"Nanti ulangtahun ke-17 bakal dirayakan ngga nih?"
"Cie yang sebentar lagi 17!"
Dialog di atas aku dapatkan ketika usiaku menjelang 17 tahun. Sebagian besar teman lainnya bahkan sudah setahun lebih awal merasakan usia itu, maklum, aku masuk sekolah di usia lima tahun.
Memang apa istimewanya usia 17 tahun? Selain tentunya kali pertama punya KTP.
Ternyata oh ternyata, keistimewaan lainnya adalah berkaitan dengan kedewasaan diri. Tahukah Moms, pembentukan identitas diri terjadi menjelang usia 17 tahun? Pada fase tesebut, kepribadian mengkristal, menjadi lebih permanen dari sebetulnya. Seorang individu bisa menyatakan dirinya sebagai lelaki atau perempuan secara tegas. Pahitnya, di usia 17 tahun atau lebih, seorang individu yang memang sudah "terkontaminasi" bisa mendeklarasikan dirinya sebagai homoseksual/transgender. Naudzubillahi min dzalik!
Penyimpangan Seksual, Itu Nyata
Tapi seriously, aku pernah menjumpainya lho! Ini terjadi pada salah satu teman sekelas di bangku SMP. Memang sih sejak SMP sudah terlihat dirinya "melambai". Saat masuk ke bangku awal kuliah salah satu postingannya tak sengaja muncul di berandaku. Isinya sungguh mengenaskan! Dia mendeklarasikan dirinya sebagai gay dan mendukung adanya organisasi LGBT. Ngga tanggung-tanggung, dia juga meminta dukungan lewat broadcast Whatsapp!
Berat, sungguh berat ternyata menjadi orangtua kelak. Itu yang langsung kupikirkan.
Kini saat aku menjadi seorang ibu, aku berasa benar-benar harus punya ilmu agama dan ilmu dunia dalam mendidik anak. Salah satunya supaya terhindar dari penyimpangan seksual, baik pelaku maupun korban. Naudzubillahi min dzalik!
Belum lagi, kasus anak TK yang dicabuli office boy di sekolahnya. Ya Allah, sedih banget mendengarnya.....
Kesimpulannya, pelaku kejahatan seksual pada anak bisa siapa saja, dimana bisa kapan saja.
Jangan dianggap biasa, sentuhan sesederhana apapun pada anak perempuan. Misal, ketika ada kerabat lelaki membercandai dengan menyentuh fisik, orangtua harus tegas.
Ternyata faktor yang menjadikan seseorang mengalami penyimpangan seksual adalah 97% lingkungan, 3% biologis. Namun 3% tidak akan terpicu jika tidak bertemu dengan lingkungan.
"Dia mah udah gay dari lahirnya. Dari sononya juga."
Tapi nyatanya gen gay tidak ditemukan. Yang ada adalah kelainan hormonal, tidak sampai genetik. Misalnya, hormon progesteron lebih tinggi sehingga suaranya seperti perempuan.
SSA & LGBT, Apa Itu?
LGBT adalah bagian dari identitas yang mengidentifikasi kelompok tertentu. Sedangkan transgender sendiri memiliki tujuan komersil. Transgender menduduki posisi tertinggi dalam hierarki PSK karena paling mahal.
Di bawah LGBT ada namanya SSA (same sex attractiveness) yang biasanya "menyerang" anak-anak di bawah usia 16 tahun. Mereka yang teridentifikasi SSA, masih mungkin balik kembali normal.
Apa Penyebabnya?
Beberapa penyebab penyimpangan seksual SSA atau gay antara lain:
- Kehilangan figur maskulinitas bisa mempengaruhi dirinya menjadi seorang "gay".
- Anak bungsu dengan orangtua yang sudah "sepuh" juga berpengaruh.
- Posisi sebagai anak tunggal
- Menjadi saksi adegan kejerasan terhadap orangtua
- Pernah mengalami pelecehan seksual
- Hubungan orangtua tidak seimbang. Misalnya suami takut istri.
Jika seseorang sudah menyatakan diri menjadi seorang gay, bisakah disembuhkan?
Menurut pengalaman salah seorang, saat kerja akan lebih sulit disembuhkan karena jauh dari orangtua, apalagi kerja merantau. Ada juga yang sudah menikah, akhirnya divorce karena hasrat si suami tidak ada.
Penyimpangan seksual tidak akan sembuh dengan pernikahan. Karena pernikahan bukanlah obat.
Biasanya pengalaman pertamanya di pondok-pondok pesantren/boarding school. Kasus pedofilia, bisa terjadi atau dilakukan sejak kecil. Karena dia tidak "selesai" di usia itu, maka akan terus membuat dirinya candu.
Apa Cirinya?
Beberapa ciri awal penyimpangan seksual pada anak terbagi menjadi empat jenis:
- Emosi yakni mudah tersinggung, cemburu, gelisah, menangis, hilang inisiatif
- Koginitif yakni mudah lupa, sulit konsentrasi, kehilangan arti hidup, dan lain-lain.
- Fisik yakni peningkatan detak jantung, kenaikan tekanan darah, berkeringat, sakit kepala, sesak nafas, dan lain-lain.
- Perilaku yakni menjadi lebih agresif, teledor, konsumsi alkohol, tidur terus menerus, dan lain-lain.
Yang bisa dilakukan adalah asesmen awal-konsuling-sessment lanjutan-konsuling-tindakan.
So, Mom, ketika anak bercerita pada orangtua, jangan pernah:
- Menyalahkan anak
- Mengabaikan anak
- Tidak percaya
- Menghukum anak
BagaimanaMencegahnya?
- Jadilah orangtua yang pantas (membuat anak nyaman tapi tetap tegas), bekali diri dengan ilmu dunia dan ilmu agama.
- Kenali dimana dan dengan siapa anak bergaul;
- Ajarkan anak untuk berani menolak dan melawan;
- Tetap waspada seklipun dengan orang terdekat.
Semoga anak-anak kita terhindar dari segala penyimpangan. Dan btentunya semoga kit sebagai orangtua mampu tetap konsisten dalam kebaikan, menjadi pendengar dan pengarah utama bagi anak.
Disclaimer: konten terinspirasi dari sharing session "Waspada Kejahatan Seksual pada Anak" pada hari Rabu 20 November 2019 di Pusat Sumber Belajar, Parung, Bogor.)