Detik-Detik Menuju Perpisahan

"Mungkinkah.. Kita kan selalu bersama.. Walau terbentang jarak di antara kita.." sayup sayup suara itu membayangi malamku. Suara seorang muridku, untukku. Tak terasa

Pertama Kalinya di 2014-ku!




Bismillahirrahmanirrahim.
Hai, readers! Coba deh lihat kalender kalian. Yap, hari ini tanggal 31 Desember 2014 bertepatan dengan hari terakhir di tahun 2014. The last but not least..
Sebenarnya apa sih makna tanggal 31 Desember? Bukankah sama-sama aja kayak tanggalan biasa? Masih harus ya ada pesta pora petasan dan kembang api? Masih ahrus bakar uang? Innalillahi..
Well aku ngga akan bahas tentang perayaan tahun baru versi itu, melainkan hari ini aku merenung, sekalipun lagi di kampus. Kuingat-ingat pencapaian-pencapaian dan pengalama-pengalaman yang telah kudapatkan di 2014 hingga tiba di hari ini..
“Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil.” Allah, aku percaya itu!

Gado-Gado's Day (From Jakarta to Donggala part II-END)

Suasana desa ^_^
Bismillahirrahmanirrahim.
Bagi yang belum baca, bisa baca disini ya ceritaku sebelumnya. Hari Pertama Penuh Cerita - From Jakarta to Donggala

Selasa, Desember 2014
Aku bangun pukul 04.30 WITA, ternyata Bu Yula dan Pak Amin juga sudah bangun. Begitupun dengan om dan tante serta mbah. Tinggalah para sepupu yang masih asyik tidur.
Sekitar pukul 05.30 WITA keluarga besar Bu Yula pamit kembali ke rumah karena anak-anak harus sekolah jam 07.00. Yaps disini anak SD masuk jam 07.30 WIB. Lama banget yeh, beda dengan disini jam 07.00 WIB bahkan yang SD negeri jam 06.30 WIB.
Pukul 06.00 WITA aku, Bu Yula, Rais dan Tita (anak dari keponakan Bu Yula) jalan-jalan di sekitar rumah. Kami berjalan melewati SD tempat beliau mengajar dan SMP tempat Zuma sekolah. Rais dan Tita sudah duluan sementara aku dan Bu Yula mampir dulu ke tukang pulsa. Tetiba hujan turun lebat tapi kami rela menembus hujan hingga tiba di rumah. Wah awan mendung sekali.

"Is, mandi dulu." kata Bu Yula pada Rais.
"Sah, makan dulu." kata ibu padaku.
Well sebenarnya aku tak biasa sarapan dengan nasi, melainkan susu dan roti. Tapi aoa boleh buat. Aku harus belajar menyesuaikan diri.
"Kak Visya makaaaan!" teriak adik Rais dari dalam dapur.
"Rais, mandii dek!" balasku.
"Ini yang kakak susah disuruh makan. Adiknya susah disuruh mandi. Ampun deh."
Aku dan Rais hanya tertawa. Rais pun mandi dan aku sarapan bareng ibu. Pagi itu kami makan nasi dan ikan lele. Alhamdulillah.

Perpisahan di Penghujung November

bapak dan ibu guru PKM :)
"Setiap orang yang menghendaki sebuah pertemuan seharusnya juga mempersiapkan sebuah perpisahan."

Allah telah menciptakan segala sesuatunya berpasangan-pasangan. Bukan soal pasangan hidup saja, melainkan hal-hal yang jauh lebih abstrak dari itu. Contohnya pertemuan dan perpisahan. Ya, ada pertemuan, pun pasti ada perpisahan. Mutlak, tak bisa diganggu gugat. Entah bagaimana caraNya melakukan keduanya.
Hingga kini usiaku menginjak di angka 20, telah banyak orang yang kutemui. Jua telah banyak perpisahan yang kualami. Seperti yang kualami di akhir November lalu

From Jakarta to Donggala - Hari Pertama Penuh Cerita

pesawatku terbang ke pulau lain :)
Bismillahirrahmanirrahim..

-Minggu sore di akhir bulan November 2014-

Berkali-kali aku melirik jam di atas pintu masuk Gate 4. Ya, saat ini aku tengah berada di bandara, Soekarno Hatta International Airport tepatnya. Sore ini aku akan melakukan penerbangan ke luar pulau. Seharusnya pesawatku sudah tiba sejak 10 menit yang lalu namun ternyata pihak maskapai bandara memberitahukan bahwa pesawat baru tiba 20 menit lagi. Hujan mengguyur amat deras di luar sana. Ah, sebentar lagi akan kutinggalkan kota ini. Sementara, ya hanya sementara.

Mendidik dengan Cinta, Menginspirasi dengan Mimpi



                                                oleh: Evi Syahida (FMIPA UNJ) 
Ibu Guru Visya dan D'Equator 8-4 :)
              
"Aku seorang Guru. Guru adalah seorang pemimpin. Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku. Aku tidak berjalan di atas air. Aku tidak membelah lautan. Aku hanya mencintai anak-anak." -Marva Collin-

Di dunia ini terdapat beragam profesi yang dikerjakan tidak hanya mereka yang menyandang predikat ‘usia dewasa’ melainkan juga remaja atau peralihan dari remaja menuju dewasa. Mari sejenak bertanya pada nenek dan kakek atau ayah dan ibu tentang kehidupan guru di zaman dahulu. Sebagian besar mereka menjawab, tidak ada kepastian. Ya, ketidakpastian honor yang diterima. Ketidakpastian kesejahteraan hidup yang terus merongrong. Maka tidak salah jika porofesi guru menjadi profesi yang sedikit diminati dibandingkan profesi lainnya. Jangan heran pula jika banyak yang tidak bersekolah selain karena alasan kondisi perekonomian.