orang-orang yang memang sengaja mendedikasikan dirinya. Tak hanya hitungan bukan bahkan bertahun-tahun. Salah satunya adalah Ebib Sandiri, seorang pemuda asal Sumatera.
Suku Talang Mamak adalah kelompok masyarakat yang ditujunya.
Tentang Suku Talang Mamak
Suku Talang Mamak adalah salah satu suku asli yang mendiami wilayah Provinsi Riau, Indonesia, khususnya di daerah Indragiri Hulu. Suku ini termasuk dalam kelompok masyarakat adat yang memiliki kebudayaan, adat istiadat, serta cara hidup yang khas dan berbeda dari masyarakat modern pada umumnya.
Suku Talang Mamak diperkirakan sudah ada di wilayah Sumatera sejak ratusan tahun lalu. Mereka adalah salah satu kelompok masyarakat adat yang tetap mempertahankan cara hidup tradisional dan hubungan yang erat dengan alam. Nama "Talang Mamak" sendiri merujuk pada "Talang" yang berarti perkampungan di dataran tinggi, dan "Mamak" yang mengacu pada kepala suku atau tokoh masyarakat yang dihormati.
Mayoritas masyarakat Talang Mamak masih menjalani kehidupan yang sangat bergantung pada alam. Mereka hidup dari bertani, berburu, dan meramu hasil hutan. Kebun karet dan kebun kopi adalah sumber penghidupan utama bagi mereka, di samping hasil hutan non-kayu seperti rotan dan kayu.
Sistem pertanian mereka masih tradisional, dengan teknik yang ramah lingkungan seperti ladang berpindah. Selain itu, mereka juga menjalin hubungan spiritual dengan hutan, di mana alam memiliki peran penting dalam kehidupan spiritual mereka.
Panen Ladang Suku Talang Mamak
sumber: infopublik.id
Suku Talang Mamak masih memegang teguh adat dan tradisi nenek moyang mereka. Mereka memiliki hukum adat yang mengatur berbagai aspek kehidupan, termasuk pernikahan, warisan, dan penyelesaian konflik. Suku ini juga memiliki kepercayaan animisme yang kuat, meskipun sebagian dari mereka telah menerima agama-agama lain seperti Islam.
Mereka juga memiliki ritual-ritual tradisional yang berkaitan dengan siklus hidup manusia, seperti upacara kelahiran, pernikahan, dan kematian. Salah satu upacara yang terkenal adalah upacara mendirikan rumah baru, yang dianggap sebagai momen sakral dalam kehidupan masyarakat Talang Mamak.
sumber: Sofiah Ruhul
sumber: Sofiah Ruhul
Suku Talang Mamak menghadapi berbagai tantangan, terutama dari modernisasi, deforestasi, dan ekspansi perkebunan kelapa sawit. Keberadaan hutan yang semakin menyempit mengancam cara hidup mereka yang bergantung pada hutan. Selain itu, pengaruh dari luar yang masuk, termasuk dari pemerintah dan perusahaan, sering kali mengancam keberlangsungan adat istiadat mereka.
Suku Talang Mamak adalah contoh bagaimana masyarakat adat di Indonesia terus berjuang untuk mempertahankan identitas budaya mereka di tengah tekanan modernisasi.
Dedikasi Guru Ebib untuk Pendidikan Suku Talang Mamak
Pada akhir tahun 2018 Dompet Dhuafa Riau membangun sekolah untuk anak-anak Suku Talang Mamak di Kampung Baru Lokal Jauh, Dusun Talang Tanjung Kampung Muaro, Desa Siambul, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Beberapa SDM guru dikirimkan agar anak-anak Suku Talang Mamak bisa mengenyam pendidikan dengan layam. Hal ini adalah komitmen Dompet Dhuafa terus berupaya mewujudkan merdeka belajar yang merata hingga ke pedalaman Riau.
sumber: Redovan Jamil/Dompet Dhuafa Riau
Guru Ebib adalah salah satu guru yang mengabdi untuk suku Talang Mamak sejak tahun 2019. Guru Ebib mendedikasikan dirinya menjadi guru di SDN 016 Kampung Baru Lokal Jauh, Dusun Talang Tanjung Kampung Muaro, Desa Siambul, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
sumber: Dompet Dhuafa Riau
Di tahun 2021, dedikasi yang dilakukan Guru Ebib dan teman-teman berhasil menerima apresiasi Satu Indonesia Award 2021 tingkat provinsi Riau kategori individu.Pemerintah Desa Siambul mengapresiasi perjuangan guru Ebib dan Dompet Dhuafa Riau untuk pendidikan anak-anak suku Talang Mamak. Sebelumnya anak-anak suku Talang Mamak tidak ada yang bersekolah.
Melanjutkan Perjuangan Pendidikan
Sejak pertengahan 2022, Guru Ebib mengundurkan diri sejak dan digantikan oleh Guru Ilham. Sempat ada guru tambahan yaitu Guru Candra, namun karena guru Candra sakit, beliau mengundurkan diri sehingga saat ini hanya ada Guru Ilham.
sumber: Redovan Jamil/Dompet Dhuafa Riau
Di bulan September 2023, Dompet Dhuafa Riau meresmikan satu unit kelas baru di SDN 016 Kampung Baru. Hal ini merupakan komitmen Dompet Dhuafa Riau dalam membangun pendidikan anak-anak pedalaman Suku Talang Mamak.
sumber: Riau Pos
Berdiri sejak tahun tahun 2019, di tahun ini sudah ada enam rombongan belajar (rombel) dari kelas 1 hingga kelas 6 yang dibagi menjadi sesi pagi dan sesi siang. Total, ada 28 siswa aktif di dalamnya.
Hingga saat ini pembelajaran siswa masih fokus penguatan baca tulis dan berhitung. Sebenarnya, ada lebih banyak anak usia sekolah dasar yang ada di suku Talang Mamak. Sayangnya, sebagainya dari mereka, ada yang sempat bersekolah namun berhenti karena ikut orang tuanya ke dalam hutan.
Manajemen Dompet Dhuafa Riau sudah dan masih berupaya menambah SDM guru meski diakui sangat sulit mengingat lokasi akses ke sekolah sangat jauh dari kota. Bagi teman-teman yang tertarik, silahkan mengkontak Dompet Dhuafa Riau. Semoga dedikasi pendidikan untuk suku Talang Mamak ini bisa terus berkelanjutan.
Referensi:
Wawancara dengan Redovan Jamil
https://riaupos.jawapos.com/pendidikan/amp/2253593587/bangun-kelas-baru-untuk-pendidikan-anak-pedalaman-suku-talang-mamak
https://marwahrakyat.com/news/detail/1690/guru-pedalaman-dompet-dhuafa-riau-penerima-apresiasi-12th-satu-indonesia-award-2021
Respect banget dengan orang2 yg ikhlas mengabdi di tempat2 terpencil begini, demi mengajarkan ilmu kepada anak2 murid di sana. Bukan hal mudah, dengan gajinya bisa dibilang terbatas 😣.
BalasHapusMereka benar-benar yg pantas disebut pahlawan tanpa tanda jasa.. Belum lagi amal jariyah yg terus mengalir karena ilmu yang diajarkan.
Semoga yaa pendidikan untuk anak2 Indonesia bisa semakin merata. Krn sesungguhnya suatu bangsa bisa maju kalau pendidikan orang2nya juga bagus