Setiap Perempuan Butuh Kepastian..


Bismillahirrahmanirrahim
Jam di laptopku sudah menunjukkan pukul 00.45 WIB atau 01.45 WITA atau 02.45 WIT namun aku masih terjaga, lebih tepatnya terbangun. Setelah sekian hari tidak online di Facebook, hari ini aku kembali online seraya menuliskan catatan ini. Sebuah inspirasi dan pesan tersirat yang disampaikan oleh lelaki yang saat ini paling kucintai. Ayahku.  Juga terinspirasi dari sebuah novel yang baru-baru ini kubaca. Selamat menikmati :)


Beberapa hari yang lalu aku membaca sebuah novel dengan latar belakang Jepang (tak perlu kusebut judulnya apa). Novel itu bercerita tentang dua orang, seorang lelaki dan seorang wanita dengan kondisi yang berbeda. Lelaki itu memiliki seorang ‘teman dekat’ wanita selama lima tahun (well aku benar-benar tidak tahu bahwa ini roman yang ada cerita ‘begitu’ nya, aku hanya tergiur oleh latar Jepang yang ditawarkannya). Mulanya hubungan mereka berjalan baik atas nama long distance relationship. Namun menginjak tahun kelima, tetiba si perempuan memutuskan untuk berpisah. Ia bilang alasannya adalah karena lelaki itu tidak bisa memberikan apa yang diinginkannya selayaknya wanita.
Tahukah kamu apakah itu?

Cinta? Ah,  bukan...
Rasa nyaman dan aman? Pun bukan pula..
Kepastian. Ya, lelaki itu tidak bisa memberikan kepastian kepada si perempuan. Kepastian akan dibawa kemana hubungan mereka? Apakah sekedar permainan ataukah berniat pada pernikahan? Tapi kukira sebagian besar wanita akan mengharapkan pernikahan..
Lima tahun bukan waktu yang singkat. Aku butuh kepastian. Aku sudah bersabar. Tapi kamu tak juga bicara.
Itu sekelumit pembicaraan kedua tokoh.

Dalam novel itu setelah si perempuan menjelaskan alasannya, akhirnya ia pun pergi..  Dan lelaki itu tidak berniat mengejarnya. Di akhir cerita baru aku tahu bahwa ternyata si lelaki ini ada trauma terhadap kehidupan rumah tangga orangtuanya yang berujung pada perceraian. Ia trauma dan memutuskan untuk menunda pernikahan meskipun usianya sudah di atas 25 tahun. Yang jadi pertanyaanku, lantas kapan ia akan menikah? Ah, entahlah..

Kalau saja aku sang sutradara novel itu, mungkin aku akan membuatnya menyadari perkataan sang wanita lalu besoknya langsung mengkhitbah si perempuan itu deh, hehe... Maunya..

Setiap perempuan butuh kepastian

Inspirasi pertama datang dari sebuah novel.  Selanjutnya inspirasi kedua datang dari ayahku.

Masih dalam suasana Iedul Fitri. Pagi tadi kami sekeluarga bersilaturahim ke rumah kakak ayahku yang kupanggil Pakde-Bude di perbatasan Jakarta Selatan-Tangerang. Ternyata di rumah hanya ada Bude dan kakak sepupu laki-lakiku, Kak Dana. Mulanya obrolan kami hanya seputar kesibukan kami masing-masing dan kondisi keluarga besar kami. Hingga tiba-tiba Bude berkata.

“Ayo dicoba ini kue dari pacarnya Dana.”
Kontan saja ayahku membalas.
“Oh iya, bagaimana kabar pacarmu, Dan?”

Hmm ya, Kak Dana memiliki seorang ‘teman dekat’ sejak 5 tahun silam namanya Kak Ina. Aku mengetahui ini sejak 2 tahun silam. Namun belum pernah aku bertemu dengan Kak Ina. Sedikit kilas balik masa lalu, Kak Dana ini termasuk kakak sepupuku yang dekat denganku. Usia kami terpaut 4 tahun. Dulu sewaktu kecil kami sering bermain bersama, bahkan keluarga kami kerap pulang kampung ke Jepara bersama. Meski tidak memiliki kakak laki-laki, melalui Kak Dana aku bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki kakak laki-laki. Sampai aku pernah meminta ayah-ibuku mengajak Kak Dana tinggal di rumah saja, haha. Pikiran anak kecil.

Aku mengamati sosok Kak Dana. Ah, kakakku ini rupanya sudah dewasa. Sudah pantas rasanya menjadi seorang suami dan seorang ayah..Tetiba ayahku bertanya kembali, seolah dapat membaca isi pikiranku.

“Lah terus kapan kamu nikahnya, Dan?”

Aku seperti tak sabar menanti jawaban Kak Dana. Ternyata kakakku ini hanya senyam senyum saja. Kukira ia akan menjawab dengan antusias. Ayahku pun kembali berkata.

“Jangan lama-lama lho, Dan. Ga enak sudah lama berhubungan lama-lama tapi tidak juga ada kepastian.”
Kepastian?
“Iya, Om, secepatnya.” Jawab Kak Dana.
“Eh, Om serius. Kamu dan Ina sudah dewasa. Jadi mau tahun ini atau tahun depan?”
“Kalau sudah ada dananya, Om.” Jawab Kak Dana.
“Ya makanya kumpulin lah dari sekarang, blablabla..”

Ayahku banyak menasihati Kak Dana, mungkin karena beliau juga pernah merasakan bagaimana persiapan melamar seorang wanita. Setiap perempuan butuh kepastian, itulah inspirasi yang tersirat dari beliau.

Sebagai seorang wanita, tentu perasaan kita sangat berbeda dengan laki-laki. Amat rentan. Boleh percaya tapi jangan mudah dan jangan terlalu percaya sekali. Boleh berharap tetapi hanya pada Allah.

Kukira tidak ada seorang wanita pun yang hanya ingin jadi tempat persinggahan saja. Tentu setiap wanita ingin jadi tempat pelabuhan terakhir (pertama juga kalau bisa, hmm). 

Home is where your heart is and my heart is in you so my home is you..

Bagi laki-laki rumah adalah dimana hatinya berada dan rumah itu adalah wanita yang telah sah dinikahinya, istrinya. 

Dear, Pangeran Biruku yang masih dalam perjalanan menjemputku—entah siapapun itu—, aku akan sangat percaya padamu hanya jika kau telah memintaku dari ayahku dan mengikatku dengan pernikahan. :)

Jika dipikir-pikir secara logika, aku setuju. Adakah wanita yang rela ‘digantung’ bertahun-tahun? Memangnya kita ini gantungan baju apa? Hehe. Terlebih jika usianya sudah sangat mencukupi, apalagi yang ditunggu?

Hei, lelaki yang shalih dan setia..  Jika ada wanita yang mendekatimu tanpa kau duga, berilah kepastian. Tidak jika kau tak tertarik padanya.Jangan dipermainkan, disuruh ini itu..ia bukan boneka! Jangan digantung, ia bukan gantungan baju!
Hmm tapi aku tak akan bergerak lebih dahulu seperti itu, biarkan saja ia yang disana yang memulai terlebih dahulu.. :)

Oke sekian catatan singkat di hari Iedul Fitri dariku. Tidak bermaksud membuat galau, atau menunjukkan kegalauan. Aku hanya sangat yakin Allah akan mempertemukanku pada laki-laki baik yang mampu membimbingku untuk menuju syurga bersamanya. Insya Allah. Saat ini persiapkan diri saja dulu. Tak perlu banyak orang tahu bagaimana caramu. 
 Jazakallah, Abi, untuk inspirasimu.. :')

Semangat menshalihkan diri, ukhti shalihah  :)
Jakarta, 2 Syawal 1435 H
Jazakallah, Abi :')


3 komentar:

  1. bennaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrr

    BalasHapus
  2. biasanya cewe yg digantung, lha ini aku sbg cowo yg gantian digantungin :( gaenak bgt yaa rasanya

    BalasHapus